Program baru Nadiem Makarim yang akhir-akhir ini menjadi sorotan publik adalah program organisasi penggerak (POP), tujuan dari program ini untuk mencari model Pendidikan yang terbaik untuk negara kita sekaligus mengaplikasikannya.Â
Nadiem ingin organisasi yang selama ini, bergerak sendiri-sendiri untuk memajukan Pendidikan Indonesia menjadi satu ikatan bersama, tujuan program ini bagus sebenarnya tetapi mungkin ada kekurangannya yaitu Nadiem tidak banyak menjalin komunikasi terutama kepada organisasi yang sudah lama ada seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Yang terjadi adalah NU dan Muhammadiyah mundur dari program POP itu.Â
Banyak media yang mengatakan mundurnya NU dan Muhammadiyah bagian dari aksi protes mereka, karena mereka beranggapan proses seleksinya tidak transparan sehingga memenangkan dua lembaga seperti putra sampoerna foundation dan tanoto foundation yang juga mendapat dana dari Menteri pendidikan seperti NU dan Muhammadiyah. Akhirnya sebelum polemik ini berkepanjangan,Â
Nadiem Makarim membuat permintaan maaf kepada NU, Muhammadiyah, dan PGRI. Nadiem pun meminta kepada putra sampoerna foundation dan tanoto foundation untuk tidak menerima dana dari Menteri Pendidikan, tetapi Nadiem meminta untuk kedua organisasi ini agar tetap ikut dalam program POP ini. Dan mereka setuju untuk itu karena tujuannya bukan untuk kepentingan pribadi tetapi demi masa depan pendidikan bangsa ini.
Seharusnya NU dan Muhammadiyah sebagai orang tua, bisa menerima permintaan maaf dari seorang Nadiem Makarim dengan melakukan pertemuan dan duduk bersama untuk membuat sistem Pendidikan kita lebih bagus ke depannya.
Niat dari mas Menteri ini bagus, tetapi hanya saja harus perlu diperbaiki dalam pelaksanaan kedepannya. Karena banyak terjadi kesalahpahaman bukan karena jeleknya apa yang dilakukan, tetapi mungkin karena buruknya cara penyampaian. Â Â