Mohon tunggu...
Shofwan Karim
Shofwan Karim Mohon Tunggu... Dosen - DR. H. Shofwan Karim Elhussein, B.A., Drs., M.A.

Shofwan, lahir 12 Desember 1952, Sijunjung Sumatera Barat. Suku Melayu. Isteri Dra. Hj. Imnati Ilyas, BA., S.Pd., M.Pd., Kons. Imnati bersuku Pagar Cancang, Nagari Balai Talang, Dangung-dangung, 50 Kota Sumbar. Shofwan, sekolah SR/SD di Rantau Ikil dan Madrasah Ibtidayah al-Hidayatul Islamiyah di Sirih Sekapur, 1965. SMP, Jambi, 1968. Madrasah Aliyah/Sekolah Persiapan IAIN-UIN Imam Bonjol Padang Panjang, 1971. BA/Sarjana Muda tahun 1976 dan Drs/Sarjana Lengkap Fakultas Tarbiyah IAIN-UIN Imam Bonjol Padang,1982. MA/S2 IAIN-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1991. DR/S3 UIN Syarif Hidayatullah-UIN Jakarta, 2008.*

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Warga Muhammadiyah Mencontoh Tokoh Struktural dan Kultural

3 Oktober 2022   16:31 Diperbarui: 3 Oktober 2022   17:18 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Dr. Shofwan Karim El Husain, MA, resmi meluncurkan buku sejarah berdirinya Kulliyatul Muballighien Kauman Padang Panjang, Senin (7/6/22), Dokpri

Muhammadiyah Menghadapi 2024 (1)

Mencontoh Tokoh Struktural dan Kultural Muhammadiyah ?

Oleh Shofwan Karim

Tiba-tiba masuk surat ke Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumbar. Diiringi WA ke saya.  Assalamu'alaikum Wr.Wb Bang. Sehubungan dengan keinginan kami untuk maju sebagai Aggota DPD RI pada pemilu 2024, maka selaku kader kami ingin bersilaturrahim untuk mendapatkan do'a restu, nasehat dan arahan dari PWM Sumbar. Terima kasih Wassalam

Surat dan Chatting Whatsapp (WA)  itu saya terima setelah pulang dari Koordinasi Nasional Muhammadiyah 16-18 September lalu di Magelang. Dari seluruh Indonesia hadir semua PWM sebenyak 135 orang bersama Pimpinan Ortom dan AUM serta PTMA. Ketua PWM Sumbar bersama Wakil Ketua membidangi LHKP hadir penuh.

Terhadap WA tadi Saya belum jawab langsung. Pemilu 2024 masih relative jauh. Saya masih mempelajari risalah Magelang yang dirilis ke Media.
Ternyata rilis itu lebh banyak ke eksternal. Himbauan politik ke pemerintah dan pihak lain.

Lalu saya WA LHKP Pusat. Menagih, mana bimbingan internal. Mana inti pidato Kertua Umum dan  nara sumber lain. Mana inti hasil diskusi pleno dan komisi yang bersifat praktis dan bisa dieksekusi oleh  jajaraan PWM ke bawah.

Dan baru, 29 September kemarin dikirim ke saya. Di samping risalah ada bimbingan internal dan notulen pertemuan  lengkap. Itu semua sedang saya ramu untuk pada waktunya di sampaikan ke jajaran Muhammadiyah Sumbar baik oral  maupun literal seperti esai ini.

Terhadap permintan kader tadi, Saya tercenung dalam sekali dan membatin. Kagum dengan semangat kader itu. Kagum, karena ada kader (dia menamakan dirinya) memiliki semangat, tekad dan sudah mulai turun ke lapangan. Malah saya baca di media sudah diklaim mendapat dukungan dan mengumpulkan KTP di suatu tempat.

Tiba-tiba   saya tersentak atas  stigma. Misalnya apa yang disebut Buya Allah Yarham Ketua PP Muhammadiyah (waktu itu belum ada istilah Ketua Umum) Prof Dr H Ahmad Syafii Maarif, MA (1935-2022). "Muhammadiyah itu yatim-piatu politik".

Ketum sekarang Prof Haedar dalam Koordinasi bilang, "meski Muhammmadiyah menggerakan amal usaha 164 PTMA, 28 ribu BA-TK, MIN, SD, SLTP-SLTA, lebih 150 RSMA, Ribuan Panti Asuhan MA dan seterusnya, tetapi bila ada Pemilu, yang dihitung itu jumlah setiap Kepala Warga Muhammdiyah-Aisyiyah dan Ortom serta AUM tadi tidak seberapa. Hingga sulit sekali menang, kalau ada kader yang paten Muhmmadiyahnya dan didukung pihak lain baru bisa menang".

Tafsiran tematik terhadap kedua contoh stigma itu (banyak lagi yang  lain) bahwa politik itu penting.Saya membaca ulang  QS,  3; 104, 110.   Amar Aa'ruf Nahy Mungkar (AMNM) itu tidak jalan sempurna bila tidak dengan kekuasaan. Bagitu menurut Tafsir Ibnu Katsir dan Said Qutub dalm Kitab Tafsirnya. Bedanya yang pertama graduatif-bertahaf dan yang kedua langsung: tanpa kekuasaan, AMNM itu nihil.

Itulah sebabnya Prof Dr H. Amin Rais, MA  (MAR) dan Prof Dr H Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, MA ( Din Syamsuddin/DS), Ketua dan Ketua Umum PP Muhammadiyah, (1995-1998; 2005-2015) terjun ke dunia Politik.

Sejalan dengan itu Drs Hajrianto Thohari, MA menjadi Petinggi Golkar kemudian menjadi Wakil Ketua MPR dan Dubes di Libanon. Mereka segelintir tokoh Muhammadiyah  struktutural, biologis, genetic dan ideologis.

Yang lain tokoh Muhammadiyah kultural , biologis, genetik, ideologis. Untuk menyebut di antaanya dari Sumatera Barat adalah  H Irman Gusman, SE., MBA,  Wakil Ketua, Ketua DPD RI 2004-2009; 2009-2016. Drs. H. DaruI Sisika, M.Si Fraksi Golkar DPR RI  1997-1999; 2019-2024. Drs. H. Guspadi Gaus, M.Si dari DPRD Sumbar melompat menjadi DPR RI 2019-2024 dari Fraksi PAN. H. Asli Chaidir, SH dari DPRD Sumbar ke DPR RI 2014-2019. H. Leonardy Harmainy, S.IP., M.H dari Ketua DPRD  Sumbar menjadi DPD RI 2016-2024. Hj. Emma Yohanna, DPD RI 2009-2024. Dari Sumetera Utara ada Dr. M Saleh Daulay, MA DPR RI 2019-2024. Dari Jawa Timur ada DPR RI Prof Dr Zainuddin Maliki. Kedua yang terakhir ini dari PAN. Dari Provinsi lainnya banyak lagi tokoh yang terjun ke politik praktis.

Kembali ke  tokoh structural, MAR menjadi motor utama pendirian Partai Amanat Nasionnal (PAN) 23 Agustus 1998. Menjadi Ketua MPR RI (1999-2004). Kemudian mendirikan Partai Umat 1 Oktober 2020.

DS, pernah menjadi Wakil Sekjen Golkar sebelum 1998 dan Dirjen Binapenta pada Kemenaker. Pasca Ketum PP Muhammadiyah, mendirikan Ormas Pergerakan Indonesia Maju (2016). DS mendeklarasikan Partai Pelita, 28 Februari 2022. Dulu pada peralihan masa reformasi DS juga turut mendirikan Partai Matahari Bangsa (PMB)

Kedua pucuk pimpinan Muhammadiyah, MAR dan DS pada zamannya itu berazam menjadi Presiden RI . Begitu menurut portal beberapa media main-stream dan situs online.  Tujuan yang sangat ikhlas dan sangat mulia. Meskipun Partai Umat lolos verifikasi untuk Pemilu dan Partai Pelita, belum untuk Pemilu 2024. Tentu saja bila di dalami ke lubuk hati keduanya dengan mendalam niat azam tadi  mungkin masih terpendam.

Kiranya sudah menyebar dan meresap semua  semangat pengabdian poilitik tadi itu  ke kader Muhammadiyah di berbagai wilayah, provinsi dan daerah kota-kabupaten di seluruh Indonesia. Salah satu agaknya kader yang kita kutip di awal esai ini. (Bersambung-Pedoman Khittah dan Risalah)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun