Anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias yang menjadi favorit di kalangan pecinta tanaman hias. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, Provinsi DKI Jakarta menjadi provinsi dengan produksi anggrek terbesar ke 5 di Indonesia dengan jumlah produksinya mencapai 91.972 tangkai setelah Provinsi Jawa Barat, Banten, Kalimantan Barat, dan Jawa Timur.
Salah satu lokasi yang melakukan perbanyakan bibit tanaman anggrek yaitu Kebun Bibit dan Laboratorium Kultur Jaringan Lebak Bulus.
Perawatan dan pemeliharaan tanaman anggrek tidak dapat dipungkiri memiliki beberapa kendala, terutama pada bulan Juli – Agustus yang merupakan musim berbunga. “Biasanya ketika mendekati musim berbunga, tanaman anggrek sangat rentan terserang hama dan penyakit. Bagian anggrek yang menjadi sasarannya adalah calon bunga”, ujar Pak Roni yang merupakan salah satu staff kebun.
Upaya pencegahan yang telah dilakukan yaitu dengan penyemprotan pestisida secara intensif. Namun, hal ini menimbulkan permasalahan baru pada kesehatan para pekerja kebun.
“Kalau sudah mendekati musim berbunga, penyemprotan pestisida itu bisa dilakukan hampir setiap hari dan hal seperti ini sudah dilakukan sejak beberapa tahun belakangan.” sekilas pernyataan Pak Roni terkait penyemprotan pestisida. Pestisida yang digunakan hingga saat ini masih bergantung pada pestisida berbahan kimia yang tentunya memiliki efek yang buruk bagi kesehatan.
Menanggapi permasalahan tersebut, mahasiswa KKN-T IPB Kelompok DKI Jakarta 05 mencoba menjembatani para staff kebun untuk berdiskusi secara langsung dengan ahli.
Para mahasiswa menginisiasi kegiatan “Diskusi Pengendalian Hama pada Tanaman Anggrek” dengan mengundang Ibu Dr. Ir. Nina Maryana, M.Si. yang merupakan salah satu dosen dari Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB University. Beliau telah lama berkecimpung dalam berbagai penelitian terkait dengan hama dan penyakit tumbuhan.