Mohon tunggu...
Shofianti 27
Shofianti 27 Mohon Tunggu... Lainnya - shofianti

saya tinggal di kalimantan timur tepatnya di kabupaten kutai kartanegara, saya seorang mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tafakur Pandemi Covid-19 dalam Masyarakat Beragama

2 April 2020   10:00 Diperbarui: 2 April 2020   15:49 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bagi mereka hewan adalah salah satu ciptaan tuhan yang kedudukannya hampir sederajat dengan manusia. Oleh karena itu, agama budha lebih menjaga dalam segi pola makan dengan makan makanan yang mengandung serat (vegetarian).

Selain itu pandemi covid 19 ini juga menjadi penghalang atau pembatas kegiatan keagamaan. Covid-19 memaksa kegiatan keagamaan ikut terhenti lantaran larangan perkumpulan massa. Gereja diseluruh dunia ramai-ramai membatalkan seluruh acara yang sudah digelar pada bulan tersebut. Sinanoga Amerika Serikat dan Eropa menutup pintu.

Festival Purim umat Yahudi yang biasanya berlangsung ramai dan meriah layaknya karnaval, kini hanya dirayakan separuh hati. Hal serupa bisa diamati pada perayaan holi oleh umat hindu di India.

Dewan sentra msulim di Jerman juga secara resmi mengumumkan pengurus masjid diimbau untuk membataskan ibadah sholat jumat atau kegiatan sholat berjamaah lain atas alasan pencegahan wabah atau adanya dugaan penularan virus.

Seperti yang terjadi di indonesia saat ini bahwa beberapa tempat peribadahan seperti masjid yang sudah tidak digunakan untuk sholat jumat, dan kegiatan keagamaan seperti majelis dan TPA sudah tidak dilaksanakan lagi saat terjadinya wabah pandemi ini.

Sebagai masyarakat yang beragama islam, kesehatan dan keamanan di sejajarkan dengan kebutuhan pangan. Ini menunjukkan bahwa kesehatan dan keamanan statusnya sama sebagai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Mengatasi pandemi, tak mungkin bisa melepaskan diri dari peforma kesehatan itu sendiri.

Maka dengan cara melakukan pencegahan, melakukan pola hidup sehat seperti yang diajarkan oleh Rasulullah saw. menjaga kebersihan, menerapkan metode karantina, seperti dalam sejarah wabah penyakit menular sudah terjadi pada masa Rasulullah saw. wabah tersebut adalah kusta yang menular dan mematikan dan belum ada obatnya.

Untuk mengatasi wabah tersebut salah satu upaya Rasulullah saw. adalah menerapkan karantina atau isolasi terhadap penderita. Ketika itu Rasul memerintahkan untuk tidak dekat-dekat atau melihat para penderita kusta tersebut.

Dapat diambil kesimpulan bahwasannya semua yang terjadi di dunia ini adalah kehendak Allah swt. dan kita sebagai hamba harus tetap yakin dengan ketentuan Allah swt. dan menerima segala ujian dan cobaan yang diberikan, dengan begitu kita dapat di golongkan sebagai hamba yang bertakwa, beriman, dan taat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun