Mohon tunggu...
Naufa Rafsanjani
Naufa Rafsanjani Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Freelance

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | "Secret"

20 September 2019   09:03 Diperbarui: 25 September 2019   07:29 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Untuk kedua kalinya aku melihatmu dengan orang yang sama. Lantas, apakah maksud dari sifat mu itu? Apakah aku pernah melakukan kesalahan untukmu. 

Atau kamu sudah bosan denganku? Emosi yang sudah ku kumpulkan sejak saat itu kini menjadi emosi mu dan membuatmu semakin merasa bersalah. Setelah ku ceritakan pemikiran yang berada di dalam pikiranku, kini giliranmu untuk mengutarakan yang ada di dalam pikiranmu.  

Benarkah seperti yang kamu katakan?! Ah, itu hanya ucapan yang ingin membuat hatiku kembali tenang. Aku bukankah gadis yang mengenal cinta kemarin, bahkan aku pernah menjalin cinta selama tiga tahun lamanya. 

Begitupun juga denganmu? Tetapi, mengapa sifat itu tidak berusaha untuk kamu rubah. Aku tidak memintamu berubah untukku, melainkan untuk dirimu sendiri. Aku hanya takut, jika kamu mempunyai saudara dan dia di perlakukan dengan sama hal seperti yang aku alami pada saat ini. 

Bagaimana dia akan mengatasi rasa lukanya? Tidak !!! Jika kamu mempunyai keturunan, lalu dia perlakukan seperti ini dengan kekasihnya. Bagaimana perasaanmu?

"Yang.... Aku minta maaf"

Minta maaf!!! Ucapan itu saja sudah tidak mempan lagi untukku. Bukan karena aku tidak menyukaimu, hanya saja aku sudah terlanjur kecewa dengan sifatmu yang terlalu menganggapku baik. Atau jika di kemudian hari nanti kamu melakukan kesalahan lagi, kamu akan kembali mendapatkan ucapan maaf dari bibirku. 

Untuk membuat pikiranmu lebih terbuka lagi, aku terpaksa mengatakan hal itu denganmu "Kalian berdua sama saja, atau perlu aku harus datangin dia agar semuanya jelas biar temannya tau bagaimana kelakuan dia jika tidak bersamanya" lagi-lagi kamu menahanku hanya tidak ingin membuat reputasi kerjaan dia, kamu dan aku hancur.

BULSHIT!!!

Bilang saja, kalau kamu tidak ingin pisah darinya. HAHAHAHAHAHA gumamku dalam hati.

Aku hanya bisa memegang kepala dan mencoba menunduk dan menahan tawa dari dalam hati. Sungguh lucu kisahku saat ini, haruskah aku menjadi seorang pecundang kelas atas lagi. Haruskah aku harus memainkan kembali perasaan orang, dan kembali menjadi Bad Girl. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun