Di tengah ramainya aktivitas di Jalan Deandels, Jangkaran, Temon, Kulon Progo, berdiri sebuah warung sederhana yang selalu ramai dikunjungi pembeli. Warung tersebut bernama "Mi Ayam dan Bakso Wonogiri -- Bu Ning". Meski tampilannya tak mencolok, warung ini menjadi tempat favorit masyarakat sekitar untuk menikmati sajian mi ayam dan bakso yang lezat, hangat, dan bersahabat di kantong.
Di balik kesuksesan warung ini, berdiri sosok tangguh bernama Bu Ning, wanita paruh baya asal Wonogiri yang kini menjadi inspirasi banyak orang. Bu Ning bukan hanya seorang pedagang biasa, tetapi juga pejuang ekonomi keluarga yang tak pernah menyerah, bahkan ketika usahanya sempat terseok-seok di awal.
Awal Mula Perjuangan
Bu Ning memulai usaha warung mi ayam dan baksonya pada tahun 2022, tepatnya setelah pandemi mereda. Saat itu, banyak orang masih kesulitan secara ekonomi, dan Bu Ning memutuskan untuk mencoba peruntungan dengan membuka warung mi ayam dan bakso kecil. Berbekal resep turun-temurun dari keluarga di Wonogiri, ia mulai berjualan dengan harapan bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Namun, seperti banyak usaha kecil lainnya, langkah awal tak selalu mudah. Di bulan-bulan pertama, warung Bu Ning hanya didatangi segelintir pelanggan. Omset per hari saat itu berkisar Rp250.000 hingga Rp300.000, dan sering kali tak cukup untuk menutupi biaya operasional dan kebutuhan rumah tangga. "Sempat bingung, apa harus ganti usaha? Tapi saya pikir, kalau menyerah sekarang, saya enggak akan tahu hasilnya nanti," ujar Bu Ning.
Ia mulai bereksperimen dengan resepnya. Kuah bakso dan bumbu mi ayam yang awalnya kental dengan cita rasa Wonogiri ia sesuaikan dengan lidah masyarakat sekitar yang lebih menyukai rasa yang ringan, gurih, namun tetap kaya rempah. Tak jarang ia meminta pendapat langsung dari pelanggan tentang rasa makanannya, dan perlahan-lahan mulai menemukan formula yang tepat.
Mengutamakan Rasa dan Kepuasan Pelanggan
Kunci keberhasilan warung Bu Ning ada pada dua hal: rasa yang otentik namun bisa diterima oleh masyarakat lokal, serta pelayanan yang ramah dan penuh kehangatan. Menu andalannya adalah mi ayam dengan topping ayam manis gurih, ditambah kuah kaldu yang harum menggoda. Sementara baksonya dibuat dari campuran daging pilihan, kenyal namun tidak keras, dan disajikan dengan kuah kaldu yang sedap.
"Yang paling penting itu jaga rasa. Jangan karena sudah ramai terus jadi asal-asalan," kata Bu Ning sambil menyendok kuah panas ke mangkuk. "Saya masih masak sendiri setiap hari, karena pelanggan sudah percaya dengan rasa buatan saya."