Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kerajaan Kutai, Pasir, dan Berau hingga Jelang Kedatangan Belanda di Kaltim

19 Oktober 2020   10:37 Diperbarui: 19 Oktober 2020   10:42 935
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar Kerajaan Kutai via Romadecade.org

Setelah Mulawarman Martapura pudar, Berau langsung masuk ke dalam vassal Kerajaan Majapahit. Namun sistem pemerintahannya tidak menganut pola Jawa, tapi Melayu.

Sebagai kerajaan yang letaknya di utara Kalimantan Timur, Kerajaan Berau memang lebih banyak dipengaruhi oleh Melayu. Kendati berada di bawah pengaruh Majapahit, Kerajaan Berau menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Kerajaan Brunei, terutama pada masa pemerintahan Aji Temanggung Berani yang menjadi raja keenam dari tahun 1557 M sampai tahun 1589 M.

Setelah Aji Dilayah sebagai raja yang kesembilan turun tahta, pemerintahan dipegang oleh dua putranya, Pangeran Tua dan Pangeran Dipati.

Pada saat ini Wilayah kerajaan dibagi dua, Pangeran Tua dan keturunannya menguasai daerah sebelah selatan Sungai Kuran dan tanah sekitar Sungai Kealay.

Sedangkan Pangeran Dipati dan keturunannya menguasai bagian utara Sungai Kuran dan daerah sekitar aliran Sungai Segah.

Raja yang memerintah secara bergantian dari kedua keturunan tersebut adalah pada mulanya Pangeran Tua menjadi raja dan Pangeran Dipati menjadi mangkubumi.

Selanjutnya Pangeran Dipati mendapat giliran menjadi raja, sedangkan yang menjadi raja muda adalah Pangeran Tua yang bernama Hassanuddin.

Setelah Pangeran Dipati mengundurkan diri, tahta kesultanan diserahkan kepada putranya sendiri yang bernama Aji Kuning.

Akibatnya terjadilah perselisihan, sebab sesuai konsensus yang seharusnya mendapat giliran menjadi sultan adalah Hassanuddin.

Namun ternyata pada perkembangannya, Hassanuddin lebih memilih untuk mengalah dan merelakan tahta diduduki oleh Aji Kuning.

Setelah Sultan Aji Kuning meninggal, barulah Hasanudin diangkat menjadi sultan, pengangkatan ini tercatat pada tahun 1731 M.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun