Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Maria Walanda Maramis Pejuang Emansipasi Wanita dari Sulawesi Utara

21 April 2019   11:56 Diperbarui: 10 Juli 2019   06:45 1018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosok Pahlawan Nasional pergerakan emansipasi wanita juga terdapat di Manado, yaitu Maria Josephine Catherine Maramis atau lebih dikenal Maria Walanda Maramis yang lahir di Kema, Sulawesi Utara pada tanggal 1 Desember 1872 dan wafat pada tanggal 22 April 1924 dalam usia 51 tahun.

Orang tua Maria adalah Maramis dan Sarah Rosintulu, anak bungsu dari 3 bersaudara. Maria menjadi yatim piatu pada saat usia 6 tahun karena kedua orang tuanya jatuh sakit, akhirnya Maria dibesarkan oleh pamannya yaitu Rostinsulu seorang hakim besar di Maumbi.

Maria disekolahkan di sekolah melayu yang memberi materi ilmu tentang membaca, menulis, sejarah dan ilmu pengetahuan. Setelah lulus Maria tidak lagi melanjutkan pendidikan, karena adat saat itu wanita diharuskan menikah dan mengasuh keluarga.

Pada tahun 1890 Maria menikah dengan Joseph Frederickh Caselung Walanda seorang guru bahasa, dari hasil pernikahanya mereka memiliki 3 anak perempuan dan salah satu anak mereka yaitu Anna Matuli Walanda menjadi seorang guru dan turut berjuang bersama Maria dalam memajukan kaum wanita.

Maria adalah sosok yang terkenal juga turut andil menjadi pendobrak adat, pejuang kemajuan dan emansipasi perempuan dalam dunia politik dan pendidikan di Indonesia. 

Dalam sebuah buku terbitan Nicholas Graafland dengan judul Nederlandsche Zendeling Geenootschap tahun 1981 tertulis bahwa Maria di nobatkan sebagai wanita teladan di Minahasa yang memiliki bakat istimewa dalam mengembangkan daya pikirnya sehingga lebih sering maju daripada kaum lelaki.

Kemudian setelah Maria pindah ke Manado, ia mulai menulis di surat kabar setempat yaitu Tjahaja Siang, dalam artikelnya, Maria menunjukan pentingnya peranan ibu dalam keluarga dimana kewajiban seorang ibu untuk mengasuh dan menjaga kesehatan anggota keluarga serta sebagai pendidik bagi anak-anaknya.

Pada tahun 1919 Maria membuat terobosan dalam dunia politik saat itu, ketika ia berhasil mereformasi sistem anggota badan parlemen Minahasa Raad, tentang  pendapatnya untuk menempatkan wanita dalam parlemen dan upaya agar wanita turut dalam pemilihan wakil rakyat. Usahanya berhasil dengan terbitnya surat keputusan dari Batavia tahun 1921 tentang  hak politik wanita.

Atas dasar perlunya wanita saat itu untuk memiliki bekal dan peranan dalam keluarga, maka Maria dan anaknya membentuk organisasi PIKAT atau Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunannya yaitu pada tanggal 8 Juli 1917. Organisasi ini bertujuan mendidik wanita yang lulus SD agar memiliki bekal kemampuan memasak, menjahit, merawat, pekerjaan tangan dan pekerjaan wanita lainnya. 

Organisasi PIKAT berkembang cukup pesat dengan dibukanya berbagai cabang di Maumbi, Tondano dan Motoling serta di beberapa daerah di Jawa antara lain Batavia, Bogor, Bandung, Cimahi, Magelang dan Surabaya. Kemudian pada tanggal 2 Juni 1918 PIKAT juga berdiri di Manado. Ia terus memperjuangkan kaum wanita hingga akhirnya tutup usia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun