Seperti yang penulis alami sendiri, ketika sering terjun langsung di lapangan sebagai bagian yang masih diperbantukan dalam kehumasan bidang media di instansi penulis bekerja, dalam rangka tugas mengkoordinir dan mendampingi para jurnalis ini.
Ketika dalam satu kesempatan, penulis pernah sesekali bertanya kepada para jurnalis ini.
"Kenapa kalian masih berani ngeliput, padahalkan ini lagi corona, kalian gak takut apa ketularan corona?"
Yah, sebenarnya mikir juga sih bang, tapi kalau tidak kita-kita ini para jurnalis, lalu siapa coba yang memberitakan informasi corona ini ke orang-orang bang". Â
Lebih baik kita dirumah aja sebenarnya, kalau juga sampai harus dipecat sama kantor, yah udahlah mau diapain lagi bang. Bisa aja sebenarnya kita-kita ini sepakat seperti itu bang.
Tapi kita-kita ini gak sampai hati bang, ini juga sudah panggilan jiwa kami untuk selalu ngasih informasi ke orang-orang."
Begitulah rata-rata para jurnalis mengatakannya kepada penulis, sungguh penulis angkat topi dan salut atas perjuangan dan dedikasi mereka ini.
Meskipun terkadang penulis sering bersikap tegas dan lugas kepada mereka ini untuk tetap menerapkan secara ketat terkait protokol peliputan, tapi terharu dan trenyuh juga mendengar apa yang mereka ungkapkan ini.
Walaupun tugas mereka sebagai jurnalis sangat berisiko tinggi terpapar virus corona, tapi mereka tetap gigih berjuang sepenuh hati dan jiwa untuk mewartakan berita terkait corona ini.
Dan penulis yakin, terkait apa yang jadi pengalaman penulis ini, tentang komitmen para jurnalis ini sepertinya berlaku sama juga secara nasional.
Namun, ada sedikit keprihatinan dari penulis terkait tugas para jurnalis yang berjibaku dilapangan ini, penulis amat menyayangkan, kenapa mereka para jurnalis ini tidak didukung pengamanan diri yang memadai seperti masker, hand sanitizer ataupun APD.