Mohon tunggu...
Shulhan Rumaru
Shulhan Rumaru Mohon Tunggu... Administrasi - Penikmat Aksara

Penikmat Aksara

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Prabowo Memperalat Aksi 212?

10 Desember 2018   20:22 Diperbarui: 10 Desember 2018   20:24 943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto diadopsi dari tribunnews

Nampaknya, aksi berjilid-jilid sejak 2016 lalu belum jua usai, meski sudah dua tahun berselang. Aksi "jihad" itu, diperkuat dengan agenda reunian yang diikuti hampir 8 juta orang bahkan diklaim tembus 11 juta. Secara nalar naratif, rasanya sulit menyangkal bahwa ada agenda di balik agenda aksi-aksi yang memantik kesadaran sektarian ini, wabil khusus sentimentil keagamaan.

Kalaupun disangkal bahwa aksi 212, 411 hingga reunian kemarin tidak punya irisan politik, justru akan semakin janggal logikanya sebab jelas-jelas kegiatan tersebut menghadirkan tokoh yang tengah berkontestasi yaitu Prabowo Subianto.

Tak cuma itu, dalam sambutan Prabowo di tengah "mujahidin" 212, kata-kata Prabowo pun diarahkan secara implisit untuk berkampanye, seperti; "saya tidak akan panjang-panjang bicara karena sebagaimana kalian ketahui, saya sekarang telah mendapat tugas dan amanah sebagai calon presiden RI dan karena itu saya harus patuh dan mengikuti semua ketentuan, saya tidak boleh bicara politik pada kesempatan ini, saya tidak boleh kampanye, jadi saya hanya ingin mengucapkan terimakasih karena saya diundang oleh panitia."

Kalau kita gunakan logika terbalik, ya kalimat panjang Prabowo adalah kampanye. Menegaskan bahwa dia merupakan "capres RI" di hadapan jutaan peserta 212, tentu saja sebuah pesan kampanye. Tapi, bukan itu yang saya anggap penting, melainkan sesuatu yang jauh lebih dalam dari sekadar sambutan di depan panggung. Apa itu? Pencarian kekuasaan. Sejatinya, Prabowo tengah menguatkan salah satu variabel pencarian kekuasaan yang kini memang lagi condong pada dirinya.

Ada tiga variabel yang dimanfaatkan Prabowo dalam mencari kekuasaan:

Pertama, simbolis. Variabel ini harus dugunakan untuk "mengikat" perhatian publik agar fokus pada pesan-pesan politik yang ingin disampaikan.

Nah, dalam kasus ini, perjuangan 212 yang sudah mengantar Anies Baswedan ke kursi DKI 1, tentu akan terus terngiang dalam ingatan jutaan umat yang hadir di Monas dan akan dengan mudah dimanfaatkan oleh Prabowo sebagai alat politiknya.

Kehadiran Prabowo dalam reuni 212, sekalipun tanpa diberi panggung sambutan maupun peliputan media, sudah tentu akan diketahui oleh peserta reuni bahwa Prabowo adalah capres. Dan ketika ia diberi panggung bicara, maka itu kian mengukuhkan dirinya di hadapan para peserta. Setidaknya, koorientasi politik Prabowo sudah mulai terbangun saat itu.

Kedua, material. Jujur saja, kalau dilihat dari harta yang dimiliki Prabowo saat ini, maka angka 1,9 triliun bukanlah angka sedikit. Bahkan ini berbanding jauh dengan harta Jokowi yang hanya sebesar 50 miliar.

Kalau begitu kita harus bertanya, mengapa Prabowo menggaet Sandi Uno? Tentu saja, ia sudah berhitung bahwa ia akan rugi kalau menggunakan harta sendiri dalam pertarungan yang propabilitas kemenangannya kecil. 

Untuk itu, Sandi diajak agar bisa menopang anggaran kampanye, sekaligus memberi panggung bagi Sandi menuju momentum alih generasi 2024 mendatang. Bisa dikatakan, ini semcam kontestasi untung-untungan buat Prabowo alias kalau menang ya syukur, kalau kalah ya tidak rugi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun