Mohon tunggu...
Yai Baelah
Yai Baelah Mohon Tunggu... Pengacara - (Advokat Sibawaihi)

Sang Pendosa berkata; "Saat terbaik dalam hidup ini bukanlah ketika kita berhasil hidup dengan baik, tapi saat terbaik adalah ketika kita berhasil mati dengan baik"

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Buat Apa (Sih) Menulis di Kompasiana?

7 Januari 2021   22:57 Diperbarui: 7 Januari 2021   23:23 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Buat apa menulis di Kompasiana?(!). Mungkin pertanyaan ini pernah terbersit di pikiran banyak penulis di sini.  Dan saya yakin itu.  Yang saya tidak yakin adalah apa jawaban masing-masing orang, bahkan saya tidak yakin dengan jawaban saya sendiri, yang juga Kompasianer di sini (sebutan buat penulis di Kompasiana). 

Boleh jadi, ada banyak motivasi, motivasi yang berbeda-beda yang melatarbelakangi para penulis sehingga mereka masih setia mengirimkan artikelnya di blog gratisan ini. Ya, setidaknya masih gratis hingga hari ini, meski sebetulnya sejak setahun belakangan ini pihak manajemen Kompasiana sudah menyediakan opsi berbayar (premium) dengan segala fasilitas khusus yang tak dimiliki oleh penulis gratisan tadi, antara lain kenyamanan tampilan monitor smartphone/laptop yang dibersihkan dari segala macam iklan yang menganggu dan menyedot kuota internet.

Untuk sementara lupakan dulu soal  "Premium" tadi, saya tidak bermaksud membahas itu hari ini. Lagian, saya lebih senang jika monitor saya banyak dipenuhi iklan. Gunanya buat memanipulasi perasaan saya seolah-olah diri ini penulis yang sukses. (Ngerti kan maksud saya?).

Kembali ke soal motivasi tadi.  Buat apa sih menulis di Kompasiana?!.  Pasti dapat uang dari K-Reward juga tidak.  Bukannya untung malah buntung. Waktu, pikiran, perasaan, keringat dan biaya tidak sedikit yang dikorbankan demi menulis di Kompasiana. Belum lagi bagi perokok berat seperti saya. Satu artikel itu bisa menguras sekian batang rokok (baca;bungkus) seiring semakin derasnya pikiran dan perasaan saya yang mengalir sehingga akhirnya terciptalah sebuah karya tulis. 

Namun, dengan semua "pengorbanan" itu tampaknya tak menjadi penghalang bagi penulis untuk terus menyumbangkan karyanya di Kompasiana ini. Mengapa?. 

Ya, Mengapa? (saya bertanya sama kamu).

Coba dijawab di kolom komentar di bawah ini yaaa.....

Yaa.... tentunya kalian lebih menuntut saya untuk terlebih dahulu memberikan jawaban atas pertanyaan tadi itu bukan? Setidaknya bisa kalian jadikan sebagai bahan contekan. Begitu kan?(!).

Baiklah.

Sebenarnya sulit bagi saya untuk memilih jawaban yang tepat.  Karena orang seperti saya ini sudah tidak banyak "kepingin".  Sebentar lagi usia saya 50 tahun.  Beberapa tahun belakangan ini saya sudah "latihan"  untuk tidak lagi mengharapkan pujian. Jadi kalau tujuan menulis agar mendapat pujian, yaa.... insyaa Allah tidak. Tidak lagi. Dan semoga tidak lagi, buat selamanya. Karena pujian itu akan menjauhkan kita dari Nya. Saya berharap, dalam menjalani masa-masa akhir kehidupan ini, saya dapat terampil mengelola jiwa ini sebaik-baiknya, dalam arti  mampu menetralisir rasa ingin dipuji, sekaligus pula rasa ingin membenci. Sehingga akhirnya saya benar-benar tidak membutuhkan itu. 

Uang?  Tadi saya dengar kalian menanyakan apakah saya tidak membutuhkan uang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun