Mohon tunggu...
Siauw Tiong Djin
Siauw Tiong Djin Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pemerhati Politik Indonesia

Siauw Tiong Djin adalah pemerhati politik Indonesia. Ia bermukim di Melbourne, Australia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Peringatan Ke-20 Kerusuhan Mei 98

2 Juni 2018   19:48 Diperbarui: 3 Juni 2018   10:31 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

LPKB (Lembaga Pembina Kesatuan  Bangsa) di lain pihak menganjurkan jalur asimilasi, yang kini lebih dikenal sebagai pembauran. Mereka menginginkan komunitas Tionghoa meninggalkan kultur Tionghoa, menghentikan hubungan emosional dengan Tiongkok, mengganti nama dari Tionghoa ke non Tionghoa dan menghilangkan ciri biologis ke-Tionghoa-an dengan kawin campuran. Sebagian dari mereka bahkan menganjurkan Tionghoa untuk masuk Islam.

Di zaman Demokrasi Terpimpin, aliran integrasi berada di atas angin. Baperki yang kiri memperoleh dukungan Soekarno dan para partai politik kiri besar, termasuk PKI. LPKB yang didukung oleh Angkatan Darat dan berbagai partai politik berhaluan kanan tidak bisa mengembangkan paham asimilasi.

Perubahan kondisi politik yang drastis setelah 1 Oktober 1965 mengubah posisi ini. Baperki dibubarkan dan paham asimilasi di undang-undangkan oleh rezim militer Soeharto.

Selama 32 tahun di bawah kekuasaan Soeharto telah terjadi cultural genocide. Komunitas Tionghoa dilarang merayakan tahun baru imlek di depan umum. Huruf Tionghoa dilarang. Pertunjukan Barongsai dilarang. Menjalankan ibadah Tionghoa di depan umum-pun dilarang. Orang Tionghoa dipaksa untuk mengganti nama. Beratus UU dan peraturan rasis dikeluarkan dan dilaksanakan oleh penguasa.

Komunitas Tionghoa hidup di negara yang mereka ikut bentuk sebagai "anak tiri", mengecapi diskriminasi dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan pendidikan.

Kerusuhan Mei 98 di mana komunitas Tionghoa yang tanpa perlawanan dipaksa melaksanakan paham asimilasi ternyata tetap dijadikan sasaran rekayasa politik. Dan mereka tidak memperoleh dukungan layak, baik dari pemerintah maupun komunitas mayoritas. Ini merupakan bukti kuat bahwa asimilasi bukan-lah jalur selamat untuk komunitas Tionghoa.

Pasca Mei 98 memungkinkan diskusi-diskusi terbuka yang membahas jalan keluar masalah komunitas Tionghoa. Pada umumnya masyarakat menerima bahwa paham multikulturalisme atau pluralisme, yang dipraktekkan di banyak negara maju, sesuai dengan lambang negara Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika, adalah jalur yang jauh lebih tepat ketimbang pembauran atau asimilasi.

Mungkinkah Terulang Kerusuhan Mei 98?

Saya mengumpamakan ledakan rasis berskala kerusuhan Mei 98 sebagai bush fires yang terjadi karena arsonists yang kerap melanda Victoria di Australia atau California di Amerika Serikat.

Ada tiga faktor utama:

Adanya kesenjangan ekonomi di mana rakyat jelata menderita kemiskinan dan gap antara kaya dan miskin kian membesar. Ini berfungsi sebagai kehadiran musim kemarau kering yang membuat semua rumput dan semak belukar kering kerontang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun