Mohon tunggu...
Sigit
Sigit Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mimpi-mimpi yang menjadi kenyataan

Dibalik kesuksesan seorang anak ada doa ibu yang selalu menyertainya, kasih sayangnya takan pernah luntur, dan takan tergantikan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Gagal Ginjal dan Harus "Cuci Darah" Rutin itu Berat

10 Maret 2018   05:32 Diperbarui: 10 Maret 2018   06:49 12400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bertepatan dengan hari ginjal sedunia yang jatuh pada tanggal 8 Maret 2018 kemarin, saya ingin membagikan pengalaman pentingnya menjaga ginjal kita agar tetap berfungsi dengan baik. Masih sangat hangat di ingatan, ibu yang  sangat saya cintai dan sayangi telah di vonis gagal ginjal, cobaan yang sangat berat, cuci darah adalah pilihan terakhir.

Bukanya tidak perduli akan kesehatan, malah saya  dan keluarga selalu over protective jika menyangkut masalah yang berkaitan dengan kesehatan. Tidak sembarangan jajan, baik makanan  maupun minuman. Saya masih trauma dengan beberapa penyakit yang masih di anggap mengerihkan bagi kebanyakan orang, jadi tidak begitu tertarik untuk mengetahui beberapa penyakit, termasuk masalah ginjal. 

Setelah ibu saya terkena gagal ginjal, barulah saya mau mencari informasi  bagaimana jika ginjal mengalami gagal fungsi. Miris dan menyedihkan saat membaca hal terkait penyakit ginjal, orang-orang yang menderita penyakit ginjal kronis seolah hanya tinggal menunggu waktu saja. Saya tidak menyangka penyakit tersebut harus di derita ibu saya sendiri.

Hemodialisis berasal dari kata "hemo" artinya darah dan "dialisis" artinya pemisahan zat-zat terlarut. Hemodialisis berarti proses pembersihan darah dari zat-zat sampah, melalui proses penyaringan di luar tubuh. Hemodialisis menggunakan ginjal buatan berupa mesin dialisis. Hemodialisis dikenal secara awam dengan istilah 'cuci darah'.(Sumber:Wikipedia)

Sudah hampir sebulan lebih, ibu saya keluar masuk rumah sakit tanpa jelas apa  penyakitnya. "Tiap hari di ambil sampel urine dan darah" cetus bapak yang setia menjaga ibu selama di rumah sakit. Entahlah, mungkin memang belum keluar hasil labolatoriumnya. Informasi terakhir yang saya terima, darah ibu di tambah 4 kantong. kondisinya sudah mulai membaik, di putuskan pulang ke rumah.

Seminggu di rumah, kambuh lagi penyakitnya, rasa pegal dan lemas di badan. Akhirnya di bawa kembali ke dokter. Sudah hampir sepuluh hari ia terbaring lemah di rumah sakit, hasil lab sudah keluar, dokter memvonis gagal ginjal. Tak ada pilihan selain cuci darah, proses yang masih di anggap mengerikan bagi banyak  orang, termasuk saya sendiri. "Cuci darah itu hanya membuat kita cepat  mati," begitulah ujar ibuku.

Untuk seorang ibu, apapun akan dilakukan oleh anak-anaknya agar ia cepat sembuh. Tak tega sebenarnya melihat kondisinya yang sudah tua, bertahun-tahun sudah berjuang membesarkan anak-anaknya, sekarang harus berjuang melawan penyakit di masa-masa yang seharusnya dihabiskan bermain dengan anak cucu.

Setelah melakukan perjuangan panjang, akhirnya kakak perempuan saya dapat membujuk ibu agar mau di lakukan cuci darah.  Dokter sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi, pilihan yang diberikan hanya itu. Minggu (25/2) Cuci darah pertama berhasil dilakukan, saya agak sedikit lega mendengar berita tersebut. Namun bukan malah membaik,  kondisinya menurun, ingatannya malah kacau, mengigau, berhalusinasi, itulah yang terjadi.

Sumber|Amazine.co
Sumber|Amazine.co
Saya di telp kakak perempuan sambil menangis sengugukan," pulanglah, mungkin ibu kangen sama kamu dik." Rabu (28/3) malam, dokter akhirnya mengambil tindakan cuci darah yang kedua. Saat itu saya masih terdampar dan bermalam di bandara Soeta karena kehabisan tiket, dampak dari kemacetan ibu Kota. Pikiran saya tak tenang, takut terjadi sesuatu dengan ibu.

Masih jam 4 pagi, saya terbangun karena erangan ibu, "apanya yang sakit" tanyaku pelan. Ia tak menjawab,  mungkin sedang menahan sakit. Ternyata sebelah ruangan tempat ibu di  rawat, ada pasien yang juga menderita gagal ginjal. Beliau harus di rawat karena lalai tidak mengikuti jadwal cuci darah secara rutin. Padahal, bagi penderita ginjal, cuci darah itu sangat penting untuk di  lakukan.

Sejak kepulanganku, kondisinya berangsur membaik. Sekaligus sudah kali kedua cuci darah dilakukan. "Biasanya kalau sudah 2  sampai 4 kali cuci darah, kondisinya baru akan membaik," begitu kata ibu yang di rawat sebelah ruangan ibuku. Beliau juga pernah merasakan hal yang sama sebelum di vonis gagal ginjal, tubuh cepat lelah, badan terasa sakit semua.

Sabtu (3/3), jadwal ke tiga ibu harus cuci  darah. Saya tahu, ibu sebenarnya belum bisa ikhlas atas penyakit yang di  deritanya. Bapak menyuruh saya menemani ibu saat cuci darah, jantung saya berdegup kencang, apa tega saya nanti melihat ibu menjalani cuci darah, entahlah.

Memasuki ruangan, di sana ternyata sudah banyak  pasien yang melakukan cuci darah, sungguh pemandangan yang tak  biasa buat saya. Mesin-mesin  pencuci darah beroperasi  mengalirkan darah melalui selang kecil, sesekali bunyi error mesin  mengagetkan saya, di tandai dengan suara  alarm. Bukan hanya orang tua, usia muda juga banyak yang sedang melakukan cuci darah.

Saya berharap saat itu hanya mimpi di siang bolong, melihat para pasien terkulai tak  berdaya, dengan tatapan kosong. Di situ saya merasa kesehatan sangat  mahal harganya, terutama organ ginjal.  Melihat suster mempersiapkan  peralatan saya jadi merinding, dua jarum  dengan ukuran agak besar untuk  saluran darah keluar dan masuk langsung di masukan ke dalam kulit tangan serta selangkangan paha kaki, proses cuci  darah pun di mulai.

Butuh waktu 3 sampai 4 jam untuk proses cuci darah, proses yang sangat panjang dan pasti melelahkan. Bagi penderita gagal ginjal kronis, cuci darah di lakukan 2 sampai 3 kali dalam seminggu. Huft, betapa repotnya harus bolak-balik ke rumah sakit. Saya tidak dapat membayangkan Psikis penderita gagal ginjal, pasti sangat menderita.

Saya sempat berbincang dengan seorang bapak yang juga sedang cuci darah. Sudah berapa tahun sudah cuci darah seperti ini Pak tanyaku, "satu setengah tahun Mas" jawabnya lemah. Ia mengakui lalai selama 2 bulan tidak melakukan cuci darah dengan alasan kondisinya badanya fit. Namun apa yang terjadi, hal fatal menimpa dirinya, ia harus di larikan ke rumah sakit karena kondisi badanya  tiba-tiba melemah dan akhirnya harus rawat inap.

Kondisi ibu saya berangsur membaik setelah 3 kali cuci darah selama rawat inap di rumah sakit. Ingatanya mulai pulih, hanya saja mulai sekarang harus rutin melakukan cuci darah. Menjaga pola makan karena banyak sekali pantanganya, mudah-mudahan ibu kuat dengan cobaan yang di berikan allah untuknya, karena bukan hanya ginjal, pengelihatanya juga sudah memburuk selama 2 tahun terakhir.

Jika saya perhatikan saat berada di rumah sakit kemarin, beberapa pasien abai melakukan cuci darah rutin. Saya tidak tau persis, kalau hanya merasa fisiknya sehat rasanya tak mungkin. Saya pikir mereka merasa jenuh dengan kondisinya, bayangkan harus melakukan cuci darah 2 sampai 3 kali dalam seminggu. Atau mungkin kurangnya support yang diberikan oleh anggota keluarganya dan orang terdekat.

Ada pesan yang  ingin saya sampaikan dari pengalaman saya di atas. Saya sudah  mendaftarkan asuransi kesehatan  bagi orang tua dan mertua saya  jauh sebelum kondisi ibu saya memburuk. Semua saya lakukan untuk mengantisipasi jika terjadi sakit mendadak atau hal lainya di masa tua  mereka. Dari kejadian yang menimpa ibu saya, ternyata ada hal yang masih kurang, apa itu?

Medical check up, ya pemeriksaan tersebut  tidak pernah di lakukan oleh orang tua saya. Mungkin saja, jika itu di lakukan satu atau dua tahun yang lalu, bisa saja semua hal yang  terjadi saat ini bisa di cegah. MCU di lakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan seseorang, bisa dilakukan kapan saja, jadi bukan ketika orang sudah dalam keadaan sakit.

Saya atau Anda yang bekerja di sebuah  perusahaan atau instansi pemerintahan, tentu rutin melakukan medical  check up yang memang sengaja di lakukan oleh perusahaan untuk mengetahui  kondisi kesehatan para karyawanya. Di luar dari itu, masyarakat harus melakukanya sendiri ke rumah sakit. Hal ini sangat penting dilakukan, agar kita dapat mengetahui lebih dini jika ada masalah kesehatan pada tubuh kita.

Bagi kita yang kondisi ginjalnya masih berfungsi dengan baik, harus lebih berhati-hati. Menjaga pola hidup dan makan makanan yang sehat akan sangat baik guna menjaga kelangsungan ginjal kita. Indikasi warna urine adalah hal yang paling gampang untuk mendeteksi kondisi tubuh kita, apakah kurang cairan atau tidak. Minum cukup air adalah salah satu hal yang gampang di lakukan saat ini.

Mudah-mudahan dengan membaca artikel ini, Anda dan terlebih saya pribadi akan lebih mencintai ginjal kita. Lebih sadar bahwa kesehatan itu sangat mahal harganya. Bagi penderita penyakit ginjal, tetap semangat menjalani rutinitas kalian. Lagi-lagi, untuk kita semua, mencegah adalah hal yang paling baik dari pada mengobati. 

Cikarang, 2017-03-10

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun