Mohon tunggu...
Cahaya
Cahaya Mohon Tunggu... Lainnya - Dualisme Gelombang-Partikel

Penyuka pohon johar, cahaya matahari, dan jalan setapak.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Rahasia Umur Panjang

29 Juni 2017   07:02 Diperbarui: 29 Juni 2017   07:10 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rumah Mangge Toto Persis di depan puskesmas. Konon, tempat itu dulunya merupakan hutan di mana to lare hidup secara nomaden. Setidaknya sebelum mereka memutuskan menetap dan membangun peradaban di daerah yang saat ini begitu terkenal hingga ke luar kota sebagai desa panjang umur.

Siang hari adalah waktu paling tepat untuk bertamu ke rumah Mangge Toto. Sebab orang tua itu sudah pasti sedang di rumah. Berbeda jika kalian datang di pagi atau sore, karena Mangge Toto berada di sawah untuk ba rone.

Di waktu malam, orang tua itu biasanya akan berkunjung ke rumah salah satu warga, lebih sering berkunjungnya ke rumah Pak Imam, atau kadang juga kepala desa. Bercerita panjang lebar ditemani secangkir kopi dan singkong rebus, hingga mata lelah dan mulutnya berbusa.

Jika sedang senggang, berkunjunglah ke desa ini, dengarkan rahasia desa panjang umur dari Mangge Toto. Orang tua itu akan membawakan cerita dengan nuansa berbeda. Membuat siapa saja yang mendengarnya akan seolah-olah ikut hadir dalam kisah yang beliau tuturkan. Maka tidak heran bila beberapa orang memilih kembali lagi untuk mendengarkan cerita yang sama tentang bagaimana tempat tersebut bisa menjadi desa panjang umur yang tenar hingga kota sebelah.

Beberapa orang itu salah satunya Sadli. Mahasiswa pasca sarjana yang hari itu kembali berkunjung untuk kelima kali selama tiga bulan ini.

Butuh dua kali menyeberang kuala untuk sampai ke desa Wombo. Jika saja hujan deras enam bulan lalu tidak membuat air pasang, hingga merubuhkan jembatan, tentu Sadli tidak perlu repot-repot berjibaku mengendalikan setang untuk melintasi derasnya arus kuala yang menghubungkan Wombo dengan Ova. Jika di kali pertama menyeberang kuala, motor Sadli sempat mati karena kemasukan air, kali ini dia tidak mengalami hal tersebut. Selain karena kuala sudah agak surut setelah dua bulan kemarau, pemuda itu juga datang dengan menunggangi motor besar yang cukup tinggi untuk mencegah busi kemasukan air.

Sesampainya di rumah Mangge Toto, kalian akan langsung dipersilakan duduk. Tidak lama kemudian Mangge Toto akan membuka tirai hijau yang membatasi ruang tamu dengan ruangan setelahnya, berjalan pelan membawa nampan berisi kopi dan pisang goreng, menyilakan kalian mencicipi, sembari memulai ceritanya.

"Waktu itu rumah ini masih berupa pondok kecil, kami sama sekali tidak mengenal semen dan semua campurannya untuk membuat rumah batu. Meski begitu bukan berarti kami tidak menikmati hidup.  Beberapa di antara kami melakukannya dengan berkebun. Mulai dari rica, tomat, cokelat, cengkeh, hingga tembakau.

Jadi puskesmas itu dulunya adalah kebun tembakau." Mangge Toto mengarahkan telunjuk ke puskesmas di seberang jalan yang terletak persis di bawah gunung Wombo.

Dengan melimpahnya tembakau di desa ini, membuat hampir semua warganya adalah perokok. Jika hidup di masa itu, kalian akan menjumpai setiap orang mengisap linting tembakaunya masing-masing. Baik laki-laki atau perempuan, orang dewasa bahkan anak kecil akan sibuk dengan kepulan asap yang keluar dari mulut masing-masing.

Meski begitu ada beberapa orang yang tidak merokok. Beberapa di antara mereka memang tidak punya cukup waktu untuk duduk bersantai sambil memilin kertas berisi daun tembakau. Beberapa lagi tidak merokok bukan karena enggan melainkan sebab mereka tidak mampu. Baru menghirup satu kali saja sudah batuk belasan kali. Golongan orang ini biasanya akan digelari kumba paha, karena tidak mengerti cara menghirup rokok dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun