Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis: Sisi Lain Epidemi Sosial

22 April 2022   15:17 Diperbarui: 5 Juni 2022   09:33 1920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menulis merupakan epidemi sosial by pixabay 

Tidak terjadi pada zaman lain, sekarang profesi penulis sedemikian menjamur. Berbagai platform menulis atau media-media penyokong seseorang untuk melepaskan ide-ide tulisannya, baik profesional maupun pemula, serta adanya kelas-kelas menulis yang tersedia, baik daring maupun luring, baik gratis maupun berbayar, semuanya menunjukkkan bahwa begitu banyak orang memendam ambisi yang kuat untuk menjadi seorang penulis. Keinginan seseorang, sekarang atau suatu hari nanti, untuk menghasilkan sebuah buku---mungkin sebuah novel atau kurang lebih otobiografi---terletak pada satu tingkat perkembangan yang sangat disambut baik sebagai konsekuensi dari "melek huruf" yang meluas, yaitu standard pendidikan tinggi dan fokus yang tepat pada kekuatan buku yang mampu mengubah kehidupannya.

Akan tetapi, keinginan seseorang menjadi penulis mempunyai sisi lain yang menjelaskan bahwa aktivitas menulis bisa saja merupakan epidemi sosial dari isolasi, kesepian, kesunyian, dan gelombang keresahan yang menyakitkan yang belum terselesaikan. Alasan menulis bagi seseorang dengan keadaan tersebut merupakan opsi struktural yang paling sederhana dan paling meresap di kepalanya.

Penjelasan sisi lain tersebut selanjutnya memvisualisasikan beberapa orang yang melakukan kegiatan menulis karena ditenggarai tidak adanya orang-orang di sekitar mereka yang akan mendengarkan curahan hati dan pikiran mereka sehingga mereka mulai mengatur emosinya dengan kata-kata pada halaman-halaman kosong, kemudian mengirimkannya ke dunia yang lebih luas. Hal itu memaksa naluri kesendiriannya memberontak karena beberapa hal, diantaranya, teman-teman yang tidak dapat diganggu dan pasangan yang sibuk memberikan rentang waktu singkatnya untuk mereka.

Menulis semua pengalaman, baik kesedihan maupun kegembiraan, merupakan ketertarikan intelektual seseorang untuk meluapkan emosional tersebut yang mungkin berasal dari rasa malu atau putus asa atau alasan kuat lainnya yang mendorongnya lebih tenang menyalurkannya ke dalam wujud tulisan sebagai ganti dari suasana resah, sepi, dan kesendiriannya itu. Jika demikian, menulis bisa menjadi solusi seseorang untuk menghadirkan ambisi dari rasa pedih dari ketidakpedulian lingkungannya sehingga ditafsirkan kegiatan tersebut memberikan sebuah pengaruh positif. Sebagai contoh, seorang penulis Prancis, Gustave Flaubert, mengatakan dengan malu bahwa dia jatuh cinta pada usia 18 tahun dan kebahagiaannya itu dia tuangkan ke dalam tulisan meski awalnya dia tidak pernah ingin menjadi seorang penulis.

Seorang Filsuf Yunani, Socrates, turut mengajukan pandangan mencolok tentang menulis. Filsuf tersebut bahkan menyatakan bahwa kelahiran sastra dalam pandangan dunia hanyalah gejala isolasi sosial dan dakwaan komunitas. Menurutnya, meski merupakan pengganti panggilan sejati seseorang dari gejala tersebut---menulis hanya bisa dilakukan secara ideal oleh orang-orang ahli bahasa layaknya berbicara dengan sesama manusia secara langsung tentang apa yang benar-benar penting untuk diutarakan---menulis dengan cara tertentu merupakan tindakan balas dendam yang sangat sopan dan berseni di dunia yang terlalu sibuk untuk mendengarkan. Kegiatan menulis menjelaskan bahwa seseorang tidak akan pernah mengembangkan ambisi kutu bukunya jika dia tidak terlebih dahulu dikecewakan oleh keadaan sekitar yang sangat dibutuhkan untuk diandalkannya.

Kesadaran bahwa sebagai kompensasi epidemi sosial, menulis justru dapat memberikan energi untuk mengakui rasa sakit seseorang yang lebih mendalam dan tak terbalas. Kepuasan menulis, seperti cerita untuk menghasilkan buku yang layak misalnya, pada akhirnya memberi manfaat belajar dalam menemukan lingkaran teman sejati. Ketika seseorang kurang bersemangat secara kolektif melihat situasi dunia, menulis justru merupakan strategi yang jauh lebih baik untuk bertumbuh dan berpendapat mengenai keuntungan sastra yang mungkin tidak terpikirkan oleh seorang penulis itu sendiri. 

-Shyants Eleftheria, Salam Wong Bumi Serasan-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun