Mohon tunggu...
Naufa Rafsanjani
Naufa Rafsanjani Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Freelance

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Selesainya Masalah Yang Akan Menjadi Masalah

20 Agustus 2019   15:16 Diperbarui: 21 Agustus 2019   11:30 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kau percaya tidak, jika setiap masalah yang menghampiri kita bukanlah sebuah ujian semata. Tapi itu sebuah takdir yang dikirim tuhan untuk membuat diri kita akan selalu berhati-hati dalam menjalani kehidupan. Pada dasarnya, diri kita akan merasa bersalah ketika menerima masalah. Bukan karena kita sedang mendapatkan masalah, melainkan rasa bersalah mengapa kita melakukan tindakan tersebut dan tidak mempunyai pikiran yang lain sebelumnya. 

Pecundang, Penakut, Tidak Berani Mengambil Resiko. Itulah kebanyakan orang untuk memberi sebuah saran atau nasihat kepada orang yang berada didekatnya. Sebuah itu tidak ada yang salah, bahkan termasuk benar. Namun, kebanyakan dari kita tidak melihat bagaimana kita sendiri bisa menerapkan seperti dengan apa yang kita ucapkan kepada orang tersebut. Seebanarnya itu sebuah tindakan yang sangat bagus karena telah melakukan yang belum tentu orang lain akan melakukannya. Tetapi, kebanyakan yang dari kita tidak dapat mengontrol diri untuk tidak melakukannya secara terus menerus. 

Bukankah seperti itu adanya ?

Ya, memang ini sudah takdir dan itulah cara tuhan untuk membuat diri kita agar selalu berhati-hati di setiap menjalankan kehidupan ini. Apa kau pernah melihat bagaimana seseorang bisa tertawa bahagia tanpa menunjukkan sisi rapuhnya dihadapanmu? Sebuah pertanyaan yang mungkin pernah ada di dalam pikiran seseorang tersebut. Jawabannya, (iya,ada). Sebut saja dia Naga Putih, aku berteman dengannya belum terlalu lama. Ya kisaran 2-3 bulan lamanya. Aku dan Naga selalu bercanda tawa dan bertukar pikiran ketika aku sedang mempunyai masalah, sampai akhirnya aku tidak menyadari ketika tiba-tiba saja dia menangis dihadapanku. 

Aku bertanya dan selalu bertanya kepada hati kecilku. Ada apa dengannya? Menagapa dia menangis? Tidak seperti biasanya dia seperti ini. Setelah itu dia terdiam dan mengalihkan pandagannya kepadaku, dan hanya senyuman kecil yang keluar dari bibir mungilnya. Dia kembali melakukan tugasnya sebagai seorang pekerja. Begitupun juga denganku, aku kembali dengan pekerjaanku. Namun aku melihat dari raut wajahnya, seperti nya dia sedang tidak baik hari ini. Ku urungkan niat itu sampai dengan waktu yang pas. 

"Ra?"

Deg, seketika aku megalihkan pandanganku kearahnya.

"Iya Ga," jawabku dengan senyuman.

"Mau cerita."

Cerita, akhirnya dia mencoba untuk berbagi pendapat kepadaku. Aku langsung duduk di sebuah kursi kosong yang tidak jauh dari temapt duduknya.

"Mau cerita apa Ga,?"

"Aku... Maaf ini semua salahku, seharusnya aku tidak menceritakan masalah payah ini kepadamu."

"Masalah payah, maksud kamu apa?"

"Jujur, aku tidak tahu harus menceritakan atau berbagi pendapat kepadamu dari mana."

"Katakan saja, aku akan mendengarkannya. Jika sudah selesai, aku akan mencoba membantumu untuk memberi pedapatku terhadap ceritamu."

"Baiklah." "Kamu tahu bukan, jika saat ini sedang menjalankan sebagai tulang punggung keluarga. Begitupun juga dengan kau Ra." 

"Lalu," ucapku yang semakin penasaran dengan cerita pertamanya semenjak aku mengenalnya.

"Sebenarnya aku tidak merasa sanggup menjalani ini Ra? Jujur saja, aku merasa dibohongi oleh seseorang dan itu benar-benar membuatku sangat hancur saat ini. Aku tidak pernah memintanya untuk melakukan apa-apa untukku, tetapi aku hanya meminta nya untuk tetap melakukan tugasnya untuk adikku saat ini. Tapi lagi-lagi takdir sudah menentukannya, dia sudah tidak bisa menjalani tugasnya dengan beban dimana adikku masih harus melakukan kawajibannya dengan usianya yang masih remaja. Apa menurutmu aku terlihat egois, jika aku mempunyai pikiran seperti itu kepadanya. Bahkan aku tidak bisa marah kepadanya karena dia masih satu darah daging denganku. Tapi, disisi lain dia juga tidak melihat bagaimana penderitaanku selama ini. Seseorang pernah memberiku saran agar bersikap tegas kepadanya, namun aku tidak bisa melakukannya. Karena menurutku itu bukan sifatku. Dan pada akhirnya aku menggunakan cara lain, agar dia memahami dengan jalan pikiranku saat ini."

"Apakah masalah itu sudah selesai?"

"Sudah, namun masalah lain datang menghampiriku."

"Masalah lain?"

"Masalah yang ini akan membuat seseorang akan berfikir lain terhadapku. Bukankah sebelumnya, kau sudah mengetahui masalah yang ini Ra?"

"Iya aku sudah mengetahui Ga."

"Ada banyak kelokan yang sedang aku jalani pada saat ini, aku tidak mengetahuinya sampai kapan ini akan berlangsung. Aku hanya mencoba berhenti untuk tidak mencoba dengan tindakan lain yang akan menciptakan sebuah masalah baru nantinya. Menurutku hal ini sudah menjadi cukup untuk masalah yang ada didiriku. Bukan karena aku tidak dewasa untuk mencari jalan keluarnya, namun sudah 4 tahun lamanya masalah ku tidak ada habisnya. Ingin aku mencoba istirahat dengan masalah itu, tetapi pikiranku selalu mengatakan untuk tidak beristirahat di dalam lingkaran masalah. Di lain sisi, perasaanku sudah tidak bisa menerimanya lagi. Lain kata, aku hanya mencoba menjadi seseorang yang tidak mempunyai masalah apapun walaupun aku sedang melakukan tugasku sebegai pekerja."

"Sangat salah, jika kau mempunyai pikiran seperti itu."

"Iya, aku tahu ini sangatlah salah. Tapi...."

"Sudah, biarkan aku menjawab untuk ceritamu itu." "Kau tau mengapa kau mempunyai pikiran yang menurutku tidak beraturan?"

"Tidak, tetapi aku juga sedikit tahu." jawabnya.

"Baik, aku yang akan menjawabnya saat ini. Apa kau tidak merasakan ada apa dengan dirimu yang belakangan ini hanya mengikuti arus kehidupan saja. Kau sudah termasuk kedalam golongan seseorang `stress` Naga. Maaf jika ucapanku kali ini terlihat lancang. Tapi cobalah untuk tidak memikirkan sesuatu yang berat Naga, mengapa aku mengatakan ini padamu. Karena kau sangat pandai menyimpan barang rusak yang belum tau akhirnya apa masih bisa di perbaiki atau sebaliknya. Kau selalu tersenyum ketika seseorang menghampirimu dan membawamu untuk masuk kdalam kehidupan bahagianya. Sedangkan kau, bahkan kau mungkin belum sempat menemukan hal itu dirimu Ga. Jadi, jika kau ingin melalukan nya agar kau tidak merasakan masalah itu banyak, jalani saja di tengah-tengah masalahmu yang sedang melihatmu saat ini. Dan selalu ucapkan kata-kata baik untuk dirimu, percayalah tuhan juga akan mencoba mengabulkan permohonanmu itu. `Be Your Self`` Naga, jangan pernah melihat orang lain itu tidak mempunyai masalah tapi lihatlah bagaimana orang itu mampu menyelesaikan masalah dengan rintangan yang sangat besar. Tapi, kamu juga harus ingat jangan pernah gegah dengan setiap tindakan yang kamu lakukan berhasil."

"Iya Ra, makasih saran darimu. Aku sedikit legah."

Baik, benar yang dikatakan teman ku tadi. Intinya tidak ada masalah yang bisa terselesaikan sendiri jika kita tidak menyelesaikannya dan menerima resiko setiap masalah tersebut. Biang Kerok (Tukang cari gara-gara) Mungkin kata-kata ini cocok untuk ku saat ini. Nikmati proses yang membuat isi kepalaku serasa ingin keluar, tapi jika aku tidak menikmatinya, aku juga tidak akan mengetahui caranya untuk mengubah pola pkir ku untuk masalah yang lain.

Masalah itu akan tenggelam dengan bersamanya waktu. dengan kata lain. Kau harus berusaha terebih dahulu, jangan tunjukkan lagi sisi rapuh keapada orang yang tidak merasa berdosa karena telah memanfaatkan kerapuhanmu pada saat ini. Lalukan saja yang menurumu senang dan tinggalkan saja yang membuat dirimu merasa gampang dibodohi. Karena pada dasarnya orang itu juga sedang mengalaminya sama sepertimu. Tetapi bedanya, dia melakukan cara untuk menghilangkan `stress` dengan cara bodoh juga. 

Jadi inti dari cerita ini adalah, sebuah masalah tidak akan pernah datang jika kau tidak terlahirkan didunia. Maka, jika kau sudah terlahir didunia, cobalah untuk mengikuti alur cerita itu dan perbanyak untuk mengubah pola pikir pada setiap saat nya. Jangan pernah memaksa suatu kehendak ketika masalah itu datang namun belajarlah untuk menerima sebuah masalah itu sampai akhirnya masalah itu tidak menyelimutimu kembali.

  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun