Mohon tunggu...
shofia amalia sholihah
shofia amalia sholihah Mohon Tunggu... The Student of Humanity Faculty -

Mahasiswa bahasa dan Sastra Arab UIN Malang, Penyuka biru, Penikmat Coklat, Kartun Larva, Hobby Membaca, Suka jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cerita Rakyat | Belajar dari Legenda Pohon Aren

17 Februari 2019   22:51 Diperbarui: 19 Februari 2019   12:04 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peribahasa mengatakan semakin berisi semakin merunduk, ternyata istilah ini tidak bisa semena disamakan dengan padi saja. Karena ternyata ada tumbuhan yang seperti itu juga, yaitu pohon aren. 

Pohon aren termasuk tumbuhan yang seluruh komponennya dapat dimanfaatkan. Mulai dari daun untuk membuat bungkus ketupat, buahnya diolah menjadi kolang-kaling. Batang tau kayunya dapat diambil sebagai bahan bangunan. Bahkan, getahnya yaitu nira merupakan bahan utama untuk membuat gula aren. Gula khas jawa yang manisnya tidak membuat penyakit.

Bebicara tentang legenda, menurut pak lukman yaitu ketua adat banjar. Konon katanya ada kisah unik dibalik penamaan pohon aren. Kisah yang menceritakan asal-usul tumbuhnya pohon aren tepatnya.

Kisahnya dimulai dari seorang janda miskin bernama Reni  yang menjadi janda karena ditinggal meninggal suaminya. Kematian sang suami ternyata tidak cukup hanya meninggalkan duka didalam hati akan tetapi juga meninggalkan banyak hutang dimana-mana. 

Maka, beralihlah peran kepala keluarga kepada seorang janda Reni ini, janda reni ini harus mencari nafkah untuk diriya sendiri dan juga putranya. Karena bekerja sendirian dan hutang alm. Suami yang dimana-mana, hiduplah janda reni dan anaknya secara terpontang-panting. Sampai akhirnya terpanggillah juga janda reni menghadap Tuhan yang Maha Esa, maka tinggal putranya yang harus bertahan hidup sendirian tanpa ibu dan juga ayah.

Hidup sendirian membuat anak janda reni ini di jauhi oleh teman-temannya, apalagi ia harus membayar hutang kedua orang tuanya ketika masih hidup. 

Kehidupan yang keras membuat seorang anak janda reni ini selalu bekerja keras sampai ia tidak sempat mengurus diri sendiri. Namun, meskipun ia tidak sempat mengurus diri sendiri dirinya selalu mengurus pusara sang ibu. Setiap hari dibersihkannya tempat peristirahatan terakhir sang ibu sampai tidak ada satu rumputpun yang bisa tumbuh disana.

Pengambilan Getah Aren. dokpri
Pengambilan Getah Aren. dokpri
Suatu hari ada satu pohon yang tumbuh dari pusara sang ibu, pohon ini berbeda dari pohon-pohon yang sebelumnya tumbuh. Pohon ini tidak bisa dicabut ataupun di potong, lama kelaman pohon inipun tumbuh besar sampai akhirnya munculah buah dari pohon ini. Karena dirasa mengganggu karena adanya buah ini, maka banyaklah hewan-hewan yang mengelilingi buahnya. Untuk itu sang anak ini menghilangkan buahnya dengan cara menebas buah dari pohon ini, ternyata setelah buah ini ditebas batangnya mengeluarkan getah yang ternyata rasanya manis. 

Oleh karenanya, pemuda inipun mengambil bambu yang terdapat disekitar pusara sang ibu untuk menempatkan getah yang menetes dari dahan pohon. Lambat laun kehidupan anak ini pun membaik, iapun berhasil untuk melunasi hutang kedua orang tuanya. Ia juga berhasil untuk hidup secara normal dan berkecukupan. 

Karena cerita ini pohon aren dinamakan dengan 'Aren' dan getahnya dinamakan dengan 'Nira'. Bahkan, ketika proses pengambilan getah aren pun orang dahulu menempatkan kata 'reni' di dalam doa sebelum memulainya. Namun, seiring berjalannya waktu mantra dan doa yang di ucapkan ini sudah sedikit bergeser penggunaannya meskipun tidak seluruhnya.

Dari cerita penamaan pohon Aren ini dapat diambil pelajaran, bahwasannya setelah kesulitan pasti akan ada kemudahan. Selain itu juga, sebagai sesama manusia sebaiknya saling membantu ketika ada yang kesulitan tidak memandang rendah orang lain karena roda kehidupan akan selalu berputar ada kalanya berada dibawah dan ada kalanya juga diatas. Sehingga, hidup bermasyarakat dapat tetap rukun dan juga damai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun