Mohon tunggu...
Shyania Lorraine Ferdhian
Shyania Lorraine Ferdhian Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

newbie ~

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Killer" Behind the Screen

17 November 2019   16:00 Diperbarui: 17 November 2019   16:07 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth


Kehidupan di dunia maya terlihat begitu indah. Hanya dengan menggunakan gadget yang terhubung dengan internet, manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya secara online. Munculnya media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram, semakin mempermudah manusia untuk bersosialisasi satu dengan yang lainnya dalam dunia maya.

Instagram menjadi salah satu media sosial yang saat ini digunakan oleh hampir seluruh masyarakat dari yang muda hingga tua, dari pelajar hingga pekerja kantoran, bahkan pengangguran pun dapat memiliki instagram. Di instagram, kita sebagai pengguna dapat mengunggah foto ataupun video apapun, serta dapat mendapatkan likes dan komentar dari siapapun yang melihatnya. 

Dalam dunia Instagram, terdapat sebutan bagi mereka yang terkenal dan memiliki banyak sekali likes dan followers, yaitu "Selebgram". 

Artis-artis Instagram ini ternyata tidak hanya mendapatkan tanggapan-tanggapan positif  dari para followersnya, tetapi mereka juga mendapatkan kritkan dan tanggapan negatif, seperti mendapatkan komentar yang kurang menyenangkan dan terkadang dapat menyesakkan hati. 

Tidak hanya selebgram, selebriti-selebriti, influencer, dan bahkan pengguna biasa dan tidak terkenal pun bisa mendapatkan komentar-komentar negatif dari pengguna lainnya. Haters merupakan sebutan yang tepat bagi mereka yang tidak menyukai seseorang. 

Berawal dari sekedar tidak menyukai seseorang, lalu memberikan komentar tajam melalui kolom komentar yang tersedia, dan pada akhirnya dapat melukai perasaan orang tersebut. Komentar yang tajam inilah awal mula dari sebuah kejahatan atau kekerasan melalui internet yang disebut Cyberbullying.

Inimidasi atau penindasan dunia maya merupakan suatu bentuk kekerasan yang dialami seseorang, seperti diejek, dihina, atau dipermalukan oleh orang lain melalui media internet, teknologi digital, atau telepon seluler. 

Menurut hasil suvery yang dilakukan oleh lembaga donasi anti-bullying, Ditch The Label, media sosial merupakan media yang paling sering digunakan untuk cyberbullying. Instagram menjadi media nomor satu dimana banyak terdapat korban cyberbullying, yaitu sekitar 42% , lalu disusul oleh Facebook sebanyak 37% dan Snapchat 31% (Bohang 2017).

Aksi-aksi yang sering kali dilakukan oleh para pelaku cyberbullying adalah hinaan fisik, ras, dan orientasi seksual (Kurnia 2018). Menghina fisik seseorang merupakan aksi yang paling umum terjadi yang sering ditemukan dalam kolom komentar instagram. 

Para pelaku pasti memiliki alasan yang mendorong mereka melakukan aksi-aksi tersebut, yaitu seperti ingin melakukan pembalasan atas penindasan yang pernah dirasakan, ingin terkesan keren dan tangguh, iri terhadap seseorang, memiliki kepribadian yang senang menyakiti seseorang, serta ingin menyatakan kekuasaannya dan mendapatkan kepuasan dari melakukan cyberbullying. Hal-hal tersebut secara tidak langsung menjadikan mereka seorang "pembunuh" yang melakukan kekerasannya di balik layar.

Pelaku memang tidak menyakiti korban secara fisik, tetapi lebih secara mental, seperti depresi sedang hingga berat, emosional, merasa tidak percaya diri, dan yang paling berbahaya yaitu korban dapat terjun ke dunia zat terlarang atau narkoba bahkan sampai bunuh diri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun