Mohon tunggu...
ShMilannesta
ShMilannesta Mohon Tunggu... Lainnya - Sheva Brilliant Milannesta

writing for education, tips, and sharing

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sektor Pariwisata Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19

4 Januari 2021   11:43 Diperbarui: 4 Januari 2021   12:23 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pandemi covid-19 membawa dampak yang sangat luar biasa dalam kehidupan kita saat ini. Baik dalam ekonomi, sosial budaya, hingga pariwisata. Sektor pariwisata sangat terdampak akibat  adanya pandemi global satu ini. Banyak pengusaha di bidang pariwisata seperti perhotelan, biro jasa tour and travel, taman wahana bermain, dan lain lain yang harus gulung tikar dan banyak juga yang harus memutus hubungan kerja/PHK kesejumlah karyawan guna menekan angka pengeluaran perusahaan. 

Masyarakat sekitar tempat wisata juga terdampak dengan adanya pandemi covid-19 ini karena mereka sangat menggantungkan pendapatan dari wisatawan yang berkunjung. Anjloknya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia dimulai ketika ditemukannya kasus positif pertama kali di Kota Depok. Tak berselang lama setelah itu, pemerintah Republik Indonesia mulai memberlakukan pembatasan sosial secara besar-besaran untuk aktivitas diluar rumah keseluruh penjuru Indonesia. Pada bulan maret saat luar negeri atau negara lain mulai terdampak pandemi covid-19, wisata Indonesia masih baik-baik saja, bahkan pada saat pemerintah meliburkan semua aktivitas bekerja, sekolah, dan aktivitas lainnya banyak masyarakat memadati Kawasan Puncak Bogor. Para wisatawan memanfaatkan waktu libur yang diberikan oleh pemerintah selama 2 pekan dengan berlibur dan berekreasi bersama keluarga ke tempat-tempat wisata.

Dengan adanya pembatasan perjalanan dan kegiatan oleh pemerintah dan larang masuk ke berbagai daerah membuat pariwisata domestik makin terpuruk. Biasanya selama bulan puasa hingga hari raya idul fitri masyarakat melakukan mobilitas atau pergerakan seperti pulang kampung dan mengunjungi tempat-tempat wisata. Tetapi dengan adanya himbauan dilarang mudik dan adanya pembatasan kegiatan membuat kegiatan ekonomi dan pariwisata menjadi terhambat. 

Para agen travel perjalanan termasuk yang sangat menderita dengan adanya hal tersebut. Puncak merosotnya pengunjung yang berwisata tercatat pada bulan mei yaitu 164.970 kunjungan wisatawan atau mengalami penurunan sebesar 89,22% dibandingkan pada bulan agustus 2019 dengan jumlah 1.530.268 kunjungan, dilansir dari website kemenparekraf.go.id. Dengan merosotnya kunjungan wisatawan baik domestic maupun mancanegara membuat perusahaan e-commerce seperti Airyrooms, Traveloka, Reddoorz, Oyo, dan startup dibidang tour and travel lainnya gigit jari, hingga pada 31 mei startup perhotelan Airyrooms harus tutup karena kebangkrutan akibat pandemi covid-19 ini. Banyak juga perusahaan perhotelan yang melakukan PHK secara besar-besaran akibat membengkaknya biaya pengeluaran untuk membayar upah pegawai disamping tidak adanya pemasukan sama sekali.

Beberapa destinasi wisata seperti Bali sangat terdampak dengan adanya pandemi dan pembatasan aktivitas sosial yang membuat seluruh tempat wisata di Bali tutup. Masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari kunjungan seperti desa wisata, toko souvenir, oleh-oleh tidak mendapatkan pemasukan dan membuat mata pencaharian mereka hilang. Pada bulan mei 2020 tercatat hanya 36 orang saja yang berlibur ke pulau dewata, hal itu menunjukkan penurunanjumalh sebesar 100% pada periode yang sama tahun 2019. Pulau bali sebagai destinasi wisata Indonesia sangat terpuruk akibat pandemi covid19 ini. Tercatat hanya 1.050.060 wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali selama tahun 2020 atau turun 54,47% dari tahun sebelumnya, dilansir dari website katadata.co.id. hal ini menimbulkan masalah yang besar bagi dunia pariwisata Indonesia, khususnya masyarakat bali yang bergantung pada sektor pariwisata dan kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

Sempat ada angin segar ketika pemerintah menetapkan kebijakan New Normal bulan juni 2020, sejumlah tempat wisata di Indonesia mulai dibuka kembali dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Walaupun ada pembatasan pengunjung, para wisatawan tetap banyak yang datang untuk berwisata dan melepas rasa rindu berlibur. Sejumlah tempat wisata seperti Dieng, Gunung Bromo, dan sejumlah tempat wisata di jogjakarta sudah mulai dibuka saat awal new normal. 

Banyak wisatawan lokal memadati lokasi yang membuat para petugas sedikit kewalahan mengatur wisatawan. Perlahan pariwisata mulai bangkit walaupun dengan segala keterbatasan, dan wisatawan juga dapat berwisata meski ditengah pandemi. Pemerintah juga memberikan opsi yaitu virtual tour, yaitu berwisata secara virtual yg dapat disaksikan melalui aplikasi Zoom, Gmeet, dan aplikasi virtual meeting lainnya. Ini memberikan suatu pengalaman yang baru dengan berwisata tanpa harus ke lokasi tersebut. Tetapi hal tersebut kurang diminati oleh masyarakat, karena masyarakat tetap lebih menyukai berwisata langsung ke lokasi wisata.

Angin segar itu tidak bertahan lama, karena pada perayaan hari raya natal dan tahun baru kemarin, pemerintah mengurangi jumlah hari libur yaitu pada 28, 29, dan 30 desember tetap menjadi hari kerja/libur dihilangkan. Tidak hanya itu, pemerintah juga melakukan pembatasan pergerakan masyarakat dengan mewajibkan adanya surat rapid test antigen kepada siapapun yang ingin berwisata dan bepergian keluar kota. Setiap pemerintah daerah juga mengadakan pemeriksaan disetiap batas kota masing-masing. Hal ini membuat lesu dunia pariwisata di akhir tahun 2020. Masyarakat dan wisatawan akhirnya enggan bepergian kemanapun karena dipersulit untuk bepergian ke tempat lain, dan masyarakat akhirnya mau tidak mau harus tetap dirumah saja selama libur akhir tahun. Hal ini juga berdampak bagi Para pengusaha pariwisata, mereka sudah mempersiapkan sedemikian rupa untuk menyambut wisatawan yang hadir pada liburan akhir tahun. Tetapi dengan adanya kebijakan tersebut membuat dunia pariwisata sepi peminat.

Pemerintah berusaha tetap menyeimbangkan kegiatan ekonomi dan kesehatan ditengah pandemi covid-19 ini. Pemerintah tetap memberikan kesempatan bagi siapapun untuk berwisata dan melakukan kegiatan ekonomi ditengah pandemi, tetapi dengan konsekuensi tetap melaksanakan protokol kesehatan yang ketat guna menghindari penularan dan klaster baru virus corona. Masyarakat juga diharapkan mengerti dan memahami situasi yang terjadi sekarang. walaupun dengan segala keterbatasan, masyarakat tetap bisa menjalani hidup ditengah pandemi dengan baik. Seperti pergi melancong ke tempat-tempat wisata juga bisa menjadi pilihan walaupun sedikit berbeda seperti sedia kala. Berwisata ditengah pandemi juga membantu sektor pariwisata berjuang melawan krisis pandemi. Dan juga membantu pengusaha dan masyarakat yang bergantung pada kunjungan wisatawan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun