Mohon tunggu...
Sidik Yulianto
Sidik Yulianto Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Sehat Selalu Sodaraku

Selanjutnya

Tutup

Bola

PSS adalah Cinta

26 Juli 2021   19:36 Diperbarui: 26 Juli 2021   23:07 1581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mural PS SLEMAN 1976 foto oleh Sidik Yulianto

            Fanatisme supporter sepak bola memang sangat luar biasa. Tidak bisa dipungkiri, banyak supporter-supporter yang rela mati-matian untuk membela klub yang mereka cintai. Sebut saja West Ham United, klub asal Inggris ini terkenal memiliki supporter fanatis yang "siap mati " dalam membela harga diri klubnya. Green Street menjadi salah satu bukti betapa loyalnya debuah fans terhadap klubnya.

            Saya mengambil dua contoh aliran supporter di dunia. Salah satunya yaitu hooligan, yang identik dengan pendukung sepak bola di Inggris. Fans yang terkenal akan keonaran saat klub kebanggan mereka berlaga. Pada saat pertandingan Inggris melawan Rusia 2016, hooligan Inggris terlibat bentrok dengan supporter Russia. Setelah pertandingan tersebut, hooligan Inggris dijatuhi larangan untuk tidak menghadiri pertandingan selama lima tahun.

            Selain Hooligan, ada juga aliran supporter Ultras yang identik dengan pendukung sepak bola Italia. Ultras sangat terkenal sebagai kelompotan suporter yang sangat fanatik mendukung klub kebangaannya. Namun dilain sisi, orang yang mengamini ultras sebagai alirannya enggan untuk mendukung tim nasional Italia. Hal tersebut berakar pada federasi sepakbola Italia yang dianggap terlalu banyak permainan politik dan juga kegengsian antara satu ultras dengan ultras lainnya. Curva Sud Milan, Curva Nord menjadi salah dua contoh kefanatismean pendukung beraliran ultras yang ada di Italia.

            Tidak dapat dipungkiri, fanatisme sepakbola di Indonesia sangat luar biasa terlihat dari cara mereka untuk mendukung klub kebanggaannya. Mulai dari perilaku ketika mengenakan atribut yang mengidentitaskan klubnya. Namun memang banyak fenomena supporter speak bola di Indonesia yang mencoreng citra speak bola dimata masyarakat. Kita tau rivalitas suporter PERSIB dan PERSIJA yang banyak memakan korban. Kedewasaan menjadi point penting bagi seluruh pecinta sepak bola dimanapun berada.

            Brigata Curva Sud atau sering disingkat BCS merupakan aliran supporter yang  mendukung klub PS Sleman  dan menduduki tribun selatan Maguwo International Stadium. Brigata Curva Sud identik dengan pakaian serba hitam yang selalu memberikan dukungan secara loyalitas ketika PS Sleman berlaga. Mulai dari menggunkan atribut lengkap, meneriakkan nyanyian yang lantang, dan berdiri 2 x 45 menit saat PS Sleman berlaga. Selain itu, BCS juga kerap menampilkan aksi-aksi yang ciamik yaitu membuat koreo ditambah dengan chants-chants secara kompak di tribun sisi selatan,

            Perserikatan Sepakbola Sleman atau disingkat PSS adalah salah satu klub sepak bola yang berbasis di Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Klub yang didirikan pada 20 Mei 1976 merupakan klub sepak bola kebanggaan masyarakat Sleman.  Maguwo International Stadium atau sering juga disebut MIS adalah markas bagi klub PSS. Elang jawa atau disingkat Elja, adalah julukan bagi tim sepak bola tersebut.

            Selain menjadi kebanggan warga Sleman, ternyata klub ini sudah mendunia. Terlihat dari dukungan supporter dari luar Kabupaten Sleman, salah satu contohnya  yaitu Sleman Fans Borneo, wadah pecinta, penggila klub PS Sleman ditanah Borneo. Selain di tanah Borneo juga masih banyak wadah-wadah bagi pecinta klub PS Sleman di kota-kota besar lainnya di Indonesia. Tak hanya itu, klub ini juga memiliki dukungan supporter yang berada diluar negara Indonesia, ada Sleman Fans Malaya, BCS South Korea, dan masyarakat independen di luar negeri yang belum mempunyai wadah untuk mendukung PS Sleman.

            Antusiasme Brigata Curva Sud yang sangat tinggi tidak hanya ketika PS Sleman bermain dilaga kandang, yaitu di Stadion Maguwoharjo Sleman Yogyakarta. Melainkan juga dilaga tandang saat PS Sleman bermain diluar Kabupaten Sleman. Beberapa contoh saat PS Sleman bermain tandang melawan PERSEBAYA di Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya. Brigata Curva Sud yang berangkat menuju Surabaya mencapai 5.000 ribu penonton. Padahal jarak antara Kabupaten Sleman dengan Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya adalah 256 KM. Hal tersebut membuktikan bahwa antusias Brigata Curva Sud sangatlah tinggi, jarak bukan halangan untuk Brigata Curva Sud  ketika mendukung klub kebanggan mereka berlaga.

            Pengalaman saya pribadi ketika ikut rombongan supporter Brigata Curva Sud yang berangkat menuju Kabupaten Bogor untuk mendukung PS Sleman yang berlaga dipartai final liga 2 2018 melawan Semen Padang FC. Perjalanan menuju Kabupaten Bogor terasa sangat membanggakan bagi seluruh supporter PS Sleman. Bukan hanya karena PS Sleman yang masuk final, namun juga huforia supporter Sleman merayakan keberhasilan PS Sleman yang lolos liga 1. Bernyanyi dan tertawa selalu hadir ketika berada di perjalanan menuju Kabupaten Bogor, maupun saat PS Sleman berhasil memenangkan pertandingan melawan Semen Padang FC dengan skor 2-0. Keberhasilan PS Sleman menjuarai liga 2 menjadi suntikan serta semangat baru bagi kami supporternya dan tentunya masyarakat Kabupaten Sleman.

            Saya berharap, kreatifitas serta supportifitas Brigata Curva Sud dapat ditiru dan diaplikasikan oleh supporter lainnya, agar kreatifitas serta kedewasaan bisa tercipta.

Sidik Yulianto

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UAD

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun