Mohon tunggu...
Shendy Adam
Shendy Adam Mohon Tunggu... Dosen - ASN Pemprov DKI Jakarta

seorang pelayan publik di ibu kota yang akan selalu Berpikir, Bersikap, Bersuara MERDEKA

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Kisah 10 Ribu Km Bersama Wuling Almaz

5 November 2021   10:22 Diperbarui: 5 November 2021   10:54 2202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wuling Almaz di perjalanan terakir ke Jogja bulan lalu (foto: dokpri)

Kurang lebih tujuh bulan saya menggunakan Wuling Almaz. Tidak terasa sudah 10 ribu kilometer kami lalui bersama. Mungkin banyak teman-teman yang penasaran bagaimana review mobil ini. Okelah saya sharing di sini.

Satu kata yang bisa saya sampaikan kalau ditanya bagaimana rasanya setelah memakai Almaz: puas. 

Mobil berbadan tambun ini sangat nyaman digunakan. Terutama untuk bepergian jauh. Saking enaknya, saya dan keluarga jadi makin sering travelling di satu semester ini. Setidaknya, tiga kali ke Jogja dan masing-masing satu kali ke Bandung dan Garut. Jangan heran kalau odometer sudah menyentuh angka 10.000 kilometer.

Odometer Wuling Almaz tepat di angka 10 ribu km (foto: dokpri)
Odometer Wuling Almaz tepat di angka 10 ribu km (foto: dokpri)

Almaz 'cuma' dibekali mesin berkapasitas 1.500 CC, namun dilengkapi dengan turbo. Walhasil, tarikannya enteng dan nafasnya panjang. Dengan bodi yang bongsor, Almaz juga stabil saat dikendarai dengan kecepatan tinggi. Dari sisi kenyamanan juga saya kasih jempol.

Bagaimana dengan konsumsi BBM? Kalau menyimak diskusi di sejumlah grup pengguna Wuling Almaz, mobil satu ini memang sering dibilang boros. Sebetulnya, boros tidaknya konsumsi BBM ini sangat relatif ya. Ada banyak faktor yang berpengaruh. 

Kalau pengalaman pribadi saya sendiri, untuk di dalam kota konsumsi BBM di kisaran 8-12 km/liter tergantung kondisi kemacetan jalan. Sedangkan saat dibawa perjalanan keluar kota, konsumsinya bisa mencapai 11-13,5 km/liter. Boros atau nggak nih? Nggak lah ya, kalau melihat ukuran mobil segede gitu. Jangan dibandingin dengan MPV atau LCGC yang bobotnya jelas beda jauh.

Oiya, Almaz yang saya pake ini model Smart Enjoy dengan transmisi manual. Ini adalah tipe terendah, tak ada panoramic roof dan jok kulit. Harga Almaz SE nyaris sebanding dengan Suzuki XL7, Daihatsu Terios dan Toyota Rush. Tapi, fitur yang ditawarkan berlimpah.

Voice command berbahasa Indonesia adalah keunggulan utamanya. Kita bisa minta tolong buka/tutup jendela, menyalakan/membesarkan/mengecilkan setelan AC, setel gelombang radio, dan beberapa hal lainnya cukup dengan menyapa 'Halo Wuling'. 

Mobil ini juga memiliki fitur automatic vehicle holding, electronic hand brake di samping fitur keselamatan standar seperti ABS, EBD dan airbag. Almaz juga jadi lebih nyaman karena sudah menggunakan suspensi model independen.

"Kenapa kok beli mobil China?"

Pertanyaan itu udah sering kita denger. Sebenernya saya bukan cuma terbiasa anti mainstream, tetapi juga rasional. Saat membeli barang, saya nggak sekadar melihat merek tapi lebih pada fitur dan spesifikasi.

Sebelumnya, waktu pakai Suzuki Ertiga 2012 lalu, pertanyaan serupa juga sering kita terima. Maklum, saat itu duo Avanza-Xenia nggak ada lawan. Sedangkan Ertiga pemain baru. Tapi mobil keluaran Suzuki itu kemudian menjadi game changer karena menawarkan value for money paling baik.

Ertiga di harga 157 juta waktu itu (tipe GL) sudah dilengkapi impact side beam chassis, immobilizer, electronic power steering dan teknologi drive by wire. Ertiga juga menjadi pionir mobil MPV dengan penggerak roda depan (FWD). Konon, Avanza-Xenia juga akan nyerah untuk ikutan jadi FWD per tahun depan.

Balik lagi ke Almaz, saya juga sudah riset kecil-kecilan sebelum meminang mobil ini. Ternyata Wuling sudah membangun pabrik dengan investasi sangat besar di Indonesia. Mereka punya kompleks pabrik seluas 60 hektar yang terbagi atas manufaktur seluas 30 hektare dan supplier park seluas 30 hektare.  Wuling juga bergegas membangun jaringan bengkel di berbagai daerah di Indonesia. Artinya, tidak seperti motor China yang beberapa dekade lalu sempat booming lantaran murah tapi lantas mati karena tidak ada purnajual memadai. 

Selain itu, perusahaan SGMW sebagai produsen Wuling juga dimiliki sahamnya oleh General Motors. Jangan heran kalau Almaz mirip banget sama Chevrolet Captiva. Ya memang Captiva yang merupakan basis pengembangan Almaz. Tau sendiri dong bagaimana keandalan teknologi mobil Amerika keluaran GM. 

Nah, terakhir yang paling penting buat teman-teman yang masih galau, test drive aja langsung. Rasakan sensasi berkendaranya. Kalau cocok, cuz ambil, nggak usah dengerin omongan orang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun