Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Savior Complex, Tindakan Salah Membantu

3 Desember 2021   14:48 Diperbarui: 15 Agustus 2023   07:48 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi savior complex cenderung ingin membantu | by pixabay

Tindakan membantu orang lain yang kesulitan adalah hal yang wajar kita lakukan sebagai bagian dari interaksi sosial. Tindakan ini bisa jadi hal yang menyenangkan bagi kita karena terbiasa ingin selalu membantu orang lain. 

Hanya saja, tanpa sadar terkadang kita melakukannya secara berlebihan, bahkan cenderung memaksa, sehingga orang lain justru merasa tidak nyaman menerima bantuan kita. 

Hati-hati, jika mengalami hal yang seperti dikutuk dengan kebutuhan yang tidak henti-hentinya untuk menyelamatkan atau memperbaiki orang-orang di sekitar kita, itu artinya perilaku kita sudah tidak baik lagi dan kemungkinan kita bermasalah secara psikologis yang disebut dengan istilah savior complex atau penyelamat yang berlebihan.

Savior complex sering disebut juga sindrom ksatria putih merupakan konstruksi kepribadian yang pada pandangan pertama tampak murni termotivasi untuk membantu. 

Sebenarnya sindrom ini menjadi tidak sehat karena sering kali membuat orang-orang yang bermasalah tidak fokus untuk mengatasi masalah mereka sendiri. 

Selain itu, orang dengan savior complex ini cenderung merasa lebih baik dan menganggap orang yang membutuhkan bantuan adalah orang yang lemah sehingga dia berpikir tanpa bantuan darinya maka masalah tidak bisa terselesaikan.

 

Nah, untuk dapat membangun pola relasional yang lebih sehat dengan fokus pada kebutuhan positif, sikap savior complex yang menyebalkan ini bisa kita hindari.

1. Jadilah pendengar yang aktif dan perhatikan kemungkinan bahwa kebutuhan orang lain terhadap masalahnya tidak selalu pada solusi. Masalah besar bagi para penolong biasanya menganggap orang lain tidak berdaya dan tidak mampu menyelesaikan masalah mereka sendiri. 

Kenyataannya, bisa jadi mereka hanya ingin bercerita dan solusi kita tidak diperlukan, seperti bahu yang berfungsi hanya tempat bersandar. 

Coba pisahkan apa yang kita dengar dari penilaian kita sendiri untuk menghubungkan masalah yang ingin disampaikan. Ketika teman kita yang bermasalah bertujuan untuk dipahami saja, kita sebaiknya melakukan respons sesekali seperti mengangguk atau hanya berkata singkat sebagai isyarat bahwa kita peduli tanpa harus berbicara panjang lebar seolah-olah menasehatinya atau bahkan menyalahinya. Jika kita tidak yakin dengan apa yang teman kita sampaikan, ajukan penawaran apakah dia ingin kita membantunya.

2. Jangan terburu-buru ingin menolong mereka sampai kita benar-benar memahami permasalahan mereka. Kita mungkin tidak tahu bahwa orang yang bermasalah sering kali dapat membantu diri mereka sendiri jika diberi kesempatan. 

Bahkan, kita pun mungkin tanpa sadar membangun ketidakberdayaan mereka karena selalu ingin menjadi pahlawan bagi mereka. 

Alih-alih menawarkan bantuan, sikap superior kita yang selalu ingin memecahkan masalah justru menambah kisruh permasalahannya, padahal kita cukup mengatakan "ya, saya paham" dan itu justru lebih baik---empati yang berlebihan sesungguhnya ketidakempatian.

3.  Tawarkan bantuan hanya ketika diminta saja. Salah satu aspek kunci kita dengan savior complex adalah keinginan yang mendarah daging untuk membantu meski tanpa diminta sekali pun. 

Secara otomatis kita menganggap semua orang ingin diselamatkan padahal sikap demikian sebenarnya bisa menjadi penghinaan karena menunjukkan ketidakpercayaan kita bahwa mereka mampu membantu diri mereka sendiri. 

Misalnya, jika seorang teman memberi tahu kita tentang hari yang buruk, karena perselisihannya dengan orang lain, kita dengarkan saja tanpa menawarkan resolusi, kecuali mereka ingin tahu pendapat kita mengenai keresahannya. Jika kita dimintai bantuan, berikanlah sesuai kapasitas supaya kita pun tidak memaksakan diri.

4. Jangan menjadi penyelamat yang ingin memberikan kesan baik, tetapi sibuk menguliahi teman yang bermasalah dengan fokus terhadap kesalahannya. 

Hal tersebut bisa menjadi pemicu masalah baru karena teman kita berpikir bahwa dia adalah orang yang benar-benar rusak atau kacau, padahal niat kita tidak seperti itu. kita mungkin terlalu subyektif menilai kesalahan yang bisa jadi benar di mata orang lain. 

Periksa kembali asumsi kita supaya tidak menimbulkan polemik kesalahpahaman sebab tidak ada orang yang melakukan semuanya dengan baik. Sebaiknya tetap sadar bahwa sebagai penolong, kita pun tidak bisa memberikan bantuan dengan sempurna.

-Shyants Eleftheria, salam Wong Bumi Serasan-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun