Mohon tunggu...
Yai Baelah
Yai Baelah Mohon Tunggu... Pengacara - (Advokat Sibawaihi)

Sang Pendosa berkata; "Saat terbaik dalam hidup ini bukanlah ketika kita berhasil hidup dengan baik, tapi saat terbaik adalah ketika kita berhasil mati dengan baik"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memahami Al Quran dalam Perspektif Seni (Sastra)

2 Maret 2019   07:19 Diperbarui: 2 Maret 2019   08:13 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PENGANTAR SINGKAT  TENTANG MEMAHAMI AL QURAN

Memahami Al Quran, makna, pesan-pesan yang terkandung di dalamnya, sebagian besar dari banyak orang mengalami kesulitan. Tak terkecuali saya, penulis. Bahkan bagi mereka yang memahami bahasa Arab sekalipun sebagai bahasa resminya Al Quran terkadang juga bisa 'terjebak' dalam pemaknaan pesan yang 'tidak tepat guna atau tidak tepat sasaran'.  

Apalagi bagi kita (penulis) yang tidak bisa dikatakan bisa mengerti bahasa Arab. Namun demikian, dilatarbelakangi rasa kebersamaan (senasib), pula berlatar semangat persaudaraan sebagai muslim yang ingin berbagi, maka saya, penulis akan sedikit memberikan  inspirasi dan motivasi, dengan harapan, ketertarikan diri kita dan semangat kita untuk memahami pesan-pesan Al Quran akan lebih mengedepan, tanpa sungkan-sungkan, tanpa malu-malu, dengan kata lain akan timbul kesadaran bahwa ternyata sesunggguhnya belajar Al Quran bukanlah suatu hal yang harus di "tabu" kan apalagi di 'haram' kan. 

Demikian, tak ada dinding, tak ada sekat sekat, tapi yang ada adalah belajar, semuanya belajar, bahkan bagi mereka pengajar. Dan, semoga dalam proses belajar itu, DIA sang 'Pengarang' berkenan membimbing kita, menuntun, mengajarkan, menjelaskan, menunjukkan..., " Ar Rohmaan.., 'allama alquraan.., kholaqol insaan..., 'allamahul bayaan..."

Dan.... sebagai pengetuk qalbu, penulis akan menyampaikan ungkapan penulis berikut ini;

"Sesuatu itu menjadi berat, rumit, tak sederhana..., itu dikarenakan kita menganggapnya luar biasa. Sesuatu itu luar biasa, karena kita tidak biasa, di luar kebiasaan kita. Dan bila sesuatu yang tidak biasa itu mulai kita biasakan, maka tentu saja akan menjadi hal yang biasa. Lalu, mengapa kita tidak mencoba, mengapa kita tidak mau mencoba, mengapa kita tidak mau memaukan kemauan kita untuk mencoba "memahami Al Quran", mengenal sesuatu yang sudah mestinya kita kenali, sesuatu yang memang harus menjadi kemestian bagi kita semua untuk membiasakannya..? Membiasakan diri dengan suatu kebiasaan yang memang sudah seharusnya menjadi kebiasaan kita..???"


PREMIS SINGKAT DAN SEDERHANA  TENTANG BAHASA SENINYA AL QURAN
Dalam banyak bagian, bahasa Al Quran sesungguhnya mengandung gaya bahasa 'nyeni', seirama dengan seni sastra yang kita (manusia) pahami, sebagaimana puisi misalnya (syair, sajak, dan sejenisnya). 

Fakta tentang hal ini,  tidak hanya terukir pada surat-surat pendek seperti An Naas tapi bahkan pada surat panjang seperti Ar Rahman. Perhatikanlah rima atau sajaknya yang nyata begitu kental.

Bahasa Al Quran, sebagaimana halnya suatu gaya bahasa seni atau 'nyeni', tentu saja tidak bisa begitu saja dipahami secara langsung per kata atau per kalimat, tapi ada keterkaitan makna satu sama lain dengan kata-kata sebelumnya atau sesudahnya atau bahkan pemaknaan baru akan bisa diketemukan dan dipahami manakala telah mencakup keseluruhan ungkapan dalam satu surat, dan bahkan lagi, baru bisa dipahami apabila dihubungankan dengan pesan-pesan sebelumnya atau sesudahnya yang termuat dalam surat-surat lain yang termaktub dalam Al Quran itu sendiri (tentang metode penafsiran).

Di sisi lain, Bahasa Al Quran seperti halnya juga bahasa yang digunakan dalam puisi (sajak, syair), ternyata memiliki tata bahasanya sendiri, tersendiri, tidak mutlaq sama dengan tata bahasa standar pada umumnya (bahasa pergaulan pada umumnya).

Dan faktanya, banyak surat atau ayat Al Quran dalam kedudukannya yang 'nyeni' tadi, yang mengandung gaya bahasa seni, tenyata lebih menekankan keindahan bunyi (rima) daripada mendahulukan susunan kata-kata menurut tata bahasa standar yang dimiliki kebanyakan bangsa (manusia) pada umumnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun