Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Tahun 2024 Jangan Lagi Terjadi Krisis Paslon Pilpres

23 Mei 2019   12:13 Diperbarui: 23 Mei 2019   12:30 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penyelenggaraan Pilpres tahun 2024 jangan lagi terjadi krisis Paslon Presiden dan Wapres.

Seperti yang sudah diketahui Penyelenggaraan Pemilu 2019 telah memasuki garis akhir. Di tahun 2019 ini santer terdengar rumor bahwa beberapa parpol sulit untuk mengusung dan  menemukan figur Presiden dan Wapres. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Ini dikarenakan prinsip parpol yang masih mengedapankan perolehan suara parpol untuk mendongkrak suara, guna mencapai perolehan kursi legislatif maupun jabatan tertentu di kabinet berdasarkan pengaruh dan kharismatik figur paslon pilpres yang diusung.

Menilik petahana yaitu Jokowi yang sudah terlanjur diusung jadi capres oleh beberapa parpol yang setia sejak awal mendukung dirinya, sudah mendahului untuk  berkonstestasi dalam rangka mendongkrak perolehan suara. Hal ini membuat kontestan lainnya meski berpikir keras untuk meraih dan mendongkrak serta menyelamatkan parpolnya.

Mengapa Prabowo kembali diusung sebagai capres? Karena hanya beliau saat ini yang dinilai masih mampu untuk bersaing dan mempertahankan elektabilitas parpol lainnya dalam rangka mendongkrak suara.

Kalau saja saat itu Prabowo menolak, maka Jokowi tahun ini otomatis langsung naik jadi Presiden karena tak ada saingannya. Parpol yang bersebrangan dengan Jokowi otomatis akan jadi oposisi, karena tidak menemukan figur yang pas untuk berkompetisi dengan Jokowi, dan mengakibatkan partai oposisi akan sulit mendapat kursi legislatif ataupun jabatan menteri tanpa adanya figur paslon Presiden.

Menyikapi hal ini, di sinilah sikap negarawan Prabowo muncul, beliau membaca situasi pelaksanaan pemilu nanti kalau langsung dimenangkan satu pihak tanpa adanya persaingan, demokrasi jadi mati.

Pada akhirnya Prabowo harus berbesar hati maju lagi di Pilpres tahun 2019 ini, meskipun sesungguhnya beliau mengetahui akan berat memenangi pilpres ini bersaing dengan petahana.

Tahun 2019 ini sesuai hasil penetapan KPU lalu Jokowi dipastikan menang, namun di tahun 2024 Jokowi bakal tidak jadi calon Presiden lagi, karena sesuai UUD 45 amandemen, Jokowi sudah 2 periode maka tidak boleh lagi mencalonkan diri atau dicalonkan.

Oleh sebab itu periode 2019 -2024 inilah waktunya, masing-masing parpol mulai mengkader aset-aset SDM mereka untuk berkontestasi di tahun 2024. Sehingga Wajah-wajah baru figur pasangan Capres dan Wapres yang akan mewarnai Pemilu 2024 Mendatang sudah disiapkan sejak awal.

Jadi inilah saatnya dan sudah waktunya seluruh kontestan yang bersaing menyatukan visi dan misi bersama, tinggalkan perbedaan yang selama ini terjadi, segera susun rancangan terbaik untuk Pemilu Tahun 2024 mendatang.

Ini hanya analisa saja ya, mohon maaf dan harap maklum  kalau masih tumpul dan minim wawasan.

Just Sharing.

Sigit.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun