Mohon tunggu...
shofiaputri nurani
shofiaputri nurani Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI

Mahasisiwi uin maliki PIAUD

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Familiarkah Anda tentang Emosi Prososial pada Anak?

13 November 2022   15:53 Diperbarui: 13 November 2022   16:02 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketika kita mendengar mengenai bencana atau musibah, kira-kira yang muncul dalam benak kita apa? Kebanyakan dari kita pasti berfikir itu adalah batuan atau petolongan. Beberapa  minggu yang lalu, di daerah asal saya banyak yang terdampak bencana banjir yang  menyebabkan banyak sekali rumah yang rusak sehingga para korban banjir tersebut harus dievakuasi dan ditempatkan di pengungsian. 

Banyak warga yang tidak terdampak banjir berinisiatif untuk memberikan bantuan berupa pakaian, makanan, dan kebutuhan pokok lainnya. Bantuan juga datang dari pemkot berupa alat berat guna mengatasi beberapa kerusakan yang ada akibat banjir tersebut.Pertolongan atau bantuan yang terjadi tersebut merupakan salah satu bentuk yang menceminkan perilaku prososial.

Apakah anda pernah mendengar tentang perilaku prososial? Perilaku prososial terjadi ketika orang lain melakukan sebuah tindakan untuk menguntungkan orang lain daripada dirinya sendiri. 

Beberapa contoh dari  perilaku prososial yaiu, membantu, kerja sama, tolong menolong, dan menghibur. Perilaku prososial ini merupakan bagian dari  moralitas dan memliki label altruisme. Altruisme adalah sikap atau insting untuk membantu dan lebih mementingkan kepentingan dan kebaikan orang lain. Altruisme ini kebalikan dari egois yang selalu mementingkan dirinya sendiri. 

Perilaku prososial merupakan bagian dari moralitas. Menurut seorang psikolog sosial Daniel Batson, sebagian besar moralitas seseorang memberikan bobot pada kepentingan dan keinginan orang lain dalam situasi dimana kepentingan kita dan  kepentingan mereka bertentangan. 

Penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang bertindak prososial  cenderung lebih bahagia, lebih sehat, dan hidup lebih lama daripada mereka yang tidak bertindak prososial, karena mereka menanggung kerugian psikologis akibat rasa bersalah.

Perilaku prososial ini juga dipengaruhi oleh emosi, atau biasa disebut dengan emosi prososial. Emosi prososial pada anak- anak juga dianggap sebagai aspek penting dalam perkembangan anak, karena prososial ini termasuk kedalam nilai moral. 

Perilaku prososial sangat penting dimiliki anak usia dini. Marion berpendapat bahwa perilaku prososial berfungsi untuk memenuhi kebutuhan seseorang, baik secara fisik maupun psikologi dan emosionalnya, selain itu perilaku prososial juga berperan penting dalam kehidupan sosial.

Lalu apakah hubungan antara emosi dengan prososial?. Hubungan antara emosi dengan prososial adalah ketika anak sudah mampu meregulasi semua emosinya dimana regulasi emosi tersebut sangat berhubungan dengan empati dan perilaku prososial. Pada umumnya anak yang usianya masih dibawah empat tahun, mereka belum bisa untuk meregulasi emosinya. 

Penelitian yang dilakukan oleh Ensor, Spencer, dan Hughes membuktikan bahwa perilaku prososial memerlukan kemampuan untuk memahami emosi. Regulasi emosi anak usia dini juga bergantung pada keadaan lingkungan keluarga anak. Empati, simpati dan rasa bersalah adalah bagian dari emosi sadar diri. Emosi sadar diri ini muncul ketika anak-anak sedang mengembangkan pemahaman diri.

            Bagaimanakah perkembangan emosi prososial anak usia dini?

Semakin tinggi tingkat keterampilan kognitif dan sosial anak, maka semakin tinggi pula perkembangan normatif dari empati. Tahapan pertama menurut Hoffman adalah ketika ada salah satu bayi menangis dan bayi yang lainnya ikut menangis, maka itu mencerminkan suatu empati global. 

Pada akhir tahun pertama kehidupan, bayi mulai memasuki fase empati egosentris, yaitu ketika bayi mengalami tekanan terhadap kesulitan atau kesusahan orang lain, maka bayi akan mencari suatu hiburan untuk dirinya sendiri, karena pada dasarnya bayi belum bisa membedakan antara kesusahan dirinya dan orang lain dan menganggap semua kesusahan itu sama. Ketika memasuki tahun kedua bayi memasuki tahap empati quasi egosentris, bayi mulai memahami kesusahan orang lain dan menghiburnya dengan cara nya sendiri.

Orang tua tak luput perannya untuk memperkenalkan emosi prososial ini, tugas orang tua yaitu bagaimana cara untuk menumbuhkan rasa empati terhadap lingkungan sekitarnya. 

Dukungan dan kehangatan dari orang tua juga dapat memunculkan rasa empati anak. Pemberian pola asuh yang mendukung berfungsi sebagai model simpati terhadap orang lain. Selain itu pendisiplinan dapat mengenalkan kepada anak tentang simpati dan rasa bersalah.

Pendisiplinan ini digunakan agar anak dapat fokus terhadap penyebab dan konsekuensi diri. Ajarkan anak untuk senantiasa mau berbagi kepada orang-orang yang membutuhkan, caranya adalah membiasakan anak untuk menyisihkan uang yang dimilikinya untuk dimasukkan kedalam kotak infaq. Memberitahu anak mengenai konsep berbagi, dengan berbagi harta yang kita tidak akan habis akan tetapi bertambah banyak. 

Mengajarkan anak tentang kepedulian sosial dan ajarkan anak untuk membantu orang tua dirumah, seperti menyiapkan keperluan ayah . Libatkan anak dalam kegiatan pekerjaan rumah dan beritahukan anak bahwa manusia adalah makhluk sosial yang saling tolong menolong dan bergantung satu sama lain. 

Mengajarkan anak untuk melakukan hal-hal yang baik sekecil apa pun itu, berikan contoh yang nyata di lingkungan sekitar anak, seperti meminjamkan mainan ketika bermain dengan teman-teman disekolah ataupun dirumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun