Kala itu ku terjatuh terantuk nada.
Jatuh yang tak lara.
Sebab kaulah yang mencipta.
Menjadi mula kita berjumpa, meski kau jauh disana.
Untukmu sang pangeran tanpa nama.
Tak kusangka kita berjumpa untuk kali kedua.
Kali ini, kita sama-sama disini.
Membawa kembali kasih yang pudar karena waktu.
Terimakasih kepada sangkala.
Yang membawaku mengenal syair.
Hariku kini penuh dengan nada.
Dan kuharap kau adalah jawab dari doa.
Namun ternyata aku salah.
Kasih ini membuatku menjadi tuli.
Kukira kau adalah instrumen dari lirikku.
Ternyata kau bukanlah laguku.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!