Di Indonesia, konflik dan kekerasan baik secara fisik maupun psikis atau mental seperti penindasan dan tekanan memiliki kecenderungan sikap pasif, pasrah yang menimbulkan resistensi atas tindakan kekerasan yang diterima dan akan semakin melanggengkan konflik dan tindak kekerasan.
Hal ini terjadi karena subjek atau pelaku merasa tidak ada yang menghalangi tindakannya sehingga menimbulkan konflik dan kekerasan yang bila dalam jumlah massa yang besar akan dapat berujung pada kerusuhan.
Terkadang didapati kasus obyek membalas tindak kekerasan yang di alami dengan cara kekerasan juga, terjadi intensitas kekerasan sehingga menimbulkan fungsi resiprokal atau fungsi saling membalas.
Sehingga tidak lagi bisa dibedakan  yang mana subyek dan mana obyek karena kedua-duanya sudah saling melakukan tindak kekerasan dan semakin memperuncing konflik.
Menghindari fenomena tindak kekerasan yang menimbulkan konflik, sangat membutuhkan komitmen dan disiplin yang tinggi bagi seluruh komponen bangsa, yaitu  dengan cara menciptakan ideologi bersama tanpa kekerasan.Â
Menghilangkan keakuan, kesukuan, keagamaan melebur dalam kesatuan gerak dan langkah mewujudkan perdamaian.
Jika konflik dan kekerasan yang hendak dilawan telah melebar ke seluruh lini dimensi kehidupan, maka gerakan perlawanan harus diarahkan untuk merubah seluruh dimensi tersebut.
Berangkat dari persoalan di atas, seharusnya negara kita dapat belajar dari kenyataan yang ada. Sudah jelas risiko terbesar yang akan dialami bila konflik dan kekerasan yang sudah pada tingkatan yang tinggi akan berpotensi dan berisiko pada perpecahan dalam internal negara.
Sejarah membuktikan Indonesia sudah banyak merasakan seperti apa pahitnya kekerasan dan konflik yang bermuara pada kerusuhan seperti Kerusuhan Mei 1998, kerusuhan 23 -- 24 September 2019 hingga kerusuhan Papua.
Banyak pihak dan rakyat yang akhirnya harus terusir dari tanah kelahiran dan tanah rantau, kehilangan mata pencaharian bahkan kehilangan nyawa.Â
Betapa berbagai peristiwa-peristiwa tersebut menggambarkan sangat pahitnya bila kekerasan dan konflik harus pecah menjadi kerusuhan, Inilah yang menjadi musuh terbesar bangsa hingga saat ini.
Indonesia sebagai bangsa yang besar dan penuh ragam, akan selalu menjadi sasaran oleh pihak-pihak yang ingin memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa, sehingga mesti diwaspadai dengan cara selalu mengenali jati diri bangsa dan meresapi kembali setiap perbedaan yang ada dari hati nurani yang terdalam, dalam bingkai persatuan dan kesatuan yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
Perbedaan bukanlah sebuah jurang pemisah akan tetapi merupakan warna warni yang indah yang apabila dibingkai dengan semangat saling menghormati dan menghargai akan tercipta sebuah nuansa keindahan dan harmonisasi yang mengagumkan.
Oleh sebab itu marilah bersama untuk selalu berusaha, berjuang menahan diri dari setiap ucapan, tulisan, dan tindakan yang dapat menyebabkan timbulnya konflik dan kekerasan.Â
Setiap kita berhak untuk hidup aman dan nyaman, sehingga sangat perlu kiranya bagi semua pihak agar selalu bersama-sama naik pemerintah maupun rakyat untuk membuka saluran komunikasi yang baik denga dialogis, negosiasi, dan penciptaan nilai-nilai kehidupan yang sepadan dengan tantangan kehidupan masa kini.
Hanya Berbagi.