Mohon tunggu...
Sigit Budi
Sigit Budi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger ajah

blogger @ sigitbud.com

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Semangat Bela Senior, Gatot Lupa Sejarah Operasi Sapta Marga

14 Juni 2019   01:55 Diperbarui: 14 Juni 2019   02:53 1388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam sebuah wawancara "Eksklusif" dengan TV One, Gatot Nurmantyo mantan Panglima TNI paska Konpers Menkopolhukam  membongkar upaya makar,  dalam wawancara itu menyatakan tuduhan makar tersebut  menyakiti perasaan patriot yang selama ini berjuang untuk menjaga negeri ini.  Ia juga menambahkan jangan sampai opini publik itu menuduh bahwa purnawirawan TNI inilah yang menjadi dalang kemudian menembak-nembaki 

 ... apakah purnawirawan semacam itu mempunyai kemampuan melakukan makar yang luar biasa, hukumannya hukuman mati lho itu ... itu senior - senior saya, saya tahu persis mereka adalah orang - orang yang mempunyai dedikasi sebagian besar hidupnya disumbangkan untuk negara, tiba - tiba karena komunikasi dikatakan makar. Bagi seorang patriot ini sangat menyakitkan sekali, makar kan mengkhianati negara, padahal mereka membela mati-matian seumur hidupnya untuk negara..

Pernyataan Gatot Nurmantyo  seakan personil TNI "suci" dari noda makar. Apologi Gatot  normatif, memang setiap prajurit TNI telah disumpah setia menjaga NKRI dan ideologi seperti bunyi Sapta Marga kedua :  "Kami Patriot Indonesia, mendukung serta membela Ideologi Negara yang bertanggung jawab dan tidak mengenal menyerah", setiap prajurit TNI pasti sudah hapal bunyi 7 sumpah tersebut .

Saya yakin Gatot sangat cerdas terbukti karir militernya sampai ke puncak sebagai Panglima TNI, namun pernyataannya dalam wawancara tersebut rasanya agak disayangkan terlontar dari seorang Gatot. Pada wawancara itu  yang muncul  dari pernyataan Gatot adalah ekspresi dari nalurinya membela Korsa TNI.  

 " ..... itu senior - senior saya, saya tahu persis mereka adalah orang - orang yang mempunyai dedikasi sebagian besar hidupnya disumbangkan untuk negara, tiba - tiba karena komunikasi dikatakan makar  "

Saya tercekat mendengar pernyataan tersebut, sama saja Gatot ingin membangkitkan solidaritas Purnawirawan TNI untuk membela Kivlan Zen dan Soenarko yang dijerat dalam pasal makar. Sebagai mantan pejabat tinggi negara pasti memahami betul dinamika politik dan konstitusi dan dampak pernyataaan itu.

Sebelum itu, ia menyatakan dalam TNI tidak ada istilah makar dalam kamusnya, saya garis bawahi kata - kata ini pernyataan itu benar konteks TNI sebagai institusi negara.

Gatot entah lupa atau terbakar semangat membela seniornya bahwa  dua orang purnawirawan Jenderal TNI itu   menjadi tersangka bukan lagi TNI aktif alias sudah pensiun. Dengan kata lain mereka tidak bisa dikatakan mewakili institusi dari TNI secara keseluruhan, tindakan kedua Purnawirawan tersebut   atas inisiatif pribadi. 

Memang benar dalam Kamus institusi TNI tidak ada istilah makar, faktanya  adalah oknum - oknum TNI  terlibat makar seperti tertulis dalam sejarah nasional Indonesia. Sejarah mencatat, pemberontakan atau makar bersenjata terbesar dilakukan oleh oknum - oknum TNI dengan bantuan pihak asing pada tahun  1958 - 1961 paska Pemilu I tahun 1955.

Instisari online (15/08/2018) menulis kisah Brigjen Entjoeng A.S, Kepala Pusat Penerangan Hankam, meninggal dunia pada tanggal 27 Juli 1983 semasa berpangkat Kapten terpaksa berseberangan dengan atasan Kolonel Joop Warouw yang menyeberang ke pihak musuh (PRRI dan Permesta). Militer Indonesia menggelar beberapa operasi untuk menumpas PRRI yang tersebar di beberapa wilayah antara lain Riau, Sumatera Barat, Sulawesi Utara. Barangkali karena kebanyakan pemberontak adalah  mantan anggota angkatan bersenjata,  maka salah satu  operasi militer penumpasan PRRI diberi  nama  Operasi Sapta Marga .

Cuplikan kisah tersebut memberikan bukti bahwa oknum TNI yang aktif atau purnawirawan tercatat dalam sejarah tidak steril dengan upaya kudeta / makar. Banyak oknum - oknum TNI yang terlibat dalam pemberontakan PRRI-Permesta dulu juga ikut berjuang dalam Perang Kemerdekaan. Kahar Muzakkar pentolan DI/TII tadinya juga seorang perwira militer dengan jabatan Letnan Kolonel dan alasan mereka melawan pemerintah sah pun bermacam - macam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun