Mohon tunggu...
Shinta Furry
Shinta Furry Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kukar, Kalimantan Timur

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Infodemi COVID-19 dan Lecutan Gejolak Psikologis dalam Perspektif Kesehatan dalam Agama Islam

18 Mei 2021   17:45 Diperbarui: 20 Mei 2021   14:59 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Infodemi merupakan gabungan dari "Informasi" dan "Pandemi". Dalam bahasa Inggris, Infodemi berasal kata "infodemic" yang diartikan sebagai "A surfeit of information about a problem that is viewed as being a detriment to its solutuion,"atau "banjir informasi mengenai suatu permasalahan yang justru dapat mengaburkan solusi atas permasalahan tersebut". Dalam konteks ini, infodemi yang menjadi fokus pembahasan yakni infodemi terkait Covid19 yang oleh WHO diakui sebagai infodemi pertama yang bersifat global, alias lintas negara.

Penyebaran COVID -- 19 yang semakin meluas di berbagai wilayah di dunia, di Indonesia baru-baru ini telah ditemukan virus corona baru yang berasal dari Inggris (B117), Afrika Selatan (B1351), India (B1617) dan seseorang yang memiliki riwayat perjalanan dari Malaysia (B1525).

Dalam prespektif dunia kesehatan, manusia akan merespons apapun yang dilihatnya secara cepat dan aktif. Hal inilah yang akan mempengaruhi suatu pola perilaku dan reaksi terhadap suatu rangsangan tertentu. 

Dalam sebuah studi, para psikolog sepakat bahwa berita dengan kabar yang saling kontradiksi antara satu dengan yang lainnya akan memberikan dampak buruk terhadap psikologis seseorang yang akan berdampak pada kesehatan mental seperti post-traumatic stress syndrome (PTSD) yang seringkali menimbulkan kecemasan berlebih. Hal ini tercermin secara jelas melalui sebuah peristiwa yang disebut dengan lecutan gejolak psikologi masyarakat ketika mendapatkan data yang saling kontradiksi semisal mengenai laporan data pasien Covid 19 antara pasien sembuh dan meninggal yang beredar di masyarakat dan informasi lain yang berkaitan dengan pandemi ini. 

Dari gejolak data data dan angka yang berebeda, informasi yang tidak terbukti kebenarannya, belum lagi berbagai macam animo masyarakat yang terlalu berlebihan mengenai virus inilah yang akan menciptakan lecutan gelombang psikologi yang tajam dan mengarah pada kepanikan, keresahan, dan kegagapan yang berlebihan.

Menurut direktur jendral organisasi kesehatan dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, Organisasi dibawah Perserikatan Bangsa Bangsa tidak hanya memerangi pandemik tapi juga harus berjuang melawan infodemik selama terjadi pandemik COVID-19. Banyaknya informasi yang simpang siur, dalam hal ini terkhusus pada perbedaan perbedaan angka sekaligus kerancuan data hasil survey laporan pengidap virus korona memberikan dampak negative yang cukup signifikan bagi konsumtor media. 

Belum lagi banyak nya oknum-oknum tertentu yang memang sengaja menciptakan inskonsistensi dengan membawa nama Virus Corona di lingkungan masyarakat, sehingga membuat indivudu merasa cemas berlebih. Kecemasan terhadap kematian yang berlebih akan menimbulkan gangguan fungsi emosional seperti neurotisme, depresi dan gangguan psikosomatis. Sehingga secara sistematis, Infodemi covid-19 yang rancu ini terlebih akan menyumbangakan resiko angka kematian yang tinggi.

Dalam pandangan Agama Islam pun Infodemi atau dalam konteks ini, sesuatu yang simpang siur dan belum teruji kebenarannya namun tetap dikonsumsi masyarakat untuk sebisa mungkin dihindari. Hal ini secara otomatis menekankan bahwa sesuatu yang sifatnya mempengaruhi logika berfikir manusia dan perilaku sehingga hatinya terkunci untuk berfikir dan berprasangak baik pada keadaan haruslah mendapatkan perhatian secara serius. Ini berkaitan dengan larangan menyiksa diri dengan kabar-kabar yang kebenarannya masih perlu diperhatikan. Dan janganlah kamu merujuk mereka untuk memberi kemudaratan, karena dengan demikian kamu menganiaya mereka (QS. Al-Baqarah: 231) dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa sesuatu yang mengandung kemudharatan maka akan mampu menganiaya semua yang mengonsumsi dan mempercayai berita tersebut. hal tersebut dalam hal ini adalah infodemi covid-19 yang mampu mengancam kesehatan mental sehingga mengandung hal yang tak kalah berbahaya dengan virus covid-19 itu sendiri. 

Pandemi yang diturunkan oleh Allah swt ini merupakan cobaan kepada setiap umat untuk dapat memandang dunia secara lebih komprehensif, begitupun dengan gejala-gejala yang dibawa oleh pandemi ini yaitu infodemi covid-19. Sayyidina Ali bin Abi Tholib Kebenaran yang tak terorganisir dengan baik akan dikalahkan oleh kebathilan yang terorganisir dengan baik. Dari pernytaan tersebut mengisyaratkan bahwa terdapat kewajiban bagi setiap Khilafah dan Umat untuk berhati-hati terhadap sesuatu yang tidak teroganisir dengan baik dalam hal ini adalah untuk menyikapi infodemi Covid 19 ini.

Sumber :

Nurkholis, 2019. Dampak Pandemi Novel-Corona Virus Disiase (COVID-19) terhadap
Psikologi dan Pendidikan serta Kebijakan Pemerintah. Jurnal Online. Vol 5. No. 1
Universitas Muhamadiyah Cirebon. Pendidikan Guru Sekolah Dasar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun