Mohon tunggu...
Shopian Hadi
Shopian Hadi Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar, membaca dan menulis

Senang membaca, sastra, sosial, politik, budaya, dan menyukai olahraga dan petualangan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Bank Sampah Menjaga Stabilitas

31 Agustus 2020   23:05 Diperbarui: 31 Agustus 2020   23:06 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bank Sampah. sumber www.pojoksatu.id

Kondisi perekonomian Indonesia ikut terdampak pandemi Covid-19. Tak hanya Indonesia, seluruh penjuru dunia juga ikut kena imbas. Karena itu, pemerintah mencari berbagai upaya mengantisipasi krisis dan mencari formulasi menyehatkan perekonomian. 

Ditengah serangan pandemi, pekerjaan rumah pemerintah bertambah menghadapi hoaks atau kabar bohong dengan isu perbankan terancam bangkrut dan mengajak penarikan uang besar-besaran atau rush money.

Bila bank atau perbankan diserang isu rush money, hanya bank sampah yang anti dan tidak terkena isu ini. Di tengah pandemi dengan aktifitas warga yang lebih banyak dirumah, membuat bank sampah semakin menggeliat dan berkontribusi pada perekonomian masyarakat. Lebih jauh bank sampah bisa ikut berkontribusi pada perekonomian negara ini dan menjaga stabilitas keuangan.

Tidak percaya? mari ikuti ilustrasi ini. Y pengelola sebuah bank sampah di Kota Jambi memiliki sekitar 300 nasabah, atau tepatnya anggota bank sampah. 

Omset bank sampah perbulan diperkirakan paling sedikit sekitar Rp 35 juta/bulan. Bank sampah menawarkan skema sampah yang ditabung uangnya bisa diambil langsung dan pilihan lainnya ditabung dengan program tabungan emas yang bekerjasama dengan institusi perbankan. Rata-rata nasabah bank sampah, memilih skema kedua.

Selain keuntungan bank sampah, dana yang terhimpun dari bank sampah semakin besar dengan menerapkan lomba dalam jangka waktu tertentu bagi nasabah. Nasabah yang menabung dan mencapai nominal emas 100 gram mendapatkan hadiah. Bayangkan besarnya dana yang terhimpun di institusi keuangan bila jumlah bank sampah di Indonesia semakin banyak dan sehat. Dana ini tentu akan membantu negara dan bisa menggerakan perekonomian.

Mengutip Kadatada, potensi ekonomi sirkular di dunia mencapai US$20 triliun atau setara Rp 293 triliun. Ekonomi sirkular yaitu berfokus pada penggunaan sumber daya yang efesien dengan mendaur maupun menggunakan ulang barang untuk kelestarian lingkungan. Salah satu bentuk ekonomi sirkular adalah bank sampah.

Bayangkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang menghasilkan banyak sampah dan belum terkelola. Dengan estimasi timbulan sampah per kapita Indonesia adalah 0,7 kg/hari atau setara dengan 65 juta ton sampah dalam satu tahun, tentu sangat menjanjikan dan sampah bisa ikut menggerakan perkonomian Indonesia.

Mengutip studi Sustainnable Waste Indonesia (SWI), masyarakat di perkotaan di Pulau Jawa menghasilkan sekitar 189 ribu ton/bulan atau 6.300 ton/hari sampah plastik , dan baru 11,83 persen atau 22 ribu ton/bulan yang dikumpulkan dan didaur ulang. 88,17 persen masih diangkut ke TPA atau berserakan di lingkungan. Kemudian bank sampah baru, 1,5 persen.

Mengutip Kementerian Lingkungan Hidup, pada Tahun 2018 bank sampah memberikan kontribusi terhadap pengurangan sampah nasional sebesar 1,7% (1.389.522 ton/tahun) dengan pendapatan rata-rata sebesar Rp. 1.484.669.825 per tahun. Keuntungan ekonomi sirkular tersebut diperoleh dari pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Bank Sampah dengan menerapkan prinsip 3R (reduce, reuse dan recycle).

Keterlibatan Perbankan

Sudah saatnya perbankan di Indonesia melirik ekonomi sirkular maupun bermitra dengan bank-bank sampah yang ada. Dari ilustrasi tadi, perbankan perlu terlibat dan mendukung pembangunan peta jalan atau kerangka kerja industri pengolahan sampah berkelanjutan yang menciptakan ekonomi sirkular. 

Potensinya sangat besar dan menjanjikan sekali. Dengan kriteria bank sampah dan program dengan jangka waktu tertentu, dana dari sampah bisa dihimpun serta dikelola untuk kesejahteraan dan menggerakan ekonomi.

Hal ini bisa dilaksanakan, karena hasil dari tabungan sampah pada dasarnya bukan tabungan utama untuk keperluan konsumtif yang bersifat segera. 

Sejauh ini, peluang dari potensi sampah, Pegadaian memang lebih besar dan banyak terlibat memanfaatkan kerjasama dengan bank sampah. Selain tabungan emas, bank sampah bahkan ada yang membuat tabungan sampah untuk naik haji.

Bank sampah selain dalam bentuk tabungan, saat ini juga sudah berkembang dengan menukarkan dengan belanja sembako. Di masa pendemi, tentu sangat membantu masyarakat untuk memenuhi komsumsi dan kehidupan sehari-hari. 

Bahkan, bank sampah juga sudah berfungsi sosial dengan menghimpun dana maupun banyak lembaga bekerjasama menyalurkan bantuan melalui bank sampah karena dipercaya.  

Akhirnya di tengah pandemi dan terpaan isu rush money. Kita dengan banyaknya aktifitas dirumah, hal kecil terbaik yang bisa dilakukan untuk kontribusi kepada negara ini adalah dengan tetap beraktifitas normal dengan penyesuaian protokol kesehatan serta memilah sampah yang kita hasilkan. Bila ada bank sampah disekitar, kita bisa ikut menjadi nasabahnya dan menabung. 

Bila tidak, dengan memilah dan menyisihkan sampah yang berharga untuk pemulung, bisa saja adalah langkah kecil yang baik. Sampah-sampah yang kita hasilkan bisa untuk membantu sesama, bahkan menggerakan ekonomi Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun