Mohon tunggu...
S Herianto
S Herianto Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Katanya orang-orang, saya penulis, fotografer, designer grafis, dan suka IT. Bisa jadi. Tulisan saya juga ada di www.cocokpedia.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kuliner Atas Nama Setan

15 Agustus 2016   22:11 Diperbarui: 15 Agustus 2016   22:24 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Para makhluk gaib sedunia dan akhirat pantas jika merasa dimanfaatkan manusia. Untuk kepentingan urusan perut manusia telah banyak yang menggunakan nama-nama iblis dan setan dalam menu-menu kuliner di hampir seluruh dunia. Perhatikan gambar-gambar banner atau spanduk yang mengatasnamakan setan dan sebangsanya.

Nah, Mie Setan. Itu salah satunya. Apakah sebenarnya modus yang melatarbelakangi penamaan kuliner tersebut? Apakah sekedar sensasi agar menimbulkan kesan penasaran biar lebih banyak pengunjung? Sejak kapan setan boleh dicatut namanya untuk kepentingan ekonomi manusia? Pernahkah manusia mendapatkan legalitas resmi penggunaan nama-nama tersebut dari yang bersangkutan? 

Ada nuansa pemanfaatan yang parasitisme. Menguntungkan satu pihak. Atau malah menguntungkan setan karena bisa lebih populer di kalangan manusia dan lebih akrab dalam kehidupan manusia sehingga setan tidak lagi menakutkan.

Coba perhatikan gambar lain yang bernuansa sama berikut. Kalau yang gambar sebelumnya mengatasnamakan setan, gambar berikutnya mengatasnamakan nenek moyang setan, yakni iblis. 

Wah, wah, keterlaluan sekali apa yang dilakukan manusia terhadap setan. Apakah sudah tidak ada lagi nama-nama yang baik yang bisa digunakan untuk mengundang keberkahan? Apakah dengan menggunakan setan yang jelas-jelas musuh manusia dan kemanusiaan membawa keberkahan? Apakah ada dasar anjuran dari kitab, filsafat, ilmu, konsep dan sebagainya yang menganjurkan untuk menggunakan nama setan dan ibis untuk keberkahan urusan manusia? Sepertinya tidak ada satu pun yang menghimbau demikian.

Anjuran penggunaan nama-nama yang baik merupakan doa kepada Tuhan agar apa yang kita beri nama memberikan kebaikan dan keberkahan sesuai dengan pilihan nama baik yang disandangkan. Entah sebagai nama manusia yang baru lahir, nama lembaga kemanusiaan, lembaga agama, nama-nama barang, nama-nama alat, nama-nama toko, alamat, jalan, instansi, dan sebagainya. 

Mie Pedas Jahanam. Hmmm, penggunaan kata jahanam biasa digunakan pada konteks perbuatan yang sangat keji atau sifat kesetanan. Apakah penjual mie tersebut bekerja sama dengan setan? Apakah ia juga mengundang orang-orang yang jahanam untuk menjadi pelanggannya? Apakah ini sebuah gerakan pembesar-besaran kejayaan dan kebesaran setan? Apakah si pengguna nama-nama tersebut sadar dengan apa yang dilakukannya? Atau justru tidak tahu atau juga tidak tahu-menahu yang penting laris? Atau jangan-jangan pengabdi setan?

Ada lagi banner "Rawon Setan." Mengerikan sebenarnya. Tapi karena setiap hari melihatnya menjadi terbiasa. Dan setan dan nenek moyangnya mungkin terbahak-bahak karena mereka telah dicintai banyak manusia melalui makanan.

Terakhir, Nasi Pocong. Sebenarnya banyak hal senada dengan contoh-contoh tersebut. Namun, cukup beberapa saja sebagai sampel bahwa manusia telah melampuai ketidaktahumehahuannya, Sudah melewati batas kewajaran sebagai manusia yang normal. Dan jangan lupa, apa pun yang kita lakukan akan tetap dimintai pertanggungannya di depan Tuhan nantinya setelah dipocongkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun