Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seni Mengkritik yang Efektif Tanpa Menorehkan Luka

27 Juli 2021   10:12 Diperbarui: 27 Juli 2021   12:59 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang membuat hubungan antar manusia menjadi gagal? Salah satu jawabannya adalah orang selalu berupaya meningkatkan harga dirinya dengan cara merendahkan harga diri orang lain. Upaya ini biasanya sering kita temui pada saat orang tersebut melakukan kritik.

Suatu hal yang wajar apabila kita harus mengoreksi sesuatu yang salah dan membenarkan sesuatu di luar konteks kepada orang yang memang melakukan kesalahan. Caranya, kita mengkritik. Namun, perlu juga kita tanyakan kepada diri sendiri, apakah kritik yang kita utarakan itu benar-benar untuk membetulkan sesuatu atau hanya untuk memuaskan ego kita?  Jika melakukan hal yang ke dua, kita justru akan menciptakan percikan perang—dan ini tidak akan pernah selesai.

Lantas, bisakah kita mengkritik orang lain secara elegan tanpa memunculkan perasaan terluka? Tentu saja bisa, asal kita sendiri pun tahu apa yang menjadi tujuan kita dalam mengkritik. Jika tujuannya baik, kita pun akan mendapat respek atau perhatian, sampai penghormatan dari orang tersebut.

Jadi, bagaimana caranya?

Pertama, sampaikanlah kritik itu secara pribadi—pada waktu yang tepat—bukan di depan orang banyak. Perlu kita ketahui, apa pun watak tipikal manusia, tidak ada yang mau disalahkan di depan orang lain.

Kedua, awali dengan kata-kata sanjungan. Ingat! Memberi kata-kata sanjungan itu bukan berarti kita berpura-pura baik. Pujilah dan sanjunglah sebagaimana porsinya dan tepatlah pada sasaran. 

Tujuannya, agar tercipta suasana cair dan bersahabat. Selain itu, cara tersebut juga mampu mengendorkan pertahanan orang yang dikritik supaya tidak berbalik menyerang diri kita secara kasar. Sehitam-hitamnya orang akan ada putihnya, pun sebaliknya. Artinya, seburuk-buruknya orang, akan ada sisi baiknya jika diperlakukan baik. Dengan begitu, kita secara tidak langsung membuat pikiran orang tersebut menjadi terbuka ketika menerima masukan. 

Ketiga, buat kritikan itu secara impersonal. Maksudnya, kritiklah karya atau kelakuannya bukan personalnya. Repotnya, saat mengkritik orang, terkadang kita sudah terlanjur benci dengan sosoknya sehingga kita akan tetap tidak menyukai apa pun yang dia lakukan, mau baik apalagi buruk. Salah satu nilai dari kedewasaan adalah kita bisa memisahkan kebencian secara personal dan kebencian terhadap apa yang dilakukan. Alih-alih melakukan perbaikan, kitalah yang menjadi masalah.

Keempat, berikan jawaban atau solusi dari semua masalah. Yang harus kita lakukan itu sedikitkan membicarakan kesalahan dan panjangkan solusinya karena penekanan kritik itu bukan pada kesalahannnya, tetapi bagaimana cara memperbaikinya. Dengan begitu, orang tersebut tidak merasa melakukan kesalahan, tetapi pada saat itu dia akan belajar menjadi orang yg lebih baik ke depannya.

Kelima, mintalah kerja sama tanpa menuntut. Kita bisa mengeluarkan kata-kata ajakan positif saat mengkritik tanpa harus menuntut paksa orang tersebut untuk memperbaikinya. Contohnya: “Saya tahu Anda pasti bisa memperbaikinya.” –dan bukan dengan kata-kata seperti: ” Pokoknya, Anda harus memperbaikinya!”

Keenam, lakukan satu kritik untuk satu pelanggaran. Banyak dari kita, secara sadar, saat melakukan kritik terkadang sampai merambat ke mana-mana, baik hal pribadi maupun kesalahan masa lalu. Tentu saja kritik yang kita sampaikan menjadi tidak efektif sebab kita tidak berfokus pada satu kesalahan. Maka itu sekali lagi, fokus kita adalah perbaikan, bukan memenangkan pertarungan ego.

Ketujuh, selesaikanlah secara bersahabat. Kita masuk ke dalam kritik dengan manis dan keluar pun upayakan dengan manis pula. 

Ingatlah, persoalan tersebut akan tidak tuntas apabila kita membawa pengaruh negatif yang menyebabkan orang tersebut akan merasa tertekan, terhina, bahkan terintimidasi. Persoalan tersebut akan selesai dan membawa pengaruh positif di kemudian hari apabila kita tutup dengan hal positif juga. Misalnya, ”Saya tahu Anda hebat, dan saya tahu Anda tidak akan melakukan kesalahan lagi.”

Pertanyaannya, bagaimana jika kita sudah melakukan semua, tetapi yang dikritik tetap sakit hati, tidak suka, marah, bahkan terhina? Nah, kita pasti tahu jawabannya, bukan? 

Kesimpulannya adalah orang baik adalah orang yang pada saat diberitahu dengan cara yang baik, dia mau berubah. Intinya kita menjadi orang baik, begitu pun dia.*

-Shyants Eleftheria, salam Wong Bumi Serasan-

*Disclaimer: Saya meringkas materi ini dari video seorang motivator hebat, Bpk. Abdi Suardin. Beberapa kalimat telah saya tulis sesuai versi saya sendiri agar lebih mudah dipahami secara general.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun