Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Writer's Block, Teror Penghambat Kreativitas yang Unik

19 September 2021   21:41 Diperbarui: 20 September 2021   04:57 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi serangan writer's block by pixabay

Barangkali situasi paling menyebalkan bagi penulis ialah menatap dokumen kosong di layar komputer atau halaman kosong di buku catatan. Selain menyebalkan, situasi tersebut mungkin juga menakutkan. Sekaliber Ernest Hemingway pun bahkan pernah diwawancara  dan diminta untuk menyebutkan hal paling menakutkannya. Dia menjawab, “Lembar kertas kosong.”

Sebagian besar penulis –tentu—pernah mengalami situasi tersebut pada satu titik dalam karier kepenulisan: serangan “writer’s block”. Writter’s block—Wikipedia—merupakan keadaan ketika penulis tidak menemukan gagasan baru untuk tulisannya. Sementara itu, kamus Webster mendefinisikan writer’s block sebagai penghambatan psikologis yang mencegah seorang penulis melanjutkan sebuah karya.

Namun, penulis sekaligus psikolog, Susan Reynold, membantahnya. Dia mengklaim bahwa writer’s block itu hanya mitos dan bukan kondisi psikologis. Dalam artikel Psychology Today 2015, Reynolds mencatat bahwa awal konsep writer’s block tersebut berasal dari abad ke-19 ketika penyair Inggris, Samuel Taylor Coleridge, pertama kali menggambarkan "teror yang tak terlukiskan"—Samuel tidak mampu menghasilkan karya yang menurutnya layak lahir dari bakatnya. Menurutnya, konsep writer’s block ini lantas kemudian memunculkan banyak mitos di seputar tindakan menulis. Para penulis mungkin pernah mendengar beberapa di antaranya, seperti ‘Inspirasi adalah hadiah dari Tuhan’, ‘Kamu harus menderita untuk senimu’, dan ‘Inspirasi itu terbatas’. Tidak mengherankan bahwa mitos-mitos writer’s block tersebut bisa membuat para penulis tertekan.

Penulis Julia Spicher Kasdorf sekaligus direktur program Master of Fine Arts Penn State menyatakan bahwa meski writers block nyata, ia bukan diagnosis psikologis klinis—dan kita tidak akan menemukan obatnya di apotek. Meski demikian, kelumpuhan kreativitas itu dapat berlangsung beberapa menit atau hingga puluhan tahun dalam kasus-kasus ekstrem.

 Writers block kerap dianggap musuh dan penderitaan bagi mereka karena kemunculannya dapat menjegal inspirasi dan kreativitas otak, tak terkecuali bagi profesional maupun non profesional. Penulis terkenal J.K. Rowling pun tidak luput dari serangan writer’s block. Pada sesi wawancara media setempat saat peluncuran buku keduanya “Harry Potter and The Chamber of Secrets”, J.K. Rowling mengatakan bahwa publisitas pertamanya adalah “Harry Potter and The Sorcerer’s Stone" (seri pertama Harry Potter, yang telah terjual lebih dari 400 juta eksemplar)—dan itu menghantuinya. Ketakutan terhadap ketidaksuksesan buku keduanya itu dikarenakan writer’s block terjadi saat dia menulisnya. Sampai akhirnya, dia berhasil menuntaskan seri tersebut hingga ke seri-seri berikutnya.  

Memang, kekeringan ide sesuatu yang menyedihkan bagi penulis. Namun, kemunculan writers block bukan semata-mata mematikan daya kreativitas secara mutlak. Jika writer’s block diibaratkan daun, anonimnya: hanya karena tidak ada daun di pohon, bukan berarti pohon itu mati atau patah.

 Ada beberapa penyebab mengapa sangat sulit untuk memulai dan menemukan inspirasi yang berkelanjutan walaupun penyebab tersebut bervariasi tiap-tiap penulis. Penyebab paling umum writer's block—biasanya ini terjadi pada penulis profesional—yaitu: 

 Takut

Kebanyakan penulis berjuang dengan rasa takut. Takut menempatkan diri dan ide-ide mereka di luar sana. Takut orang lain menilai mereka atau mengkritik pekerjaan mereka. Takut ditolak oleh penerbit atau pembacanya. Meskipun rasa takut benar-benar normal, itu menjadi masalah setelah mencegah Anda menciptakan sesuatu yang baru. Ketakutan mungkin adalah alasan terbesar mengapa beberapa penulis akhirnya tidak berhasil. 

 Perfeksionis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun