Ada yang menaksir, kekalahan timnas kita saat berhadapan dengan Cina tempo hari karena terlalu yakin akan menang. Menganggap lawan sebelah mata. Jemawa.
Secara hitung-hitungan, kita memang punya hak jemawa. Tiga pertandingan sebelumnya, Cina selalu keok. Kalah dengan skor menyolok. Utamanya kemasukan tujuh gol saat mengahadapi Jepang. Sementara kita dua kali seri dan sekali hampir menang. Dua seri itu atas tim yang bukan kaleng-kaleng. Jepang dan Arab Saudi. Hampir menang itu atas tim yang peringkatnya lebih meyakinkan dari kita.
Dilihat dari pemainnya, timnas punya hak jemawa. Pemain kita merupakan bagian dari klub Eropa. Ada yang di liganya Belanda, bahkan Seri A Italia. Pemain Cina tak segemerlap itu.
Sayang sekali kita menggunakan hak terlarang itu. Jemawa. Hasilnya kalah. Padahal kita menang penguasaan bola dan mengendalikan permainan. Terlihat kita memang lebih hebat. Hanya saja ukuran menang sepak bola tetaplah gol yang berhasil dibuat. Bukan pengusaan bola, banyak-banyakan tendangan sudut, atau jumlah tendangan yang diarahkan ke arah gawang.
Lepas benar tidaknya soal jemawa yang menghasilkan kekalahan, tiap tim memang seharusnya tidak menganggap enteng lawan. Setidaknya ada tiga hal yang akan terjadi ketika timnas jemawa. Pertama, berkurangnya kemampuan.Â
Seorang pemain yang biasanya melompat satu meter, karena jemawa hanya bisa setengah meter saja. Pemain yang bisa lari tiga puluh kilometer per jam, karena jemawa hanya bisa sepuluh kilometer per jam saja.Â
Anda mungkin tidak setuju soal berkurangnya kemampuan. Lihat pemain kita masih lari sama cepatnya, operan sama akurat, rebutan bola banyak menangnya. Iya, kemampuan teknis itu memang tidak berkurang atau mungkin lebih baik. Sayangnya yang berkurang berupa kemampuan membuat gol. Ini kekurangan yang menentukan sekali.
Kedua, jemawa membuat lawan bermain lebih baik. Lari, lompat, rebutan bola lebih baik.Â
Sekali lagi Anda barangkali tidak setuju sebab penampilan pemain Cina tidak hebat-hebat amat. Boleh jadi begitu.Â
Hanya saja yang jadi lebih baik dari mereka berupa kemampuan mencetak gol. Ketiga, jemawa menghadirkan kesedihan. Itulah yang terjadi. Kesedihan kita semua. Pengurus federasi, pelatih, pemain, suporter, penyuka sepakbola tanah air.
Meski begitu, timnas tentu istimewa. Penggunaan hak jemawa mendatangkan kemauan belajar, koreksi diri, menjadi lebih baik. Posisi tiga jadi buktinya. Bravo!