Akhir-akhir ini sering kita dengar berbagai macam berita yang ditayangkan di televisi terkait kejahatan seksual. Kejahatan seksual ini tidak hanya diderita oleh orang dewasa saja tetapi anak kecil dibawah umur pun ikut terseret.
Kejahatan seksual ini bisa juga disebut dengan pedofilia , hanya saja pedofilia ini kejahatan seksual yang dilakukan kepada anak dibawah umur. Pedofila sendiri artinya adalah kelainan seksual yang menjadikan pelakunya terobsesi melakukan dan melampiaskan hasrat seksualnya terhadap anak dibawah umur.
Maraknya berita tentang kejahatan seksual terhadap anak dibawah umur tersebut, tentunya menjadikan para orangtua khawatir akan kejadian tersebut. Untuk itu, sudah saatnya para orangtua mengantisipasi anak mulai dengan mengajarakan hal-hal sederhana yang berhubungan dengan seks, seperti mengedukasi anak  tentang pendidikan seksual yang tentunya sesuai dengan tumbuh kembang anak agar mereka terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Rasa ingin tahu tentang seks sebenarnya merupakan hal yang wajar dalam belajar tentang tubuh. Bahkan pendidikan seks sendiri akan membantu anak untuk merasa posistif dengan tubuhnya.
Sejak masa bayi, anak sudah mulai memiliki kesadaran akan tubuh mereka, seperti menyantuh alat genital saat mereka sedang telanjang yang menimbulkan rasa penasaran terhadap anak yang tentunya bukan untuk aktivitas seksual.
Pendidikan seks untuk anak usia dini sangatlah penting untuk tumbuh kembang anak, termasuk saat anak bertanya dan orangtua dengan jujur ketika menjawab dengan mempertimbangkan kematangan usianya.
1. Sejak usia berapa anak mulai diberikan pendidikan tentang seks?
Usia dibawah 2 tahun
Mulai kenalkan anak dengan istilah penis dan vagina. Sembari orang tua  mengganti popok atau memandikan dengan itu orangtua juga memberi pengetahuan tentang nam-nam anggota tubuh kepada anak.
Usia  2-3 tahun
Orangtua dapat mengajarkan bahwa setiap bagian tubuh itu memiliki nama dan fungsinya masing-masing. Seperti anak laki-laki itu memiliki penis dan anak perempuan memiliki vagina .