Apa yang kita makan menunjukan jati diri kita, betulkah? Indonesia termasuk longgar dalam pengawasan makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari, meski ada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Buktinya masih banyak makanan mengandung racun berbahaya bagi tubuh dalam jangka pendek dan panjang.
Kasus - kasus keracunan makanan masih sering terdengar, Â ironisnya ada juga yang sampai meninggal dunia.
Makanan-makanan pemicu keracunan kebanyakan hasil olahan industri rumah tangga (IRT), jarang berasal dari indistri besar. Maka tidak menimbulkan gelombang protes massal saat kasus keracunan terungkap ke media massa.
Apa jadinya bila makanan tersebut berasal dari pabrik Danone, Mayora, atau Indofood. Pasti publik "geger" dan menjadi sorotan luas. Entah kenapa kita memaafkan produsen  makanan kecil menengah bila olahannya menimbulkan keracunan.
Menyikapi fenomena - fenomena tersebut, produsen bumbu ANTAKA mengajak UMKM mitranya meningkatkan kualitas makanan lokal  untuk masyarakat di beberapa kota.
PT . KI - ANTAKA RASA sudah hampir 30 bergerak diusaha produksi bumbu masak makanan termasuk untuk makanan olahan mie instan.
"Gol kita meningkat kualitas produk makanan lokal Indonesia sehingga bisa ekspor", ujar Winston Mardjukie, Managing Director PT Kiantaka Rasa.
Winston berharap makanan lokal Indonesia bisa dikenal di luar negeri sehingga bisa membanggakan bangsa kita.
Produsen ANTAKA mengajak sekitar 40 UMKM wilayah Bogor ikut acara Seminar Keamanan Pangan (13/10) lalu untuk "sharing" pengalaman dan ilmu. Turut menjadi pembicara wakil BPOM RI dan Dinas Kesehatan Kota Bogor.
Ma'mun, dari Pengasinan-Kab Bogor, seorang pengusaha kripik singkong  mengaku sudah 8 tahun menggunakan bumbu ANTAKA. Setiap hari mampu menangguk omset penjualan 5 juta.