Mohon tunggu...
Inovasi Pilihan

Masa Depan Jurnalisme: Multitasking Media dan Citizen Journalism

10 Maret 2017   10:21 Diperbarui: 10 Maret 2017   10:59 1482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halaman web kompasiana

Sebelumnya kita telah membahas mengenai perjalanan jurnalisme yang mampu menembus batas dalam satu kemudahan. Inilah konsep jurnalisme online yang merupakan perkembangan antara jurnalisme dengan aplikasi penggunaan teknologi komunikasi. Lantas, akan menjadi seperti apakah jika teknologi komunikasi terus berkembang? Akankah hal ini berdampak pada media berita? Masih adakah esensi jurnalisme jika dilakukan oleh warga (citizen)? Jawabannya akan kita bedah satu-persatu.

Future Journalism

Menurut Paul Bradshaw dalam Modul Kuliah The Future of Jouralism, ada tiga hal utama dalam masa depan jurnalisme (future journalism) yaitu real time web, big data,dan intelligent devices. Alat komunikasi yang kita miliki saat ini seperti misalnya gadget dan smartphone (intelligent devices) tak hanya dapat melakukan komunikasi secara lisan namun pada akhirnya pengguna dapat bertukar pesan tulis dengan jumlah yang besar (big data). Sedangkan konten real tim eada pada informasi berita terkini yang langsung disampaikan kepada publik/masyarakat.

Menurut Haryanto dalam buku Jurnalisme Era Digital, interaktivitas dengan pembaca, kedalamanan informasi, tampilan visual yang menggugah, relevansi dengan kepentingan publik, dan independensi media adalah sebagian dari rumus yang perlu dirancang dan diterjemahkan secara spesifik untuk media saat ini dan masa yang akan datang (2014, hal. 186). Ini adalah hal penting yang dimaksud dari multitasking media. Multitasking berarti dualisme kerja atau pekerjaan yang dilakukan secara bersamaan. Hal ini dimaksudkan agar media mampu bertahan di tengah perkembangan global. Audiens pada suatu media seperti misalnya Kompas pasti terdiri dari berbagai latar belakang. Oleh karenanya, melakukan segmentasi terhadap semua publiknya merupakan strategi Kompas untuk terus berkembang dan melakukan ekspansi bisnisnya. Sebagai media, Kompas multitasking dalam memberikan layanan informasi berita melalui surat kabar cetak dan surat kabar elektronik. Selain hadir dalam bentuk cetak dan online, Kompas TV juga turut hadir untuk memenuhi kebutuhan berita bagi masyarakat.

Pentingnya Konten dan Inovasi

Perlu menjadi catatan bahwa audiens kini tak lagi mempan jika media terus-terusan melakukan penetrasi seperti The Hypodermic Needle Theory atau Teori Jarum Suntik secara satu arah. Audiens kini semakin cerdas dalam memilih dan kritis. Oleh karenanya media harus mempertimbangkan konten jurnalisme yang dimuat oleh media. Hal ini perlu dilakukan karena audiens sudah mampu membandingkan mana berita yang kredibel dan mana berita yang tidak kredibel. Di sinilah media harus bersaing dan menunjukkan prestasinya dalam persaingan konten yang baik. Konten inilah yang seharusya mendekat dengan audiens dan memberi ruang audiens untuk berinteraksi.

Menurut Haryanto, kalimat bijak yang dapat digunakan saat ini adalah ”content is the king”. Agar jurnalisme tetap relevan dan menemui pembaca lama dan barunya, maka jurnalisme harus terus berinovasi. Jurnalisme saat ini tidak lagi menunggu suatu peristiwa terjadi atau mengkomentari kebijakan yang dikemukakan oleh para pejabat, pemerintah, dan para tokoh terkenal lainnya. Jurnalisme agar nantinya bisa terus berkembang maka penyesuaian dirinya ada pada sikap proaktif dan kreatif untuk menciptakan konten-konten baru. (2014, hal. 172)

New media adalah bentuk inovasi jurnalisme dan salah satunya dilakukan oleh Kompas melalui Kompasiana.

Tak hanya menyajikan berita-berita yang berimbang, Kompas juga memberikan ruang audiens untuk berinteraksi dengan menggunakan Kompasiana. Hal ini dilakukan juga dengan tujuan melakukan liputan (coverage) berita. 

Berpihak Pada Kepentingan Publik

Apalagi saat ini rumor mengenai kepemilikan media menjadi salah satu topik yang menarik jika dikaitkan dengan kepentingan politik. Media dituntut untuk netral terhadap kepentingan politik, namun pemiliknya sendiri terjun dalam politik aktif. Inilah ambiguitas terhadap masa depan media di Indonesia. Semakin dapat dipetakan mana media yang benar-benar berpihak pada kepentingan publik, bukan kepentingan politik pemiliknya. Oleh karenanya, batasan pada media harus jelas akankah membela kepentingan publik atau kepentingan ”yang bayar” saja agar berita yang dihasilkan juga kredibel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun