Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pentingnya Literasi Seks Sejak Dini bagi Anak

24 Februari 2020   12:27 Diperbarui: 24 Februari 2020   13:46 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar Artikel | Dokumen Huffingtonpost.co.uk

Pentingnya Literasi Seks Sejak Dini Bagi Anak.


Orang tua sangat memiliki peran yang teramat penting dan sangat vital serta krusial dalam proses tumbuh kembang anak, termasuk juga didalamnya mengawal proses tumbuh kembang anak melalui pendidikan seksual sebagai pengetahuan literasi seks sejak dini bagi anak.

Karena seiring berjalannya proses tumbuh kembang anak maka pendidikan seksual sebagai pengetahuan literasi seks bagi anak akan dapat memberikan pengetahuan positif tentang apa sebenarnya hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas itu.

Sehingga pendidikan literasi seks yang dilakukan sedini mungkin dan disesuaikan dengan umur ataupun kondisi anak memang wajib dan penting untuk diedukasikan kepada anak.


Pendidikan literasi seks yang dini dan lengkap bagi anak pada dasarnya akan memberikan pengetahuan dan keberanian pada anak untuk mengenal apa-apa saja sebenarnya yang berkaitan dengan perilaku seksual.


Selain itu juga, dapat mendidik naluri anak untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dari perilaku seksual itu, serta dapat membentengi diri terkait dampak-dampak negatif dari perilaku seksual bagi anak dalam menjalani kehidupannya diberbagai lingkungan.

Namun, tidak juga bisa di pungkiri, pendidikan literasi seks bagi anak seringkali justru terhambat ataupun terkendala, hal ini disebabkan karena masih adanya pendapat ataupun anggapan yang tabu tentang seks, hingga terjadinya kesalah-pahaman sudut pandang ataupun persepsi negatif dari para orang tua, guru, ataupun tokoh-tokoh agama dan tokoh-tokoh pemerintahan mengenai pendidikan literasi seks tersebut.

Secara umumnya, Kebanyakan yang seringkali berlaku tentang seksualitas itu adalah bahwa pendidikan seksualitas itu hanyalah mengenai pengetahuan tentang bagaimana seputaran berhubungan seks ataupun tentang pengetahuan reproduksi seksual.


Masih banyak yang menganggap bahwa tentang hal-hal yang selalu berbau seksualitas bagi anak itu masih tabu dibicarakan dan tidak perlu diberikan kepada anak-anak sejak dini, karena mereka nantinya akan mengerti dengan sendirinya.


Inilah sejatinya yang menjadi sedikit terlupa dan menjadi ironi, padahal ada banyak referensi yang dapat dipercaya dan bukti-bukti ilmiah yang banyak dipublikasikan di jurnal-jurnal kedokteran, kesehatan masyarakat, psikologi maupun ilmu-ilmu sosial mengenai manfaat jangka pendek maupun jangka panjang dari pendidikan literasi seksualitas tersebut.

Jadi sebenarnya, pendidikan literasi seksualitas itu bukan hanya sekedar pendidikan mengenai aspek fisik seksualitas ataupun aspek biologis seksual saja, akan tetapi, meliputi juga tentang bagaimana pemberian pengetahuan seks secara komprehensif mengenai tubuh dan seksualitas.


Pendidikan literasi seksual yang komperehensif tersebut didalamnya ada termasuk juga berbagai aspek-aspek psikologis, emosional, relasional dan sosial.


Seperti tentang pengajaran emosi dan kematangan berpikir atau psikologis yang ditambah juga dikuatkan pondasinya melalui pembekalan dan pemahaman agama, dapat memberikan wawasan tentang segala sesuatu hal yang berhubungan dengan organ reproduksi atau seksualitas.

Dengan mengetahui pendidikan seksualitas yang dini dan komprehensif ini, maka anak-anak bisa bertumbuh kembang secara sehat, untuk mengetahui hak-hak seksualitasnya, serta dapat berperan membekali anak-anak, untuk melindungi dan membentengi diri dari berbagai ancaman yang berkaitan dengan seksualitas, seperti kekerasan dan pelecehan seksual, kehamilan tak dinginkan maupun infeksi menular seksual dan lain sebagainya.

Lalu seperti apa sebenarnya kepraktisan pendidikan literasi seks bagi anak itu?

Bukan bermaksud mengajari tapi semoga sedikit ide ataupun gagasan dan saran pada artikel ini bisa menjadi pembelajaran bagi bersama.

Kita bisa melihat bagaimana pergaulan bebas menjadi ancaman yang begitu serius di Indonesia, karena perkembangannya semakin merangsek masuk mempengaruhi bangsa Indonesia.

Perilaku penyalah gunaan atau penyimpangan hubungan seks, hubungan seks pra nikah/seks bebas semakin mewabah di negeri ini. Ditambah lagi fenomena maraknya do sexting for popularity juga sudah mulai begitu menggejala dan mulai membudaya jadi gaya hidup.

Berbagai fakta kasus yang terungkap, seperti banyaknya korban-korban wanita hamil pra nikah, korban perilaku penyimpangan seks (LGBT), pesta seks, sampai dampak terparah adanya kasus aborsi terkuak nyata.

Hal ini biasanya disebabkan karena adanya beberapa faktor seperti,

Faktor kurangnya perhatian orang tua dalam mengontrol dan memberikan pendidikan literasi seks bagi anak-anaknya. Kesibukan orangtua juga bisa menyebabkan orangtua tidak lagi memiliki waktu untuk sekadar mengobrol dengan anak-anak, sehingga anak-anak mencari cara lain ntuk menarik perhatian orang tua.

Faktor lingkungan dan pergaulan yang salah, ingin coba-coba dan keingintahuan yang salah.

Faktor perkembangan teknologi, internet ataupun dunia digital.

Faktor karena terlanjur pernah diperkosa mantan pacarnya maupun berhubungan seks di luar nikah saat pacaran.

Hingga akhirnya terbiasa karena sudah terlanjur ketagihan seks dan sudah enjoy dengan segala fasilitas yang didapat karena seks tersebut.

Diluar hal diatas, ada faktor lainnya yang sering menjadi alasan yang lazim jadi penyebab yaitu,

Faktor korban keretakan rumah tangga, alias anak broken home atau Ketidakharmonisan orangtua yang sering kali menjadi pemicu utama mencari pelarian atas permasalahannya ataupun juga dari faktor perekonomian keluarga.

Oleh karenanya terlepas dari berbagai faktor diatas agar dapat mencegah sedini mungkin dari terjerumusnya anak, karena salah dalam pendidikan literasi seks.


Maka, dalam rangka membentengi dan mengawal tumbuh kembang anak melalui pendidikan literasi seks itu, orang tua sangat perlu perhatian, jujur dan terbuka dalam penyampaian hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas kepada anak.


Seperti misalnya dengan menjelaskan tentang nama alat kelaminnya secara pembahasaan yang humanis disesuaikan usia dan kondisi anak, termasuk juga bagaimana bisa menjelaskan dengan jujur dan terbuka tentang bagaimana perbedaan tubuh laki-laki dan perempuan.

Ataupun mendampingi anak secara teratur dalam mengakses internet dan media sosial, termasuk dalam mencari informasi yang benar mengenai seksualitas, akan dapat juga secara pelan-pelan menumbuhkan kecerdasan literasi seks pada anak yang berkaitan dengan dunia literasi digital bagi anak, karena tidak dipungkiri juga berbagai akses didalam dunia digital turut mempengaruhi perilaku seks, dan masih banyak lagi berbagai metode penyampaian efektif lainnya.

Yang jelas terkait metode penyampaian ini adalah bagaimana juga orang tua dapat memiliki teknik ataupun penyampaian yang pas itu seperti apa. Orang tua dituntut bisa menjelaskan dalam bahasa yang sederhana bagaimana pengetahuan seksualitas itu disesuaikan dengan usia dan kondisi anak.

Sehingga bila orang tua dapat dengan baik memberikan pendidikan literasi seks sejak dini pada anak, maka akan dapat menumbuhkan tingkat kecerdasan anak dalam menafsirkan seks itu sebenarnya apa.

Maka dari itu, peran orang tua dalam menumbuhkan kecerdasan literasi seks pada anak sejak dini ini sangatlah penting dalam mengawal dan mendampingi proses tumbuh kembang anak.

Sehingga membuat anak-anak telah secara sejak dini lebih paham pada hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas mereka hingga menapaki proses tumbuh kembangnya menjadi dewasa.

Orang tua harus konsisten dan
harus memiliki tanggung jawab dan komitmen yang kuat untuk berupaya semaksimal mungkin melakukan pendidikan membentuk pribadi yang paham akan pendidikan literasi seks secara menyeluruh kepada anak semenjak dini, sehingga orangtua janganlah pernah berutus asa, tetaplah terus kuatkan hati dan tekad, terus jaga dan selamatkan anak-anak sebaik-baiknya.


Tentunya juga lembaga pendidikan ataupun sekolah perlu mem-back up upaya orang tua dalam memberikan pendidikan literasi seks pada anak.

Sehingga lembaga pendidikan, diharapkan tidak hanya berfokus dalam meningkatkan kemampuan anak didik di bidang teknologi informasi, tetapi juga memberikan pemaham pendidikan literasi seks kepada anak didik.

Lingkungan lembaga pendidikan seperti sekolah, melalui Guru dan pengelola pendidikan juga berperan penting dalam memberikan pendidikan literasi seks pada anak didik, berperan sebagai teladan yang baik bagi anak didik.


Secara umum lingkungan lembaga pendidikan, seperti sekolah merupakan proses yang tidak dapat diabaikan begitu saja dalam proses pendidikan literasi seks, karena banyak waktu yang dihabiskan anak-anak untuk menimba ilmu disekolah.


Oleh karena itu pihak lembaga pendidikan ataupun sekolah seyogianya, juga harus punya komitmen kuat untuk selalu memberikan perhatian yang lebih pada murid-muridnya melalui metode-metode pengajaran pendidikan literasi seks pada anak didik.

Yang jelas ditengah-tengah semakin melesatnya perkembangan peradaban yang tak tertahankan ini, maka seluruh komponen bangsa ini perlu bersinergi bersama memberikan pendidikan literasi seks yang terbaik bagi anak, demi masa depan anak-anak bangsa indonesia yang kita cintai bersama ini.

Semoga bermanfaat.
Sigit Eka Pribadi.
----------------

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun