Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Martabak Sia-Sia

7 Desember 2020   05:59 Diperbarui: 18 Februari 2021   08:23 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
picture by pngtree.com

Martabak manis, melihatnya saja sudah menggiurkan. Kudapan dari olahan terigu, dengan tekstur bersarang di dalam, ditambah olesan  margarin gurih, serta toping coklat manis dan kacang lezat, memberi sensasi nikmat bagi siapa pun yang menggiggitnya. Akan tetapi, semua kenikmatan itu seolah lenyap. Panganan yang sedari tadi berada di atas meja makan, sudah kurang mengguggah selera lagi. Di sini, di dalam dada, seharusnya tidak kurasakan sesak. Bila saja … ah! Aku menyesal sekali.

***

Sepulang kerja, aku mampir ke pasar Mambo—nama pasar khusus tempat para penjual jajanan beraneka ragam di kotaku. Sembari berjalan-jalan, pandanganku mengedari gerobak-gerobak yang berbaris rapi di area tersebut. Penciuman serasa dikilik-kilik aroma harum yang tersaji. Ada wangi kue-kue hangat, sate, soto, bakso, dan lain-lain. Pengunjung pun ramai. Begitulah suasana di pasar Mambo ini ketika sore hari. Apalagi menjelang weekend seperti hari jumat ini, pembeli semakin penuh menikmati aneka jenis jajanan yang ditawarkan.

Aku memilih gerobak di pojok area. Mi ayam Pak Brewok. Hidangan itu seakan menjadi menu wajib bila aku datang ke pasar ini. Kekenyalan mi dan bumbu ayamnya memang terkenal ajib. Seperti biasa kupesan satu porsi beserta segelas es kelapa muda yang juga tersedia. Duduk sendirian di dalam tenda tidak menghilangkan rasa lezat semangkuk mi ayam yang kusantap dengan lahap. Lidahku dimanjakan oleh gurih dan segarnya kuah ditambah dua sendok sambal pedasnya, mantap. Inilah aku: cewek jomlo penikmat kuliner, tidak pernah malu mojok sendiri di saat jam kantor berakhir. Meskipun beberapa pasang mata seolah memperhatikanku, aku tetap santai dan tak ambil pusing.

Sebelum meninggalkan pasar, mataku tertumbuk pada gerobak martabak manis. Antrian yang menumpuk membuatku penasaran dengan martabak yang dijual. Tampak gaya koki begitu cekatan menuangkan adonan tepung cair ke dalam pan besi di atas tungku api menyala. Tak lama kemudian, tersajilah bulatan martabak dengan tampilan kulit coklat muda mengilap dan aroma wangi menggoda hidung. Setelah dioles margarin beserta toping sesuai permintaan, martabak siap dipotong-potong dan dimasukan ke dalam kardus makanan. Satu per satu pembeli menerima pesanan mereka. Tiba-tiba, sekelebat ingatan tentang sesuatu muncul di kepalaku. Akhirnya, dengan segenap niat aku pun merogoh kocek kembali untuk martabak manis itu.  

***

Menjelang magrib, motor yang kukendarai sudah sampai di kompleks perumahan. Perumahan yang sangat asri dan nyaman. Tetangga-tetangga juga baik dan ramah. Terutama Bu Desri, tetangga rumah persis di samping kanan. Kebaikannnya sering membuatku merasa tidak enak sendiri. Semisal, Bu Desri seringkali berbagi masakan hasil olahan sendiri jika aku berada di rumah. Mungkin dia tahu aku sibuk bekerja jadi tidak sempat memasak.

Berada di rumah lagi setelah seharian penat beraktifitas membuatku lega. Akhir minggu kerja seperti ini adalah ‘me time’ yang aku suka. Berhubung dua hari ke depan adalah libur kerja, aku ingin menghabiskan malam dengan menonton beberapa ‘drakor’ terpopuler. 

Kantung martabak manis yang tadi kubeli, kuletakkan di atas meja makan. Beberapa piring kotor tampak menumpuk di dapur sisa sarapan tadi pagi. Rencana besok baru akan bersih-bersih semua. Kebiasaan yang buruk, suka menunda-nunda. Tak apalah, selagi belum bersuami juga, alasanku dalam hati.   

Setelah mandi dan salat, aku membuka bungkusan martabak. Masih terasa hangat walaupun sudah cukup lama. Itu karena plastik pembungkusnya tertutup rapat, jadi udara panas tidak leluasa keluar. Niatnya, sekotak martabak manis ini akan kuberikan kepada Bu Desri, tetanggaku itu. Bu Desri itu baik seperti ibuku. Beliau tinggal bersama suaminya saja. Aku ingin juga sesekali berbagi makanan walaupun bukan dari hasil masakan sendiri. Bayangan pada martabak ini, beliau pasti akan senang menerimanya.

Jari telunjukku usil mencolek coklat yang meleleh di pinggiran martabak. Wah, enak sekali. Tak puas mencolek, aku lantas mencicipi satu potong penuh. Rasanya benar-benar sedap. Tidak salah memang banyak yang membeli. Entah mengapa niatku jadi beralih. Sebuah hasutan setan menerobos celah kecil pendirian. Melintas di pikiran, biarlah martabak ini menjadi teman menonton beberapa list film drama Korea; It’s Okay That’s Love; The World of the Married; dan Crash Landing On You. Untuk Bu Desri, bisalah besok sore kubeli lagi yang baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun