Mohon tunggu...
Kebijakan

Data Ini Menjawab Pidato Kebangsaan Prabowo yang Banyak Hoaksnya

18 Januari 2019   14:56 Diperbarui: 18 Januari 2019   16:08 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: WHO (dalam Tirto.id)1

Dalam menilai dan memilih seorang pemimpin harus dengan pikiran jernih, obyektif berdasarkan data dan analisa yang tepat. Tulisan-tulisan saya tidak pernah diniati menggiring opini untuk memihak salah satu paslon melainkan murni dari analisa dan kajian mendalam berdasarkan data-data yang valid, bukan katanya-katanya, bukan dari “saya dengar saya dengar”. Jika di satu tulisan ini terkesan saya menilai Prabowo buruk, pendukung Prabowo jangan kepanasan dulu dan pendukung Jokowi jangan senang dulu, karena ada tulisan saya yang lain yang mengungkapkan sisi negative Jokowi, kembali pada prinsipnya bahwa saya selalu obyektif menulis berdasarkan data dan analisa. Tapi jangan sedih, tidak ada manusia sempurna, kedua paslon memiliki sisi lemah dan kuatnya masing-masing, tidak ada yang bisa lari dari kenyataan itu maka tugas kita hanya memilih yang paling sedikit minus nya. Benar begitu? Sepakat!

Langsung saja, kembali ke topik.

Sudah lihat pidato kebangsaan Prabowo tanggal 14 Januari 2019? Kalau belum, silahkan dilihat dulu, boleh geregetan buat yang sadar, yang tidak geregetan nanti saya sadarkan. Setelah dilihat, kembali ke sini lagi, kita kupas bersama.

Berikut pernyataan Prabowo yang bikin geregetan,

Statement Pertama, “Saya mendengar seorang buruh, seorang kepala keluarga namanya Hardi meninggal dunia karena gantung diri di depan rumahnya, beliau gantung diri meninggalkan istri dan anak karena merasa tidak mampu membayar hutang, karena beban ekonomi dirasa terlalu berat. Selama beberapa tahun terakhir ini saya mendapat belasan laporan cerita tragis seperti Hardi...Apakah ada pemerintah yang seperti sekarang, membiarkan masyarakatnya sendiri, tidak dibela”.

 Jadi intinya menurut Pak Bowo perekonomian Indonesia sedang sangat kacau, hal itu ditandai dengan banyak orang yang bunuh diri.

Padahal:

  • Orang bunuh diri bisa karena banyak faktor tidak hanya karena faktor ekonomi dan justru yang mendominasi adalah faktor mental. Orang kaya kalau putus cinta dan mentalnya tidak kuat sangat mungkin bunuh diri. Bahkan kasus bunuh diri ini sudah sejak lama terjadi, tidak hanya di zaman Jokowi, dari zaman belum merdeka, zaman Soekarno, Megawati, sampai SBY kasus bunuh diri sudah banyak, berarti jika menurut Pak Bowo kasus bunuh diri menjadi indicator perekonomian carut marut, sama saja Pak Bowo menyerang Papa lho. Hayooo.
  • Angka kematian kasar memang bisa menjadi indicator kebaikan ekonomi suatu negara karena menunjukkan kualitas pemenuhan kesehatan dan asupan gizi masyarakat, tapi angka kematian akibat bunuh diri sama sekali tidak bisa menjadi indicator kebaikan ekonomi suatu negara. Sudah menjadi hal yang umum bahwa Negara Jepang yang maju itu terkenal angka bunuh dirinya sangat tinggi, selain itu jika kita bandingkan dengan negara-negara lain di ASEAN yang tingkat kesejahteraan masyarakatnya lebih tinggi dari pada Indonesia seperti Singapura dan Brunai Darussalam, kedua negara tersebut justru rasio angka bunuh dirinya lebih tinggi dari pada Indonesia. Seperti yang saya kutip dari grafik berikut

Jadi masih percaya perekonomian Indonesia sedang carut marut berdasarkan data angka bunuh diri? 1 statement sudah terbantah ya Pak.

Tapi sebenarnya ini bukan termasuk hoaks, bukan hoaks karena kasus bunuh diri memang banyak, hanya saja kesalahan Pak Bowo adalah memelintir fakta untuk menciptakan opini tertentu dan caranya salah. 

Statement Kedua,  Kata Pak Bowo “Negara yang membiarkan BUMN-BUMN kita, Pertamina, Garuda sekarang dalam keadaan kalau bisa dibilang ya bangkrut…Pertamina sekarang juga dalam keadaan sulit. PLN, Krakatau Steel sekarang juga hutangnya mengerikan. Sekarang kalau ada BUMN yang untung, untungnya pun tidak seberapa"

Dijawab oleh direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basir dalam pertemuan di Hotel Mulia, Selasa malam (16/1/2019) mengatakan bahwa kondisi keuangan PLN cukup wajar.Kerugian yang ditanggung oleh PLN senilai Rp 18 triliun, katanya, adalah kerugian kurs atau pembukuan belaka. Tetapi secara operasional, hingga kuartal III-2018 PLN masih bisa bukukan laba hingga Rp 9,6 triliun (Tribunnews, 16 Januari 2019)2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun