Mohon tunggu...
Sherly Grace Massie
Sherly Grace Massie Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Saya mengalami peristiwa ajaib dengan Tuhan, mengalami pengampunan. Tuhan menghendaki agar saya bersaksi bagi-Nya.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Milik Tuhan Yesus untuk selamanya. Sudah dibeli, dan harganya sudah lunas dibayar. Ibu dua anak, bekerja untuk Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kedok Penipuan Iblis Dibuka! Kebenaran yang Memerdekakan (1 Yohanes 3:8)

23 Oktober 2014   18:45 Diperbarui: 27 Desember 2018   10:02 1132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Salam damai dalam kasih Tuhan Yesus Kristus,

Saya adalah umat Tuhan yang bertobat dari kehidupan lama yang jauh dari Tuhan. Melalui banyak peristiwa, Tuhan memanggil saya pulang, merendahkan hati saya, seperti yang sudah dilakukan-Nya pada bangsa Israel seperti yang tertulis dalam kitab Ulangan Psl 8:15,16; dan yang memimpin engkau melalui padang gurun yang besar dan dahsyat itu, dengan ular-ular yang ganas serta kalajengkingnya dan tanahnya yang gersang, yang tidak ada air. Dia yang membuat air keluar bagimu dari gunung batu yang keras, dan yang di padang gurun memberi engkau makan manna, yang tidak dikenal oleh nenek moyangmu, supaya direndahkan-Nya hatimu dan dicobai-Nya engkau, hanya untuk berbuat baik kepadamu akhirnya (2 Kor 7:10, Ibr 12:6).

Tuhan membuat saya takluk kepada-Nya.

9 September 2006, Tuhan meloloskan saya dari dua percobaan pembunuhan, saya sadari kemudian, sebelum tanggal 9 September itu, ada setidaknya tiga percobaan pembunuhan lain untuk saya yang telah digagalkan Tuhan dengan lengan-Nya yang teracung! Sebelumnya saya tidak sadar sedang berada dalam bahaya besar. Rupanya sudah berkali-kali usaha mencabut nyawa saya, gagal dilakukan. Dengan keajaiban-keajaiban yang tidak terbantahkan oleh saya, Tuhan meloloskan saya dari maut. Tuhan menyertai, berbisik, menuntun dengan tenang langkah demi langkah. Tuhan membuat waktu dan jarak menjadi lebih panjang dan lebih pendek, sesuai yang dibutuhkan-Nya untuk menyelamatkan saya. Tuhan membekali dengan doa-doa pendek yang terucap begitu saja tanpa saya sadari, karena saya benar-benar tidak tahu apa yang tengah saya hadapi. (Yes 45:5; Maz 37:32,33; Roma 8:26-28)

11 September 2006, Tuhan menuntun saya dan anak gadis saya keluar dari kota kecil tempat tinggal kami, kota yang sering digoncang teror bom, meninggalkan rumah dan pekerjaan menuju Makasar. Hanya itu jurusan penerbangan yang tersedia pada malam itu. Di airport, Tuhan menunjukkan satu per satu orang-orang yang disiapkan untuk berjaga-jaga apabila kami meninggalkan kota. Dan di dalam ruang tunggu airport, dengan suatu cara, kami dan seorang lagi kawan saya, memastikan bahwa seorang pria tidak dikenal akan “mengantar” kami sampai ke atas pesawat menuju Makasar. Bergandengan tangan saya dan anak saya menuju pesawat, hampir saja saya membatalkan keberangkatan kami, tapi saya langsung teringat pada wajah-wajah beku yang menyebar di sekitar bandara yang kami tinggalkan. Segera terlintas di kepala saya, lebih baik menghadapi satu orang, dari pada sekian banyak orang yang tidak dikenal dan jumlahnya tidak diketahui. Rasa damai seketika menyebar dalam hati, seiring dengan keputusan untuk tetap berangkat. Saya tahu, itu adalah pertanda bahwa Tuhan memimpin perjalanan ini.

Dalam kabin pesawat, pikiran saya sibuk mengira-ngira bagaimana cara Tuhan akan meloloskan kami dari orang yang duduk beberapa baris di depan kami itu,  saya ingin bekerjasama baik dengan Tuhan. Saya takut berbuat kesalahan sekecil apapun. Namun rasa ingin tahu saya tidak mendapat jawaban. Hal itu membuat saya menjadi  tegang. Lalu saya teringat, bahwa bukankah Tuhan telah menolong meloloskan saya dengan ketenangan yang begitu sempurna, justru ketika saya tidak menyadari adanya bahaya...  Memikirkan hal ini membuat saya tenang kembali. Percayalah kepada-Nya, saya mengulang-ulang kalimat ini, akhirnya saya menarik napas, menikmati menit-menit ketenangan yang diberikan Tuhan, melupakan apa yang akan terjadi nanti dan membiarkan Tuhan bertindak untuk kami (Maz 37:5 Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak.)

Di bandara Hasanudin, tanpa rencana, saya melaporkan situasi yang kami hadapi kepada petugas keamanan, sangat melegakan, tanpa banyak bertanya mereka langsung mempercayai cerita saya. Setelah mendapat keterangan mengenai ciri-ciri orang yang dicurigai, dengan sigap salah seorang dari petugas keamanan menarik lengan saya dan saya menarik lengan anak saya. Beriringan kami menuju pintu keluar yang berbeda dari yang digunakan penumpang lainnya. Tapi setibanya di depan pintu yang ditunjukkan oleh petugas keamanan itu, saya samasekali tidak bisa melangkahkan kaki. Sungguh malaikat Tuhan-lah yang telah menghalangi langkah saya sedemikian untuk tidak selangkahpun keluar dari pintu itu.

Diluar rencana, saya lalu mencari penerbangan domestik kemana saja untuk melanjutkan perjalanan, tapi semua jurusan penuh. Anak gadis saya yang takut pada ketinggian, memohon agar tidak melanjutkan perjalanan lagi malam itu. Petugas keamanan bandara lalu mengijinkan kami beristirahat  di ruang ground handling mereka. Sampai lewat tengah malam, berulang kali mereka melaporkan situasi di luar. Orang dengan ciri-ciri yang kami sebutkan, masih berjaga di sekitar bandara. Bahkan dari hasil pengamatan petugas, selain telah “diantar” oleh seseorang sejak keberangkatan, kamipun “dijemput” oleh paling kurang lima orang pria. Petugas menggambarkan bagaimana mereka mencari kami seperti mencari jarum di dalam jerami di antara arus penumpang turun. Dan karena tidak melihat kami keluar dari pintu, mereka tidak bergeser, tetap berjaga-jaga di sekitar bandara.

Saya berusaha menenangkan anak dan diri saya sendiri, yang mulai bertanya-tanya bagaimana dan kapan semua ini akan berakhir. Berulang kali saya mengingatkan diri saya sendiri, jika Tuhan telah menyelamatkan kami sebelum ini, bahkan sebelum kami menyadari adanya bahaya, Tuhan pasti akan terus menyelamatkan kami. Dia tidak akan meninggalkan siapapun di tengah jalan. Tuhan tidak bekerja setengah-setengah, karena Tuhan bukan-lah manusia, Tuhan adalah Tuhan dan Dia adalah setia. Yang dibutuhkan hanyalah; bersabar, biarkan Tuhan bertindak dengan cara-Nya.

Detik-detik di dalam ruangan ground handling itu, adalah detik-detik pendidikan dari Tuhan yang amat berharga bagi kami. Disana, Tuhan mengajarkan apa arti “percaya” yang sesungguhnya, dan apa arti “bersandar dengan segenap hati.”

Pagi hari, ketika anak saya ditemani petugas keamanan menuju ATM, dia melihat orang yang mengikuti kami sejak keberangkatan berdiri persis berhadapan dengan pintu keluar, tetapi orang itu sedang memalingkan wajahnya ke arah yang lain. Malaikat Tuhan telah melindungi kami begitu rupa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun