Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bagaimana Kopi Bekerja Pada Tubuh dan Otak Kita?

28 Juni 2022   20:17 Diperbarui: 28 Juni 2022   20:27 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilutrasi penikmat kopi| by pixabay

Bagi para penikmat berat kopi, melewati keseharian tanpa menyeruput kehangatan minuman berkafein ini rasanya seperti "kurang bersemangat". Jangankan beberapa cangkir kopi, satu cangkir pun seakan-akan mereka tidak rela kehilangan momentum untuk menikmati sensasi dan aroma khasnya, baik menikmatinya di pagi hari, sore, maupun saat malam: Slurp ... slurp, ah ... sedap!

Kopi termasuk minuman paling popular di dunia. Kebanyakan dari kita sudah terbiasa meminumnya---selain teh---sebagai menu pembuka, sehingga, layaknya candu, tidak ada yang benar-benar memikirkan apa yang terjadi ketika kita meneguknya beberapa kali sehari.

Jika berbicara mengenai kopi, itu artinya kita membicarakan kafein. Nah, tahukah Anda bagaimana sebenarnya efek kafein dalam kopi ini bekerja pada otak dan tubuh kita?

Kafein menipu otak kita untuk berpikir bahwa kita tidak lelah

Kafein secara struktural mirip dengan adenosine---suatu biokimia yang antara lain bertanggung jawab untuk membuat kita merasa lelah. Ketika kita merasa lelah, zat kimia tersebut secara bertahap akan terakumulasi di dalam otak sehingga kemudian membuat kita merasa mengantuk atau secara tidak langsung otak akan menyuruh kita untuk beristirahat.

Saat masuk ke dalam tubuh, kafein bekerja sebagai anti adenosine yang bertugas untuk mencegah adenosine bekerja sehingga kita akan merasa lebih segar. Dan biasanya, kafein mulai bereaksi setelah lima belas menit dan bertahan hingga enam jam. 

Kafein berikatan dengan reseptor adenosine pada otak. Semua kelebihan adenosine yang beredar di otak memberi isyarat kepada kelenjar adrenal untuk mengeluarkan adrenalin---hormon yang salah satunya berfungsi meningkatkan kadar gula darah yang digunakan tubuh sebagai energi. Dengan demikian, ketika lelah dan perlu tidur, kafein menipu otak untuk berpikir bahwa kita harus senantiasa terbangun.

 

Kafein Meningkatkan Suasana Hati Kita

Karena bertindak sebagai stimulan (stimulan adalah psikotropika yang dapat meningkatkan hormon dopamine dan norepinefrin pada otak) untuk sistem saraf pusat, kafein bisa memberikan perasaan senang, tenang dan nyaman saat dikonsumsi.

Kafein dapat meningkatkan mood kita karena efek penghambatan adenosine yang sama yang membuat kita merasa waspada. Ketika memblokir efek adenosine dengan kafein, otak melepaskan glutamin dan dopamin ekstra (yang merupakan stimulan alami lainnya) sehingga membuat kita tidak merasa bosan. Sebagai hasilnya, kita akan merasakan peningkatan suasana hati---penelitian juga menemukan bahwa penggunaan kafein menghasilkan penurunan risiko depresi, terutama bila dikonsumsi dalam bentuk kopi.


Kafein Dapat Meningkatkan Daya Ingat Kita

Ilmuwan telah menemukan bahwa sekitar 200mg kafein (atau sebanyak yang kita temukan dalam secangkir kopi 16 ons) dapat meningkatkan daya ingat kita hingga 24 jam setelah mengonsumsinya. 

Kafein secara tidak langsung juga dapat membantu kita mengatasi tugas-tugas yang membosankan, serta mengingat informasi langsung dari ingatan. Hal tersebut dibuktikan dari adanya penelitian tertentu yang dilakukan dan beberapa peserta diberikan kafein dosis sedang hingga tinggi. Hasilnya ditemukan bahwa beberapa peserta yang mengonsumsi kafein itu tidak merasa bosan saat melakukan tugas yang berulang. Selain itu, mereka mampu mengingat daftar kata dengan lebih baik dibandingkan mereka yang tidak diberi kafein.

 

Kafein Dapat Meredakan Sakit Kepala

Kafein sebenarnya membatasi aliran darah di dalam otak yang bisa menjadi efek yang berguna untuk mengobati sakit kepala. Banyak sakit kepala yang didahului oleh pembesaran pembuluh darah otak, dan penelitian telah menunjukkan bahwa kafein mengurangi aliran darah ini sekitar 27%. Untuk alasan inilah, sebagian besar obat migrain dan sakit kepala mengandung kafein. Faktanya, obat-obatan ini hingga 40% lebih efektif, bila bahan utamanya adalah kafein.

 

Kafein Meningkatkan Kinerja Fisik

Karena kafein adalah stimulan--dan salah satu stimulan yang paling umum untuk meningkatkan kinerja dalam olahraga---kafein dapat membantu mempersiapkan tubuh untuk aktivitas fisik bila dikonsumsi sekitar satu jam sebelum beraktivitas.

Kafein juga memecah sel-sel lemak, yang digunakan sebagai bahan bakar saat latihan. Ini tidak hanya menghasilkan peningkatan kinerja, tetapi seseorang dapat membakar hingga 15% lebih banyak kalori saat mengonsumsi kafein sebelum pelatihan. Jika dosisnya dalam jumlah yang tepat, kafein dapat memberi peningkatan kinerja yang luar biasa terhadap atlet, selama mereka tidak mengonsumsi terlalu banyak setiap hari.

 

Kafein Meningkatkan Tekanan Darah

Kafein diserap oleh usus kecil dan mencapai tingkat tertinggi saat dilepaskan ke aliran darah, sekitar satu atau dua jam setelah dikonsumsi. 

Tekanan darah kita dapat meningkat untuk waktu yang singkat---yang mungkin disebabkan oleh peningkatan adrenalin atau penyumbatan sementara pada hormon yang secara alami memperlebar arteri kita.

Biasanya, tidak ada efek jangka panjang dalam hal peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh kafein. Namun, jika kita memiliki tekanan darah tinggi atau masalah yang berhubungan dengan jantung, sebaiknya kita menanyakannya langsung kepada dokter apakah kafein termasuk aman untuk kita konsumsi.

 

Kafein Bisa Membuat Kita Cemas dan Mudah Tersinggung

Mengkonsumsi kafein dalam jumlah yang sangat tinggi---sekitar 100mg per hari---dapat menimbulkan kecemasan. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa kafein menggairahkan sel-sel otak kita yang memperingatkan kelenjar pituitari (kelenjar pengendali yang berfungsi menghasilkan beberapa hormon penting untuk kesehatan dan kebugaran) bahwa mungkin kita berada pada keadaan darurat. 

Kelenjar pituitari memberi tahu kelenjar adrenal untuk membanjiri tubuh dengan adrenalin, yang menghasilkan apa yang kita kenal sebagai respons "lawan atau lari". Adrenalin mendorong kita untuk bertahan dan menghadapi situasi yang mengancam atau melarikan diri dari tempat kejadian. Ketika berada dalam keadaan ini, kita cenderung lebih emosional dan mengalami perasaan mudah tersinggung atau cemas.

Terlalu banyak kafein juga menyebabkan kegelisahan sehingga membuat kita sulit untuk fokus pada kegiatan apa pun dan menyebabkan pernapasan cepat, serta memperburuk stres sebab faktanya, mengonsumsi kafein terus-menerus dalam dosis tinggi dapat menggandakan tingkat stres kita.

 

Kafein Bisa Menyebabkan Kita Sering Buang Air Kecil

Kafein tergolong diuretik, yang artinya dapat menyebabkan kita harus lebih sering buang air kecil. Penelitian telah menunjukkan bahwa kafein memiliki efek langsung pada otot polos kandung kemih kita, yang dapat mengiritasi jaringan kandung kemih dan berpotensi menyebabkan kontraksi kandung kemih yang tidak disengaja. Ini dapat berkontribusi pada inkontinensia urgensi atau kesulitan menahan buang air kecil. 

 

Kafein Dapat Menyebabkan Insomnia

Meskipun efeknya mulai muncul paling cepat lima belas menit setelah kita mengonsumsinya dan bertahan di tubuh kita hingga enam jam, kafein bisa membuat kita berada di bawah pengaruhnya sepanjang waktu. Dengan semua kelebihan neurotransmiter (senyawa pembawa pesan dan pengatur kinerja berbagai sitem tubuh) dan hormon dalam sistem tubuh kita, maka kita cenderung tidak bisa memejamkan mata dan tertidur. 

Alhasil, seperti lingkaran setan, kafein yang menyebabkan masalah dengan pola tidur kita dengan mengurangi tahapan tidur sebagaimana wajarnya, kafein juga menyebabkan kantuk yang meningkat sepanjang hari, yang akhirnya bisa terakumulasi di hari berikutnya. Kontradiksi, bukan?

 

Kafein Meningkatkan Pergerakan Usus

Banyak orang menyadari bahwa ketika minum kopi di pagi hari, mereka biasanya harus pergi ke kamar mandi segera setelahnya---dan ini dengan mudah menjadi kebiasaan meski tidak semua orang mengalaminya.

Namun demikian, kopi berkafein ternyata 60% lebih efisien untuk menggerakkan sistem pencernaan daripada segelas air---karena kopi melemaskan otot-otot di usus besar kita sehingga seluruh prosesnya lebih mudah. 

Kafein sebenarnya merangsang kontraksi dan relaksasi otot usus, yang mendorong pergerakan usus. Efek kopi pada proses ini memiliki kemiripan dengan proses makan dan bagi mereka yang mengalami sembelit, ini sebenarnya bisa sangat berguna karena kafein dapat bertindak sebagai pelunak feses alami.

 

Kafein Dapat Memengaruhi Kesuburan dan Kehamilan

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kafein dapat mengurangi aktivitas otot di saluran tuba, yaitu saluran yang membawa telur dari ovarium ke rahim, sehingga dapat mengurangi peluang seorang wanita untuk hamil sekitar 27%. 

Dalam hal kehamilan, lebih dari 300 mg kafein sehari---atau jumlah yang setara dengan sekitar tiga cangkir kopi---dapat menyebabkan irama jantung janin yang tidak normal dan pertumbuhan janin yang tertunda, bahkan keguguran. Karena itu, wanita hamil didesak untuk mengurangi asupan kafein harian hingga 200mg atau kurang. Konon, minggu-minggu sebelum kehamilan juga sangat penting. Penelitian telah menunjukkan bahwa ketika kedua pasangan minum lebih dari dua minuman berkafein per hari, hingga dua minggu sebelum pembuahan, keguguran lebih mungkin terjadi. Penting juga untuk dicatat bahwa ketika masuk ke dalam ASI, kafein mungkin menumpuk pada bayi yang menyusui. Hal ini dapat mengakibatkan bayi yang baru lahir menjadi lebih mudah rewel dan sulit tidur.

 

Kafein Memengaruhi Batas Toleransi dan Gejalanya dalam Tubuh

Ketika mengonsumsi kafein secara teratur, tubuh kita mengembangkan toleransi terhadapnya. Faktor-faktor lain seperti usia, berat badan, massa tubuh, dan kesehatan umum juga dapat berkontribusi pada bagaimana kafein dapat memengaruhi kondisi kita.

Gejala penarikan kafein dapat terjadi dalam waktu 24 jam dari dosis terakhir, dan dapat berlangsung dari dua hari sampai satu minggu. Gejalanya bisa termasuk sakit kepala, lekas marah, nyeri otot, mual, depresi, dan kelelahan, tergantung pada kebiasaan konsumsi kafein seseorang.

Gejala penarikan ini dapat berkisar dari yang hampir tidak terlihat hingga cukup ekstrem. Kasus penarikan kafein yang parah sementara ini dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Jadi, jika mencoba mengurangi asupan kafein, kita mungkin melakukannya dengan perlahan-lahan.

 

 

Secara keseluruhan, ketika dikonsumsi dalam jumlah yang aman, kafein tidak menimbulkan risiko kesehatan bagi kebanyakan orang. Tentu saja, sumber kafein memang penting---teh hitam dan kopi adalah pilihan yang baik---karena kafein juga mengandung antioksidan kuat. 

 

Ambang batas kafein pada tubuh dianggap aman yaitu mencapai hingga 400 mg kafein sehari---yang setara dengan sekitar empat cangkir kopi, atau 8 cangkir teh hitam. Meskipun overdosis kafein sangat jarang terjadi (gejala overdosis yang paling umum terjadi adalah kebingungan, halusinasi, gdan muntah-muntah, bahkan bisa mengakibatkan kematian karena kejang-kejang), tetapi hal itu dapat terjadi ketika kita mengonsumsi kafein dalam jumlah besar---biasanya dari pil diet atau minuman energi.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun