Mohon tunggu...
Mar'a Sholihah
Mar'a Sholihah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mensyukuri Ni'mat Alloh dengan Maulid

19 Desember 2016   23:21 Diperbarui: 20 Desember 2016   01:10 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Perayaan Maulid Nabi di Banyuwangi sangat meriah dengan adanya tradisi endog-endogan. Banyak wisatawan dari luar kota yang mengunjungi Banyuwangi hanya untuk melihat keunikan dari tradisi tersebut. Rombongan wisatawan dari jambi yang sengaja menunggu hari raya Perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad S.A.W di Banyuwangi hari ini di masjid Baitu Salam Sraten Cluring Banyuwangi adalah kemeriahan kedua setelah Hari Raya Idul Fitri, malahan pada desa desa tertentu melebihi kemeriahan Hari Raya Idul Fitri. Rangkaian perayaan ini sambung menyambung dari masjid kemasjid dan dari satu rumah Kerumah yang diletakan didepan rumah warga kemudian di angkat dengan kendaraan motor becak maupun mobil menuju ke masjid." Nurfiandi wisatawan lokal dari jambi sangat mengagumi wisata yang ingin melihat objek-objek wisata di tanah paling ujung timur Pulau Jawa ini, (Endog merupakan istilah Jawa yang bila di-Indonesia-kan berarti telur).[1]

Peringatan Maulid Nabi di Banyuwangi dilaksanakan secara bergantian di seluruh Kabupaten Banyuwangi selama satu bulan penuh. Meskipuun sama-sama di kabupaten Banyuwangi cara perayaannya berbeda-beda. Peringatan maulid Nabi biasanya diisi dengan pembacaan diba’ yang berisi tentang cerita- cerita Nabi. Muhammad, khataman Al-Qur’an, istighasah, dan biasanya disambung dengan ceramah oleh mubaligh (mauidzah hasanah) yang tidak pernah ketinggalan adalah salah satu ritual unik untuk mengiringi kegiatan pembacaan dzikir maulid adalah kirab endog-endogan yang dihias dengan aneka rupa hiasan dan diarak menggunakan berbagai macam kendaraan. Tidak hannya itu grup kesenian tradisional using (kuntulan), drumband juga turut berpartisipasi dalam acara peringatan maulid nabi setiap tahun.

Tradisi masyarakat using di desa Macan Putih memang  memiliki perbedaan yang signifikan dibanding dengan tradisi using di wilayah-wilayah lain di Banyuwangi. Karakteristik kebudayaan using di wilayah Macan Putih  telah berubah menjadi tradisi yang telah dipengaruhi corak kebudayaan islam. Tidak ada satupun ritual yang menghadirkan roh halus dalam gaya tradisi using didesa Macan putih

Masyarakat desa Macan Putih rela mengeluarkan uang berapapun untuk memperingati Maulid Nabi. Karena ketika mereka ditanya alasan mengapa rela menegeluarkan berapapun untuk maulid, merekapun menjawab “sangking demene”   yang berarti sangat cinta kepada Rasul. Selain itu juga dikuatkan dengan hadis:

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ عَظَّمَ مَوْلِدِي كُنْتُ شَفِيْعًا لَهُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ، وَمَنْ أَنْفَقَ دِرْهَمًا فِي مَوْلِدِي فَكَأَنَّمَا أَنْفَقَ جَبَلاً مِنْ ذَهَبٍ فِي سَبِيْلِ اللهِ.

Artinya: “Nabi saw bersabda: 'Barang siapa mengagungkan hari kelahiranku, niscaya aku akan memberi syafa'at kepadanya kelak pada hari kiamat. Dan barang siapa mendermakan satu dirham di dalam menghormati hari kelahiranku, maka seakan-akan dia telah mendermakan satu gunung emas dijalan Allah

Mereka rela mengeluarkan uang berapapun untuk memperingati maulid Nabi. Setiap RT mengeluarkan dana yang cukup besar untuk acara Maulid ini sendiri. Besarnya iuran ditentukan oleh kesepakatan masyarakat dengan ketua RT. Iurannya mulai dari Rp 20.000 sampai Rp 50.000 per KK. Iuran ini digunakan untuk mengadakan kegiatan sendiri di RT,dibagi menjadi dua. Misalnya  iuran Rp 50.000. Rp 30.000 untuk kegiatan malam hari, dan Rp 20.000 untuk kegiatan pagi harinya. seperti  drumband, marawis,kuntulan, tidak lupa judhang dan telur.

Acara Maulid Nabi di Macan Putih dilaksanakan dua  kali. Yaitu pada tanggal 12 Rabiul awal yang biasa disebut dengan Maulid kecil, dan pada minggu terakhir bulan Rabiul awal yang biasa disebut dengan maulid besar. Acara yang dilaksanakan pada tanggal 12 Rabiul awal hanyalah tasyakuran biasa. Yang mengikutislametanadalah semua warga desa Macan Putih. Dilaksanakan pada pagi hari setelah shubuh, diawali dengan pembacaan berjanji kemudian pembacaan shalawat dan tasyakuran. Setiap keluarga membawa ancak  (yang terbuat dari batang pisang ) yang diisi dengan nasi dan beberapa lauk yang pantas, seperti ayam, mi, telur,dll.

Yang kedua adalah Maulid besar. Maulid besar ini dilaksanakan rutin  pada minggu terakhir pada bulan Rabiul awal. Tahun ini akan dilaksanakan pada tanggal 24-25 Desember 2016. Acara maulid di Macan Putih tahun ini sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya. Karena tahun ini acara Maulid Nabi sudah diakui oleh kabupaten sebagai agenda festival tahunan yang termasuk dalam pelangi budaya Banyuwangi. Maulid Nabi di Macan putih dipilih menjadi festival tahunan karena di Macan putih acaranya sangat berbeda dengan daerah lainnya.

Ada berbagai macam kegiatan yang dilaksanakan ketika Maulid Nabi, seperti karnaval budaya, gredoan (ajang pencarian jodoh), dan kirabendhog-endhogandiakhiri dengan ceramah agama. Kegiatan tersebut dilaksnakan pada hari sabtu- minggu terakhir bulan Rabiul awal. Karnaval dilaksanakan pada malam minggu setelah isya’. Setiap RT wajib mengikuti karnaval tersebut. Dengan mendelegasikan beberapa warganya untuk mengikuti karnaval.

Karnaval dilaksanakan pada malam hari sebelum Maulid Nabi. Dalam karnaval itu menceritakan sejarah-sejarah islam seperti ka’bah, burung ababil, buraq, wali 9 dll. Serta dilengkapi dengan pawai obor yang diikuti oleh pemuda desa Macan Putih, di lanjutkan dengan acara kesenian oseng (kuntulan). Setiap RT wajib mengeluarkan judhang dengan tema bebas,asalkan masih menceritakan sejarah islam mulai dari zaman Nabi sampai wali 9. seperti burung ababil, buraq, ratu bilqis, ka’bah, dll. Peserta dari lomba judhang ini tidak hanya dari RT saja, melainkan juga dari kelompok-kelompok anak-anak, remaja maupun dewasa. Setiap kelompok anggotanya mulai dari 15-30 orang. Setiap anggota iuran untuk membuat judhang tersebut. Menurut hasil wawancara yang sudah kami laksanakan kepada salah satu kelompok yang mengikuti lomba judhang tersebut bertemakan ratu bilqis. Dalam kelompok ini menghabiskan biaya kurang lebih 4 juta. Sehingga setiap anggota membeyar Rp 150.000. Pada saat kegiatan Karnaval tersebut seluruh masyarakat Macan Putih berkumpul di sepanjang jalan untuk menonton karnaval tersebut, tidak sedikit masyarakat dari desa lain maupun kota lain yang datang kesana hanya untuk menonton tradisi tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun