Mohon tunggu...
Gandi
Gandi Mohon Tunggu... -

Seorang yang senang menulis dan mendesain

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ballon d'Or Kelima untuk Messi?

10 Januari 2016   11:36 Diperbarui: 10 Januari 2016   12:32 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Banyak yang sepakat dan tentu saja banyak juga yang tidak. Tapi pemilihan Ballon d’Or setiap tahunnya adalah berdasarkan catatan atau raihan para kandidat dalam setahun. Baik untuk klub maupun untuk tim nasional. Meski begitu, para pemilik suara yang bisa dikatakan ‘mewakili penggemar’, sebenarnya tak ubahnya para penggemar sendiri secara umum. Mereka kebanyakan menilai secara obyektif, tapi tak sedikit juga yang memilih berdasarkan kecenderungan mereka terhadap masing-masing kandidat. Mereka manusia juga, tak berbeda dengan penggemar selain bahwa mereka memiliki hak suara dalam pemilihan. Ini tak bisa dipungkiri.

Itulah kenapa pada pemilihan tahun lalu, ada beberapa pihak yang merasa tak puas dengan posisi runner up yang mendudukkan Lionel Messi sebagai yang berhak menempati. Mereka beranggapan (yang rasanya juga cukup beralasan) bahwa Manuel Neuer – yang membawa Jerman menjadi juara Piala Dunia 2014 di Brasil dan membawa Bayern Munchen menjuarai Bundesliga – lebih berhak di posisi runner up. Tahun lalu catatan Messi memang sedikit ‘kurang’ sehingga posisi runner up pun menimbulkan suara-suara ketidakpuasan. Barcelona tak meraih satu trofi pun di akhir musim 2013/2014 dan di final Piala Dunia 2014 Brasil, Messi gagal membawa Argentina juara karena mereka dikalahkan Jerman.

Itulah pemilihan. Banyak faktor yang bisa memengaruhi para pemilik suara dalam memberikan suaranya. Dalam hal catatan setiap kandidatnya, mungkin mereka sepakat karena informasi sekarang bukan hanya secepat virus menjangkiti tubuh namun juga detail. Tapi sekali lagi (sebuah) pemilihan selalu tentang ‘banyak faktor’ yang bisa membuat kecenderungan masing-masing pemilik suara berubah arah.

Sebagai contoh, seorang Dunga, sebagai pelatih tim nasional Brasil tentu sepakat bila tahun belakangan ini catatan yang ditorehkan Lionel Messi jauh lebih baik dari tahun lalu. Gelar treble winner untuk kompetisi mayor yang diikuti dengan dua gelar tak kalah prestise lainnya yaitu Piala Super Eropa dan Piala Dunia Antar Klub, pencetak gol terbanyak untuk klub, ditambah kontribusinya sebagai kapten Argentina yang membawa Tim Tango ke final Copa America – meski (lagi-lagi dalam sebuah partai final) mereka kalah adu penalti dari Chile – di mana ia memiliki peran kunci adalah merupakan pembuktian sahih.

Tapi kandidat pesaing Messi dalam perebutan Ballon d’Or kali ini selain Cristiano Ronaldo adalah kolega Messi di Barcelona, Neymar, yang adalah asuhan Dungan sendiri di tim nasional Brasil. Sebagai sesama Brasil yang ‘bersaing’ dengan Argentina dalam urusan menjadi yang terbaik di sepak bola, apakah Dunga akan memilih Messi, mengingat peran Neymar di Barcelona juga bukan peran kecil yang bisa disepelekan begitu saja?

Dan, tentu saja Dunga berhak memilih siapa pun, dan berhak menurutkan kecenderungannya. Toh dalam suatu pemilihan ada kebebasan bagi pemilik suara untuk memberikan suaranya, dan kenyataannya ada kandidat lain selain Messi yang bisa dipilih. Pengamat bisa saja menyodorkan catatan-catatan untuk dipakai sebagai acuan bagi para pemilik suara, dan umumnya para penggemar sepak bola berharap pemilihan itu berjalan fair, tapi catatan atau apa pun namanya tidak bisa memberi jaminan bahwa yang terpilih adalah yang memiliki catatan terbaik. Jangan lupa juga bahwa Messi, Neymar, dan Ronaldo adalah kapten tim nasional negara masing-masing yang memiliki hak suara. Selain alasan untuk dirinya sendiri, tentu faktor memilih perwakilan bangsa sendiri juga ‘dijadikan alasan’ (klise) lain. Jelasnya mereka tak akan memilih berdasarkan catatan. Tapi sekali lagi, itu sah-sah saja.

Tahun ini catatan Lionel Messi bisa dibilang yang terbaik, tapi dalam pemilihan pemenang Ballon d’Or nanti ada tiga kandidat yang boleh dipilih, dan tidaklah salah bila ada yang memilih Messi, Neymar, atau Ronaldo berdasarkan penilaian atau kecenderungan masing-masing. Dan tidaklah salah pula apabila akhirnya suara lebih banyak yang memilih Neymar, atau lebih banyak yang memilih Ronaldo.

Tinggallah suara-suara dari pelatih dan kapten tim nasional negara-negara lain selain ketiga negara yang menempatkan masing-masing kaptennya sebagai kandidatnya tersebut. Bisa dikatakan sebagian besar akan memberikan penilaian (mungkin) secara obyektif. Dan sebagian kecil yang mengikuti kecenderungan oleh berbagai faktor yang memengaruhinya. (Bahasa bercandanya) mungkin harus memberikan sekopor uang kepada Iker Casillas jika menginginkannya memilih selain Ronaldo. Demikian juga jika menginginkan Diego Godin memilih Neymar, pasti Godin akan mengatakan, “Wani piro?”.

Itulah pemilihan, dan apa pun hasilnya selalu menimbulkan ‘beberapa’ ketidakpuasan. Hanya saja mereka yang terlibat adalah para olahragawan yang terbiasa dengan atmosfer sportifitas, kemenangan atau kekalahan tak akan menghentikan semangat itu. Toh Ballon d’Or atau apa pun namanya, pemain terbaik dunia atau terjelek, hanyalah sebutan. Meski tak bisa dipungkiri bahwa itu adalah prestise. Karena terbiasa dengan atmosfer sportifitas, maka kekalahan tak akan membuat kandidat yang kalah menyatakan mundur dari pemilihan, tapi kemudian menuntut ke berbagai macam pengadilan dengan membabi buta dan konyol tapi menggelikan, hanya demi disebut pemain terbaik.

Salam sportifitas.

gambar

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun