Mohon tunggu...
Shinta Charmanita
Shinta Charmanita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Salah satu mahasiswa di Universitas Islam Malang

Be better than you were yesterday

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Aplikasi Merdeka Belajar Menghadapi Bonus Demografi

2 Juli 2021   16:00 Diperbarui: 2 Juli 2021   20:32 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kemerdekaan sendiri adalah salah satu kata yang tidak asing dan sering dimaknai sebagai suatu kebebasan  dalam KBBI sendiri diartikan sebagai “Bebas, berdiri sendiri, tidak terkenan tuntutan, tidak terikat, dan tidak bergantung kepada pihak tertentu”. Namun, yang menjadi permasalahan adalah masih banyaknya upaya pengekangan dimana-mana, seperti yang kita tahu dalam pendidikan. Pendidik atau guru, dosen dan peserta didik atau murid, mahasiswa, belum merasakan otonomi yang cukup dalam menentukan kemana arah kebijakan belajar dan mengajar masih diatur dengan regulasi dimana membuat rencana, kemudian proses pelaksanaan, serta evaluasi yang dilakukan terkesan dibatasi dan juga mengikat. Jadi, tidak jarang kita melihat saturan jam pelajaran yang harus terpenuhi, dan membuat guru dan dosen serta siswa dan mahasiswa tidak bisa fokus pada pembelajaran. Oleh karena itu, pendidikan merupakan suatu komponen yang satu kesatuan dan harus saling berkontribusi dan harus saling mendorong serta membantu, karena tugas pendidikan bagian dari pengaplikasian dalam fungsi sosial.

Kata Kunci: Aplikasi, Kemerdekaan, Belajar, Bonus Demografi

Pendidikan merupakan suatu kewajiban bagi kita dimana kita peroleh secara layak dan menjadi cita-cita bangsa karena sudah tercantum dalam UUD 1945 bahwa tujuan pendidikan sendiri adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu, tujuan dari pendidikan sendiri adalah untuk memanusiakan manusia yang sering kita dengar bagaimana untuk implementasi dari memanusiakan manusia dalam kurikulum pendidikan itu sendiri. Jadi, kebanyakan yang  terjebak pada konsep memanusiakan manusia tersebut. Banyak guru dan dosen juga yang terus menempa diri, kemudian belajar kesana kemari untuk mengkaji berbagai buku tentang pendidikan serta pemikir-pemikir pendidikan di masa lalu, sebagian kecil menjadi guru dan yang merdeka dimana paham serta mampu mengimplementasikan konsep dari memanusiakan manusia lewat kegiatan di kelas bersama peserta didik.

Kemudian, belajar sendiri merupakan suatu tindakan dan juga perilaku siswa dan mahasiswa yang sangat kompleks dalam mencari dan menerima ilmu pengetahuan. Jadi, dalam belajar sendiri adanya proses interaksi antara guru dan dosen dengan siswa dan juga mahasiswa untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Kemudian, tujuan pembelajaran sendiri akan tercapai jika pada penerapan pembelajaran sesuai dengan kondisi siswa dan mahasiswa yang beragam. Seiring kemajuan zaman dan teknologi, maka dibutuhkan sumber daya manusia dengan karakteristik yang baik dimana memiliki kepekaan, kemandirian, dan tanggung jawab dalam menghadapi resiko dalam mengambil keputusan, juga mampu mengembangkan aspek potensi melalui proses belajar untuk menemukan diri sendiri dan juga menjadi diri sendiri. Jadi, langkah strategis dalam mewujudkan tujuan tersebut adanya ahli kependidikan yang berhasil agar mempunyai daya guna yang tinggi seperti halnya student active learning dan student centered dimana pendekatan yang tepat ketika individu belajar.

Menurut Mendikbud R.I, Nadiem Anwar Makarim bahwa “Merdeka Belajar” adalah suatu kemerdekaan berfikir, terutama dalam esensi kemerdekaan berfikir harus pada guru terlebih dahulu. Jadi, tanpa terjadi dengan guru, maka tidak mungkin akan terjadi dengan muridnya. Nadiem juga mencontohkan banyak kritik dari kebijakan yang telah ia terapkan. Salah satu contohnya adalah mengembalikan nilai Ujian Sekolah Berbasis Nasional ke sekolah. Nadiem juga menyebutkan banyak guru dan kepala sekolah yang belum memiliki kompetansi untuk menciptakan penilaian sendiri, seharusnya tidak ada orang yang meremehkan kemampuan seorang guru.  Karena, kompetensi guru di level apapun tanpa adanya proses penerjemahan dari kompetensi dasar serta kurikulum, maka tidak pernah adanya pembelajaran yang terjadi. Jadi, tanpa guru melalui proses interpretasi, kemudian refleksi dan juga proses pemikiran yang mandiri, bagaimana dapat menilai kompetensinya, menerjemahkan kompetensi dasar, kemudian menjadi Rencana Pembelajaran atau RPP yang baik. Menurut Nadiem, pembelajaran tidak akan terjadi jika hanya administrasi pendidikan yang akan terjadi. Jadi, paradigma merdeka belajar adalah untuk menghormati perubahan yang harus terjadi supaya pembelajaran itu sendiri mulai dilaksanakan diberbagai sekolah dan dapat di aplikasikan.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti), Nizam mendorong perguruan tinggi saling bergotong – royong untuk membangun SDM yang unggul, kemudian inovasi perguruan tinggi yang relevan dan untuk membangun Indonesia menjadi lebih baik kedepannya. Nizam berpendapat “Saat ini Indonesia sedang menyiapkan untuk dapat menikmati bonus demografi, namun hal ini dapat menjadi bencana apabila tidak disiapkan dengan kompetensi, kreativitas, dan inovasi yang unggul, dimana diperlukan tantangan untuk masa depan. Melalui kampus merdeka diharapkan dapat memerdekakan potensi mahasiswa untuk mengembangkan cita-cita, potensi, aspirasi, passion secara utuh dan kuat. Kemudian pemerintah tidak sekedar mendorong melalui program, tetapi juga menyiapkan terkait pembiayaan” tutur Nizam dalam tajuk “Menuju Bonus Demografi, Kemendikbud Andalkan Merdeka Belajar” pada Jawa Pos Jumat (5/2). Untuk mengakselerasikan Kampus Merdeka maka pemerintah mengalokasikan pendanaan bagi PTN maupun PTS melalui insentif BOPTN berbasis Indikator Kinerja Utama (IKU), kemudian Matching Fund juga berlaku bagi perguruan tinggi dimana berhasil bekerja sama juga dengan DUDI melalui Kedaireka, serta Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM).

Merdeka belajar adalah suatu kebebasan yang mutlak dan dimiliki oleh setiap warga belajar dalam artian yang hakiki dimana berangkat dari fenomena yang terjadi seperti tugas guru, dan siswa, kemudian dosen dan mahasiswa yang begitu banyak sehingga mengabaikan fungsi pokoknya dan kurang fokus akan hal tersebut. Maka dari itu, pemerintah bersama dengan stake holder telah bersepakat untuk mencanangkan pada program “Merdeka Belajar”. Kemerdekaan belajar pada saat ini menjadi salah satu solusi yang konkrit guna mengatasi pendidikan yang begitu komplit.

Referensi:

___________. KBBI V1.1. Diambil dari APK https://ebsoft.web.id/ 2 Juli 2021, 11:10 WIB

Asri Budiningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Nofri Hendri. 2020. Merdeka Belajar; Antara Retorika dan Aplikasi. Jurnal E-Tech, Vol.08, ISSN: Print 2541-3600– Online2621-7759.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun