Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Alasan Takdir Tidak Mengizinkan Mereka Bersatu Lebih Awal

6 April 2021   07:33 Diperbarui: 13 Mei 2023   17:55 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
picture by pixabay.com

***

Di ruangan serba putih Delia masih berbaring di atas tempat tidur pemulihan pascaoperasi.

Tante Mia, wanita yang sudah dianggap sebagai pengganti ketiadaan ibunya itu duduk disampingnya.

“Tidak akan ada laki-laki yang mau menerima keadaanku sekarang,” gumam Delia putus asa. Gumaman itu lebih tertuju kepada diri sendiri, namun terdengar jelas di telinga Tante Mia.

“Tidak baik bicara seperti itu, Delia. Jangan mencela takdir Tuhan. Tuhan pasti memberikan alternatif kebahagiaan dalam bentuk yang lain untukmu. Yakinlah.”

Sekarang tidak hanya luka fisik yang harus dipulihkan, tetapi ada luka psikis juga yang harus disembuhkan. Menjalani hidup sebagai wanita yang tidak sempurna tentu tidak ringan bagi Delia. Namun, berkutat pada polemik kehilangan rahim, jelas akan menimbulkan problem kejiwaan tersendiri. Itu tentu sangat tidak baik.

Delia berusaha menerima takdir dan melupakan pernikahan. Hari-hari selanjutnya dia jalani dengan beragam aktivitas. Bekerja dan bersenang-senang, seperti berbelanja, perawatan ke salon, makan, nonton film, atau membaca tabloid receh sekadar ingin tahu gosip murahan artis kawin cerai. Untuk kegiatan lainnya, dia lebih memilih pergi ke panti asuhan. Bergembira bersama anak-anak yang tidak pernah merasakan kehangatan kasih sayang orang tua merupakan bentuk keuntungan bersama yang bisa menjadi terapi psikis untuknya.

***

Setahun berlalu. Suatu pagi kertas merah keungu-unguan berada di atas meja kerjanya. 

“Tadi ada kurir yang mengantarkannya.” Penjelasan singkat Anggi, rekan kantornya.  

Delia membolak balik kertas di tangannya. Membuka dan membaca nama yang tertera semacam olok-olok saja baginya. Dia berpikir bahwa Raen pasti mengira keputusannya pergi adalah kesalahan besar. Betapa cepatnya cinta lenyap bersamaan dengan hati yang berbalik seperti kaos kaki, meskipun semuanya itu bukan salah Raen. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun