Mohon tunggu...
maulina shfwatul ulya
maulina shfwatul ulya Mohon Tunggu... Lainnya - S.Pd.AUD Soon🎓

Dongeng-dan-Dunia Anak✨ Belajar mencintai diri sendiri juga mencintai menulis🌼

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Melalui Social Emotional Learning Sekolah Daring Kian Terasa Menyenangkan

30 November 2021   16:12 Diperbarui: 30 November 2021   16:26 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://media.suara.com

Pandemi COVID-19 yang  kita alami selama lebih dari setahun bahkan jika dihitung hampir saja memasuki tahun kedua , hingga dalam hal ini menjadi alasan utama untuk "memaksa" semua pihak di dunia pendidikan untuk mengubah cara mereka menjalankan perannya dengan sangat cepat. Tidak terkecuali  pihak pendidikan dikalangan anak usia dini, baik guru atau pendidik , pengawas juga terutama orang tua dituntut untuk cepat beradaptasi untuk mendampingi  tumbuh kembang anak tersebut. Hal ini sesuai Keputusan Pemerintah pada SE Nomor 4 Tahun 2020 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 24 Maret 2020 menyatakan bahwa wajib seluruh kalangan pendidikan di Indonesia melaksanakan proses pembelajaran online dari rumah. Dampaknya masih bisa dirasakan oleh para pendidik khususnya orang tua. Terlebih lagi anggapan bahwa  sekolah  bukan  lagi  sebagai  tempat  yang  menyenangkan  bagi  siswa. Guru  hanya  fokus  pada  konten  materi  pelajaran  untuk  mengejar  nilai dan kemampuan akademik sehingga nilai sosial  dan  emotional  serta  karakter  cenderung dilupakan.

Pembelajaran yang hanya dapat dilakukan secara virtual menuntut guru untuk terus menggali cara-cara inovatif , mencipatakan  budaya  belajar  kritis,  kreatif,  mandiri  dan menyenangkan  yang dapat dilakukan dengan segala keterbatasan yang masih ada. Tantangan bagi orang tua tidak kurang dari guru. Pandemi ini mengembalikan esensi pendidikan dimana orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak. Orang tua diminta untuk mengambil peran utama dalam pendidikan anak-anak mereka di samping peran lainnya. Blessing in disguise , mungkin idiom ini sangat tepat untuk menggambarkan keadaan pendidikan saat ini. Dibalik semua kesulitan dan tantangan yang dihadapi, harus diakui banyak pelajaran yang bisa dipetik dengan adanya pandemi ini. Salah satunya adalah kondisi ekstrim yang kita hadapi menjadi motor penggerak pembelajaran Social-Emotional Learning (SEL) anak-anak kita.

Pembelajaran sosial dan emosional atau social and emotional learning adalah suatu proses pendidikan dan pembelajaran kecakapan hidup yang mencakup banyak unsur, yaitu penanaman kepribadian, perasaan, dan perilaku seseorang, selain itu CASEL menyatakan bahwa pembelajaran sosial emosional adalah proses di mana anak-anak dan bahkan orang dewasa memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku mereka untuk membangun identitas yang sehat, mengelola emosi, dan mencapai tujuan pribadi. individu dan kelompok, merasakan dan menunjukkan empati terhadap orang lain, dan menempa dan memelihara hubungan yang kuat . satu sama lain dan membuat keputusan. Merujuk pada pengertian di atas, bahwa kemampuan seseorang untuk mengembangkan keterampilan sosial-emosional merupakan proses yang berkelanjutan, bahkan sejak masa kanak-kanak. Persaingan dan tantangan yang kita hadapi saat ini dan yang akan dihadapi anak-anak kita di masa depan membutuhkan perkembangan sosial dan emosional yang matang. Dengan cara ini seorang individu akan bertahan dalam menghadapi masa-masa sulit yang mungkin dia hadapi. Oleh karena itu, baik guru dan orang tua harus menggunakan metode pembelajaran yang tepat.

Dalam pembelajaran SEL atau Sosial Emosional sendiri terdiri dari 5 komponen yakni :

  • Kesadaran diri atau self awarenes
  • Manajement diri atau self management
  • Kesadaran sosial atau social awareness
  • Kemampuan berelasi atau relationship skill
  • Dankemampuan bertanggung jawab dalam keputusan atau responsible decision making

Namun Pertanyaan selanjutnya, bagaimana cara orang tua mengenalkan Pembelajaran Sosial Emosional kepada anaknya di masa pandemi ini, ketika interaksi sosial begitu terbatas saat ini? Sekali lagi, di balik kesulitan selalu ada wawasan yang bisa didapat . Allah S.WT telah menunjukkan bahwa dunia akan melalui pandemi ini, sehingga dengan ini semua pihak dapat belajar banyak hal baru.

            Ada beberapa cara berikut ini yang dapat dipakai oleh para orang tua dan guru untuk memperkenalkan kepada anak usia dini mengenai pembelajaran SEL yang menyenangkan selama pembeajaran daring berlangsung :

  • Mengajarkan untuk Self Awareness , yakni dengan cara Tempelkan ke papan meja belajar dengan terdiri dari berbagai jenis emosi atau perasaandan biarkan anak Anda mengenali emosinya di awal dan setelah belajar. Orang tua dapat membantu anak-anak mereka memahami perasaan mereka dan bahkan mendiskusikan bagaimana perasaan anak-anak mereka. Membantu anak-anak mengenali dan merawat diri mereka sendiri dan emosi mereka (kesadaran diri)
  • Belajar mengenai Self management , dengan cara Orang tua dapat menggunakan berbagai benda seperti boneka, miniatur, bahkan miniatur binatang yang disukai anak untuk mengangkat topik tertentu. Misalnya, orang tua dapat mendiskusikan beberapa peristiwa khusus yang terjadi selama proses pembelajaran. Misalnya, ketika seorang teman menangis saat belajar online, orang tua dapat menggunakan ini sebagai topik cerita, melihat teman yang sedih, dan mengeksplorasi perasaan anak. Dia bisa melakukannya saat dia sedih. Aku melihat temannya sedih. Bahkan orang tua dapat berdiskusi dengan anak-anak mereka apa yang harus dilakukan ketika mereka sedih dan bagaimana membantu mereka mengatasi kesedihan. Melalui permainan ini, anak-anak belajar tentang otonomi dan kesadaran sosial.
  • Mengajarkan dan melatih tanggung jawab , nah hal ini bisa dilakukan dengan cara Membacakan cerita kepada anak merupakan salah satu kegiatan bermanfaat yang dapat dilakukan untuk merangsang SEL anak. Orang tua dapat memilih buku-buku menarik dengan topik yang sesuai dengan apa yang ingin mereka perkenalkan kepada anak-anak mereka. Misalnya topik pertemanan (relationship skill) yang membantu anak membangun hubungan positif dengan teman-temannya. Selain itu bisa juga dengan Orang tua membuat cerita sendiri tergantung tema yang ingin disampaikan, seperti tema adiktif baru. Orang tua dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang muncul di sekitar anaknya, seperti mengapa kita harus melakukan 4M (pakai masker, jaga jarak, cuci tangan, hindari keramaian). Jika kebiasaan baru ini tidak kita kembangkan, bagaimana pengaruhnya terhadap diri kita, orang lain, dan lingkungan? Di sini anak-anak akan belajar tentang pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun