Belum jelas apa yang sebenarnya terjadi pada kasus ini. Dua orang mengadukan bahwa anak Nia Daniaty, Olivia Nathania, menipu mereka mengatakan bahwa ia dapat memasukkan seseorang sebagai CPNS, sedang Olivia sendiri mengatakan bahwa Agustin adalah oknum yang merekrut 225 orang.
Disebutkan bahwa Agustin adalah mantan guru SMA Olivia. Pada tahun 2019, setelah lama tidak bertemu atau saling kontak, Olivia menawarkan pada Agustin bahwa dia bisa membantu memasukkan seseorang menjadi CPNS lewat jalur prestasi tentunya dengan imbalan uang yang jumlahnya berkisar antara 25 sampai 150 juta. Agustin yang memiliki anak yang baru lulus kuliah merasa tertarik dan setuju untuk memberikan sejumlah uang.
Masih banyak detil-detil yang berseliweran tentang hal ini yang belum ketahuan mana yang benar dan mana yang salah. Namun dari yang sudah dibeberkan di atas, penulis merasa ada beberapa hal yang menarik dalam kasus ini.
Pertama, disebutkan bahwa Agustin adalah mantan guru.
Guru memang manusia biasa tapi di mana-mana dikatakan bahwa seorang guru diharapkan untuk dapat menjadi contoh atau suri teladan. Sekarang, jika seorang guru tertarik dengan iming-iming untuk menjadikan anaknya CPNS walau ia harus membayar sejumlah uang yang relatif besar, apakah guru tersebut tetap bisa dijadikan contoh?Â
Mungkin ada yang berkilah, yah itu kan namanya sayang anak. Tetapi menyuap untuk mendapatkan sesuatu tetap bukanlah hal yang seharusnya dilakukan seorang parent, apalagi itu guru.
Kedua, tidak ada asap kalau tidak ada api.
Banyaknya orang-orang seperti Olivia bukan tanpa sebab. Atau kalau dibalik, tidak akan ada Olivia-Olivia yang berkeliaran menawari sesuatu dengan imbalan segepok uang kalau memang tidak ada yang tertarik untuk memanfaatkannya.
Usaha pemerintah untuk mengadakan tes-tes seperti tes CPNS setransparan mungkin kenyataannya masih menyisakan celah untuk orang-orang yang mungkin berkemampuan kurang untuk mencapainya dengan cara-cara yang tidak sah. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh Olivia.
Sistem titipan mungkin memang masih ada dan si calon benar-benar berhasil menjadi CPNS. Tetapi mbok ya dilihat-lihat dulu kalau mau mencoba cara itu. Memangnya Olivia itu pejabat personalia di suatu kementerian atau orang seperti itu yang bisa meng-gol-kan seseorang jadi CPNS?
Ketiga, suap-menyuap akar dari korupsi.
Mengapa seseorang rela mengeluarkan uang banyak untuk suatu posisi? Tentunya karena ia berharap nantinya akan mendapatkan jauh lebih banyak dari itu. Balik modal saja tidak cukup.Â
Menjadi ASN jaman sekarang mestinya bernasib lebih baik dari, katakanlah, sekitar 30 tahun yang lalu. Itu untuk gaji yang standar. Namun harapan yang digantungkan ketika harus membayar di muka untuk itu, gaji standar tentu tidaklah cukup. Sabetan-sabetan dan sodok sana-sini adalah hal yang wajib dilakukan.
Jadi, lepas dari pertanyaan apakah Olivia yang salah atau Ibu Agustin yang menjadi oknum, untuk orang-orang yang menjadi korban, maaf saja kalau ini sedikit meleset jadi victim blaming.Â
Tetapi renungkanlah lagi apa yang sudah Anda lakukan. Atau memang sudah sebegitu berambisikah Anda untuk menjadi ASN sampai-sampai Anda menafikan hati nurani?