Mohon tunggu...
Sidik Awaludin
Sidik Awaludin Mohon Tunggu... Freelancer - Public Relations Writing

[Penulis Freelance, Menyajikan tulisan asumsi pribadi Berdasarkan Isu-Isu hangat]. [Motto: Hidup Sekali, Berarti, lalu Mati.]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sepenggal Cerita dari Operasi Seroja di Timor-Timor

23 Desember 2020   07:00 Diperbarui: 23 Desember 2020   07:06 1486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita ini diangkat dari sebuah obrolan ringan yang berharga dengan abang ipar saya, akan saya buatkan cerita ulang dalam bentuk tulisan. Sebelum saya mempublikasikan tulisan ini, kebetulan saya sudah berkomunikasi langsung dengan abang ipar saya dengan segala rendah hati beliau akhirnya saya diberikan izin dan beliau tidak keberatan bahwa cerita pengalaman beliau selama menjalani tugas sebagai prajurit TNI sewaktu diperintahkan untuk terjun di medan perang "Operasi Seroja" ini dibagikan dalam bentuk tulisan di Blog Kompasiana ini. 

Jadi kebetulan, abang ipar saya ini seorang prajurit Marinir TNI-AL yang ditugaskan untuk Operasi Seroja ke Timor-Timor dengan salah seorang sahabatnya yang sesama Marinir itu. Sahabatnya abang ipar saya ini yang saya kenal sebagai orang yang baik hati, jadi pada waktu jaman saya masih kecil dia sering sekali traktir saya makan bakso di depan rumah abang ipar saya. Memang di depan rumah abang ipar saya itu ada tukang bakso jualannya mangkal rasanya enak banget, setiap kali ada saya dirumah abang ipar saya sahabatnya ini suka traktir makan saya, padahal gajinya tidak seberapa sebagai seorang prajurit Marinir waktu itu. 

Pikiran saya pada waktu itu mungkin dia senang sama anak-anak begitu ya, selain itu dia juga tidak pernah marah sama sekali, maksudnya senang bercanda gitu sama anak-anak semumuran saya waktu itu. Selain di traktir bakso, saya juga sering dikasih permen karet sama dia dan saya suka sekali waktu itu. 

Hingga di suatu kejadian saya makan permen karet yang diberikan temannya abang ipar saya lalu entah kelelahan atau gimana sampai-sampai saya ketiduran, pada saat ketiduran tidak lama kemudian saya terbangun kembali karena merasa sesak tidak bisa nafas, rupanya permen karet yang saya makan itu melendung dan pecah menutupi muka dan lubang hidung saya. 

Waduh rasanya seperti gimana gitu ya sampai sekarang masih suka kebayang. jadi kalo saya inget sahabatnya abang ipar saya itu saya inget permen karet itu atau sebaliknya kalo saya liat permen karet jadi inget peristiwa tidak bisa nafas itu. 

Kembali lagi ke topik pembicaraan, jadi temannya abang ipar saya itu meninggal di medan perang operasi sedangkan abang ipar saya sendiri selamat, cerita meninggalnya dia itu dalam pertempuran yang heroik banget. Jadi pada saat pasukannya sedang terdesak kocar-kacir pasukan-pasukan musuh juga sedang pada bingung menyelamatkan diri. 

Kemudian abang ipar saya melihat ada sebuah lubang kuburan, mungkin terkena ledakan granat atau bom gitu sampai terbuka berbentuk kuburan. Lalu abang ipar saya masuk kedalam lubang itu, setelah berada di dalam lubang dengan sebisanya ditutuplah dengan tanah sisa gundukan di atas lubang itu dan dia bernafas didalam lubang itu menggunakan bambu yang berongga atau selang saya agak lupa ceritanya. 

Tetapi yang saya tahu di Marinir biasanya suka menggunakan selang yang panjangnya satu meteran, mungkin digunakan buat kalau dalam keadaan darurat di dalam air untuk bernafas atau di dalam tanah saat bersembunyi berperang, atau kalau ada anak buahnya yang nakal biasanya suka disabetin pake selang itu.   

Abang ipar saya menggunakan selang itu barangkali sambil bersembunyi, tetapi sahabatnya ini tidak ketika pasukannya sedang terdesak dia malah keluar dari sarangnya itu. Dengan beraninya dihadanglah lawannya itu, dia berondong dengan menggunakan senjata laras panjang, hasilnya lawannya banyak yang mati saat itu musuhnya. 

Tetapi justru dia sendirilah yang menjadi korban, dia meninggal di tempat lalu abang ipar saya masih berada di dalam lubang itu tidak lama berselang dia mendengar sudah tidak begitu ramai suara di atas. Seperti suara tembakan udah berkurang dan mulai sepi lalu abang ipar saya memberanikan diri untuk keluar dari lubang persembunyian nya itu, jadi pelan-pelan dia buka kembali dan dia merangkak keluar lubang ternyata hari sudah gelap. 

Ketika sesampainya di permukaan atas lubang persembunyian, dia berjalan merangkak di atas mayat-mayat itu sambil mencari arah ke tempat yang lebih aman. Sesampainya tugasnya selesai di medan perang tersebut, akhirnya dia bisa pulang dengan selamat sampai kerumah dan abang ipar saya menceritakan pengalamannya itu kepada saya. Ada satu hal lagi yang membuat dia selamat sebetulnya, menurut keyakinan dia dan teman-temannya jadi ada sebuah kepercayaan di pasukannya itu "kalau kamu berada di medan perang, jangan sekali-sekali kamu membunuh orang, nanti kamu akan dibunuh lagi". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun