Mohon tunggu...
Sigit Budi
Sigit Budi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger ajah

blogger @ sigitbud.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sodomer, Tepatkah Julukan Ini untuk Rocky dan Pengikutnya?

6 Maret 2019   21:08 Diperbarui: 6 Maret 2019   21:26 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media sosial tak asing lagi dengan kata pernyataan "Dungu", Kitab Fiksi", "IQ se-kolam" dari Rocky Gerung (RG), mantan dosen tamu di FIB UI. Narasi ini kini dijadikan senjata utama laskar "Kampret" julukan untuk pendukung oposisi untuk menyudutkan laskar "Cebong" julukan untuk pendukung petahana, Joko Widodo. Diksi pernyataan Rocky dari sudut etika umum dikategorikan sarkastis (kasar) bagi telinga netizen kebanyakan.

Lalu mengapa pernyataan Rocky bisa begitu populer di kalangan "Kampret" ?

Sejak Joko Widodo memegang tampuk RI 1 semburan fitnah dan hoax disemburkan ke kubu Jokowi, paling populer adalah "Joko Widodo antek PKI, Jokowi keturunan Cina, Jokowi bukan anak kandung ibunya". Rupanya fitnah -- fitnah tak mempan, Jokowi membuktikan diri sebagai seorang pemimpin dengan capaian prestasi luar biasa di bidang pembangunan dan kesejahteraan dalam tempo singkat.

Rupanya prestasi Jokowi tak disukai oleh kaum oposisi, sehingga dimunculkan narasi "Jokowi Kriminalisasi Ulama", "Jokowi Musuh Islam". Padahal faktanya jauh dari tuduhan dan fitnah itu, justru sebaliknya umat Islam Indonesia mendapatkan tempat kehormatan di pemerintahan Jokowi.

Bidang Ekonomi Syariah, Presiden Jokowi menggulirkan Bank Wakaf Mikro untuk membantu pengusaha kecil agar tak terjebak rentenir dengan melibatkan pesantren sebagai motor program ini.

Program KIP, KIS, PKH penerima manfaatnya adalah umat Islam dari kalangan bawah  di desa -- desa dan pinggiran. Juga Program Dana Desa, lagi -- lagi umat Islam di pedesaan merasakan sekali manfaat program ini, infrastruktur desa yang selama tidak terjangkau oleh program Kementerian PUPR bisa direalisasi lewat program ini.

Lalu apalagi kurangnya, memang tidak ada program pemerintah yang sempurna, di lapangan selalu ada ekses -- ekses negatif. Satu hal yang menimbulkan kecemburuan oposisi dan partai non-oposisi dan non-pemerintah yaitu Partai Demokrat adalah Joko Widodo mampu meng-eksekusi program -- program infrastruktur dan kesejahteraan sosial secara terukur dari waktu dan hasil.

Inilah salah sumber persoalan, di era SBY berkuasa 2 periode banyak program infrastruktur terkendala di lapangan dan tak kunjung selesai hingga akhir masa jabatan, hingga muncul julukan pemerintahan SBY sebagai "rezim mangkrak dan korup".

Julukan ini tak mengada --ada, era SBY sejumlah menteri, Ketua, Bendahara Partai Demokrat adalah pasien Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ditambah kasus proyek Hambalang yang menelan duit negara trilyunan rupiah tanpa hasil, proyek ini tak dilanjutkan pembangunan karena kasusnya masih dibawah pengawasan KPK.

Rakyat pun makin cerdas dan bisa menilai pemerintahan mana yang bersungguh bekerja untuk rakyat atau yang bekerja untuk partai pengusungnya. Fenomena ini memunculkan pembela -- pembela rezim terdahulu dan diberikan panggung di media massa terutama di TV ONe lewat program Indonesia Lawyer Club (ILC)  yang dipandu Karni Ilyas.

Dari sini sosok Rocky Gerung diberikan ruang publik untuk menyemburkan pikiran - pikiran pendeknya yang dibungkus terminologi-terminologi filsafat. Sebenarnya bukan hal luar biasa, Rocky adalah mantan dosen tamu mata kuliah filsafat di FIB UI, sempat dikabarkan dirinya seorang Profesor tapi dibantah oleh Civitas Academika UI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun